Legenda Futian

Tidak Ada Kesuksesan Tanpa Pengorbanan



Tidak Ada Kesuksesan Tanpa Pengorbanan

2Setelah Pendekar Lihen mendengar kata-kata yang dikirimkan oleh Ye Futian, dia terdiam. Kala itu, ketika dia berkultivasi di Dunia Kaisar Xia, dia selalu berkeinginan untuk menjelajah setelah dia mencapai Nirvana Plane.     1

Dia sudah berada di Istana Pedang Lihen selama bertahun-tahun dan telah meraih semua yang dia inginkan. Baginya, mengejar pencapaian dalam ilmu pedang adalah ambisi utamanya. Karena itulah, satu-satunya hal yang ingin dia lakukan adalah mencapai Renhuang Plane yang legendaris.     

Namun, baginya, langkah ini sama sulitnya dengan meraih langit. Oleh karena itu, dia pergi meninggalkan Dunia Kaisar Xia. Dia harus melewati penderitaan selama bertahun-tahun sebelum dia berhasil melintasi perbatasan dan tiba di Dunia Imperial. Beberapa tahun terakhir, dia selalu menjelajah dan telah mengalami banyak kesulitan. Dia juga telah mencapai batas maksimal dari tingkat Plane-nya, tetapi dia masih belum bisa mencapai Renhuang Plane.     

Dia mengetahui bahwa bakatnya terbatas. Meskipun pola pikirnya begitu luar biasa, dia masih tidak bisa menerobos ke tingkat Plane berikutnya.     

Ini adalah sebuah hambatan yang menghalangi perkembangannya.     

Saat ini, Ye Futian sangat yakin bahwa dia memiliki peluang 100 persen untuk mewarisi pedang ilahi tersebut. Namun, Ye Futian memberikan kesempatan itu padanya.     

Dia tahu bahwa Ye Futian memiliki takdir yang luar biasa. Bakatnya sangat menakjubkan. Pemuda yang telah menerobos Lapisan Langit ke-33 dan bertarung melawan Wang Chuan kala itu tidak bisa lagi disejajarkan dengan pemuda yang berada di hadapannya sekarang.     

Di sisi lain, Pendekar Lihen tidak memiliki takdir sebaik Ye Futian.     

Ye Futian mengatakan bahwa Pendekar Lihen hanya memiliki peluang sebesar 50 persen untuk berhasil mewarisi pedang tersebut. Jika dia gagal, kemungkinan besar nasibnya akan berakhir seperti kultivator sebelumnya dan harus membayar kegagalannya itu dengan nyawanya.     

"Bahkan jika peluangku untuk berhasil hanya 20 persen, tetap tidak ada salahnya untuk mencoba, apalagi 50 persen," ujar Pendekar Lihen secara telepati. Jika Pendekar Lihen hanya mengandalkan kemampuannya sendiri, mustahil baginya untuk menemukan kesempatan seperti ini. Sebelumnya, agar bisa memasuki Reruntuhan Dewa, dia ingin mencari bantuan dari Aula Pedang Surgawi untuk membawanya bersama mereka. Akan tetapi, hanya karena kedatangan Ye Futian yang membawa dirinya pergi bersamanya sajalah dia memiliki kesempatan untuk memasuki Reruntuhan Dewa.     

Di Dunia Imperial, status yang dimiliki oleh Pendekar Lihen sebelum datang kemari sama sekali tidak layak untuk disebutkan.     

Oleh karena itu, dia pasti ingin mencoba mewarisi Pedang Ilahi tersebut.     

"Baiklah," jawab Ye Futian. Dia mengalihkan pandangannya ke arah para kultivator dari Aula Pedang Surgawi dan berkata, "Apakah kalian akan mencoba lagi pada giliran berikutnya?"     

Ye Futian baru saja mencoba mewarisi pedang tersebut. Bahkan jika Saint Avici turun tangan, kemungkinan besar dia tidak akan bisa mengungkap rahasia dibalik Pedang Ilahi itu dalam satu kali percobaan. Tidak ada salahnya bagi Pendekar Lihen untuk memiliki kesempatan ini.     

"Ya," Saint Avici hanya menjawab dengan satu kata. Kali ini, dia sendiri yang maju dan berjalan menuju pola dari matriks pedang yang berada di bawah Pedang Ilahi tersebut. Jika Ye Futian bisa keluar dengan selamat dan tanpa terluka sedikit pun, apa yang harus ditakutkan oleh Saint Avici?     

Dia ingin melihat seperti apa pendalaman dari Pedang Ilahi ini.     

Saint Avici berjalan ke dalam matriks pedang itu dan bisa merasakan sebuah tekanan yang sangat kuat. Dalam sekejap, aura pedang dikerahkan padanya, dan cahaya suci keemasan yang menyilaukan bersinar di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya tertuju ke arah Pedang Ilahi. Sinar-sinar cahaya keemasan yang tak terhitung jumlahnya menyelimuti pedang tersebut. Dia ingin mendapatkannya sekarang juga. Tidak lama kemudian, auranya menyebar di udara dan tampak sangat mengerikan.     

*Whoosh* Matriks ilahi itu aktif kembali, dan aura pedang yang tak ada habisnya mengalir dari seluruh penjuru kota. Aura pedang itu terus menerus menimpanya. Sebuah pemandangan yang mengerikan muncul di Matriks Pedang Ilahi. Saint Avici menggeram dan wajahnya tiba-tiba menjadi pucat. Namun, auranya masih berusaha untuk mengamati dan menerobos ke dalam Pedang Ilahi tersebut. Sepertinya dia samar-samar bisa merasakan sesuatu.     

Pedang Ilahi ini sepertinya memiliki roh di dalamnya.     

Roh Pedang itu sepertinya telah berubah wujud menjadi sebilah pedang. Roh itu bergerak menuju jiwa spiritualnya bersama dengan aura pedang yang tak terhitung jumlahnya. Ekspresi Saint Avici tiba-tiba berubah. Diikuti dengan suara gemuruh yang keras, cahaya suci keemasan bersinar terang. Dia mengerang, dan tubuhnya menghilang dalam sekejap, lalu muncul di bagian bawah. Aura pedang itu telah membentuk lubang-lubang besar pada pakaian di tubuhnya, dan darah mengalir dari sudut mulutnya.     

"Apakah dia terluka?" Para kultivator dari Aula Pedang Surgawi memandang ke arah Saint Avici. Apakah dia juga terluka oleh serangan barusan?     

Namun, Saint Avici langsung mengalihkan pandangannya pada Pedang Ilahi. Dia sudah melihat sekilas misteri dibalik pedang tersebut. Setelah beberapa kesempatan lagi, dia merasa yakin bahwa dia dapat mengungkap rahasia dibalik pedang itu dan mengambilnya.     

Ye Futian memandang ke arah Saint Avici. Orang ini lebih kuat dari dugaannya.     

"Aku akan mencobanya lagi." Saint Avici berjalan ke depan, dia ingin terus mencoba mewarisi pedang tersebut.     

"Tuan," panggil Ye Futian. Saint Avici menoleh dan menatapnya.     

"Karena kita sudah menyetujui peraturan yang berlaku, mari kita semua mematuhinya. Dengan begitu, kita semua bisa terhindar dari konflik. Mereka adalah yang berhak maju pada giliran berikutnya." Ye Futian menoleh ke arah para kultivator dari Klan Yuanyang dan Gunung Suci Chixiao.     

Saint Avici menatap ke arah Ye Futian. Dia memiliki tatapan mata yang tajam. Sekilas, seolah-olah ada sebilah pedang yang ditembakkan menuju mata Ye Futian dari kejauhan. Ketika Ye Futian merasakan aura pedang itu, dia mengerutkan alisnya.     

Namun, Saint Avici tidak melakukan apa-apa dan memilih untuk mundur. Karena dia tidak dapat melakukannya dalam satu kali percobaan, kultivator lain seharusnya juga tidak dapat melakukannya.     

Kali ini, Klan Yuanyang dan Gunung Suci Chixiao tidak hanya mengamati. Mereka juga ikut berpartisipasi. Namun, upaya mereka masih berakhir dengan kegagalan.     

Ye Futian memandang ke arah Pendekar Lihen dan melihatnya melangkah ke depan.     

"Senior," Ye Futian mengeluarkan Buah dari Jalur Agung dan memberikan buah itu pada Pendekar Lihen dan berkata, "Silahkan dimakan."     

Pendekar Lihen menatap mata Ye Futian dan kemudian menganggukkan kepalanya. Dia menerima Buah dari Jalur Agung itu dan memakannya. Pada saat berikutnya, aura kehidupannya meningkat secara drastis. Energi Spiritualnya menjadi sangat kuat, dan kekuatannya dikerahkan hingga tingkat maksimal.     

"Ini..." Para penonton memandang mereka berdua dengan tatapan aneh. Melihat pemandangan ini, mengapa mereka memiliki firasat bahwa orang ini pasti akan berhasil?     

Pendekar Lihen mengambil satu langkah ke depan dan memasuki matriks tersebut. Dia menghadapi aura pedang yang juga ditemui oleh kultivator lainnya. Aura kehidupannya terpancar tanpa henti. Sementara itu, aura pedang mengalir di sekelilingnya. Tatapan matanya terpaku pada Pedang Ilahi yang melayang di atas kepalanya. Jiwa spiritualnya langsung menerobos ke dalam pedang tersebut.     

Aura pedang yang tak tertandingi menyebar di udara, seolah-olah ingin melenyapkan dirinya. Saat dia menahan rasa sakit yang begitu luar biasa, tatapan mata Pendekar Lihen dipenuhi oleh tekad yang menakjubkan.     

*Boom* Mirip dengan kultivator sebelumnya, dia juga bisa merasakan dunia di dalam pedang itu dan keberadaan Roh Pedang di dalamnya.     

Roh Pedang itu langsung turun ke arahnya, bersama dengan aura pedang yang tak ada habisnya.     

Sebelumnya, Saint Avici juga telah mencapai titik ini. Namun, dia memilih untuk menghindari aura pedang tersebut.     

Pendekar Lihen justru tidak menghindarinya. Jiwa spiritualnya terus menerjang ke depan, membiarkan aura pedang itu menembusnya saat dia terus bergerak menuju Roh Pedang tersebut.     

Saat ini, dia hanya bisa merasakan bahwa jiwa spiritualnya berada di ambang kehancuran. Seolah-olah dia bukan lagi manusia, melainkan telah berubah wujud menjadi sebilah pedang dan menerima rasa sakit yang luar biasa.     

Pada saat ini, Buah dari Jalur Agung yang dia makan sebelumnya memancarkan kekuatan yang dahsyat. Buah itu melindungi aura kehidupannya dan meningkatkan kekuatannya.     

Kerumunan kultivator samar-samar bisa melihat sebilah pedang di tubuh Pendekar Lihen. Itu adalah Roh Pedang miliknya.     

Saat ini, Pendekar Lihen sedang dihadapkan dengan pilihan yang sulit.     

'Jika aku mati di sini hari ini, semoga Roh Pedang-ku kembali ke Istana Pedang Lihen,' pikir Pendekar Lihen dalam hati. Pada saat berikutnya, sebuah aura yang mengerikan terpancar dari dalam tubuhnya dan menyatu menjadi sebilah pedang ilahi yang menakjubkan. Pada saat yang bersamaan, aura pedang yang tak terbatas itu tiba. Banyak retakan muncul pada Roh Pedang miliknya.     

"Apa dia sudah gila?" Banyak orang memandang ke arah Pendekar Lihen. Meskipun tindakannya dianggap gila, namun hingga detik ini, dia masih bertahan hidup dan belum dimusnahkan oleh aura pedang tersebut.     

Sebelumnya, bukankah orang ini ingin bergabung dengan Aula Pedang Surgawi? Setelah ditolak, dia dibawa pergi oleh Ye Futian.     

Sekarang, dia benar-benar ingin mewarisi Pedang Ilahi?     

"Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan," gumam Ye Futian. Dia masih meremehkan kekuatan dari Pedang Ilahi. Membiarkan Pendekar Lihen mewarisi pedang itu memang sangat berisiko. Namun, ini adalah keputusan yang dibuat oleh Pendekar Lihen. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, Ye Futian pasti akan bertindak untuk menyelamatkan seniornya itu.     

Namun, pada saat ini, mereka tidak bisa mundur lagi.     

Mereka hanya bisa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.     

*Krak* Disertai dengan suara gemeretak yang keras, Roh Pedang milik Pendekar Lihen retak, dan Pedang Ilahi itu melesat ke bawah, muncul beberapa inci di atas kepalanya. Pendekar Lihen tampak seperti tidak sadarkan diri. Di atas langit Kota Pedang yang luas dan tak berbatas, aura pedang yang tak terhitung jumlahnya turun dan mendarat di Pedang Ilahi tersebut. Kemudian semua aura itu menembus tubuhnya, seolah-olah mereka sedang menyucikan Pendekar Lihen.     

Panca indera Ye Futian sangat tajam. Dia bisa merasakan dengan jelas rasa sakit yang dialami oleh Pendekar Lihen saat ini. Pendekar Lihen tampaknya tidak mengatakan sepatah kata pun, namun pada kenyataannya, dia sedang menahan rasa sakit yang tak tertandingi. Puluhan ribu bilah pedang menembus tubuhnya. Satu-satunya pemikiran di dalam benaknya saat ini adalah berusaha menguatkan diri. Dia menghadapi penyucian dari aura pedang di seluruh penjuru Kota Pedang.     

 "Apakah ini bisa dianggap berhasil?" Ye Futian mengepalkan tangannya saat dia menyaksikan pemandangan menakjubkan yang terjadi pada matriks ilahi tersebut.     

Jika Pendekar Lihen berhasil, ini akan menjadi momen transformasi baginya. Seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompong, Pendekar Lihen akan menuntaskan proses penyucian ini. Bagi Ye Futian, hal ini tidak akan begitu berguna. Namun, situasinya berbeda untuk Pendekar Lihen. Ini akan menjadi sebuah perubahan besar baginya.     

*Brak*     

Saint Avici mengambil satu langkah ke depan. Terdapat cahaya suci keemasan di matanya. Kedua matanya seolah-olah mampu menembus ruang hampa dan kini dia menatap lurus ke depan. Dalam sekejap, muncul sebilah pedang ilahi berwarna emas.     

Orang ini benar-benar menunjukkan tanda-tanda akan berhasil.     

Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Pria yang sebelumnya meminta agar Aula Pedang Surgawi membawanya ke Reruntuhan Dewa ini akan mewarisi Pedang Ilahi?     

Apakah upaya yang dilakukan oleh Ye Futian sebelumnya hanya bertujuan untuk membuka jalan bagi orang ini?     

Qin He juga memikirkan hal yang sama. Kedua matanya yang indah menatap ke arah Ye Futian. Apakah dia memutuskan untuk memberikan kesempatan yang langka ini pada Pendekar Lihen?     

"Tuan, apa yang sedang kau lakukan?" Ye Futian melangkah ke depan dan berdiri di hadapan Saint Avici, lalu berkata, "Kita telah menetapkan peraturan agar kita semua terhindar dari konflik dan untuk melihat siapa yang ditakdirkan untuk mewarisi Pedang Ilahi ini."     

"Mereka yang memiliki kemampuan lebih unggul akan selalu merebut kesempatan yang ada di Reruntuhan Dewa. Apa gunanya mematuhi peraturan?" ujar Saint Avici dengan acuh tak acuh. Setelah dia mengatakan hal ini, pedang ilahi emas yang tak terhitung jumlahnya muncul di sekelilingnya. Setiap pedang ilahi itu dilengkapi dengan rune emas elemen ruang dan waktu. Pedang-pedang itu tampak sangat menonjol dan sepertinya mampu melintasi ruang hampa untuk menghabisi lawannya secara langsung.     

Bilah-bilah pedang itu tidak hanya berada di sekitar Saint Avici; banyak pedang ilahi emas juga muncul di sekitar matriks tersebut. Semua pedang itu menunjuk ke arah Pendekar Lihen yang berada di dalam matriks. Pada saat ini, Pendekar Lihen kemungkinan besar tidak akan bisa menangkis semua pedang tersebut.     

"Yu Sheng," Ye Futian berteriak. Yu Sheng langsung memahami maksud Ye Futian dan melesat dengan mengambil langkah-langkah besar.      

*Whoosh* Pedang-pedang ilahi emas itu menembus ruang hampa dan berusaha membunuh Pendekar Lihen. Namun, satu sosok iblis turun dari atas langit. Dalam sekejap, sebuah dinding iblis muncul di sekitar Pendekar Lihen, melindungi area di sekitarnya.     

Ketika mereka menyaksikan hal ini, para kultivator dari Aula Pedang Surgawi melangkah ke depan satu per satu, tubuh mereka melesat ke udara. Dalam sekejap, aura pedang menutupi langit, menyelimuti area yang tak terbatas. Pedang-pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya itu bergemuruh dan mengeluarkan suara melengking yang tajam. Aura pedang yang menakjubkan itu mengandung aura pembunuh yang sangat kuat.     

Mereka memandang ke arah Ye Futian dan Yu Sheng. Hawa dingin terlintas di mata mereka. Karena mereka telah menemukan cara untuk mewarisi Pedang Ilahi itu, bagaimana mungkin mereka bisa membiarkan Pendekar Lihen, orang yang telah meminta bantuan mereka untuk memasuki Reruntuhan Dewa mendapatkan pedang tersebut?     

Upaya yang dilakukan Ye Futian dan Yu Sheng untuk menahan pergerakan mereka tampaknya akan berakhir sia-sia.     

"Mereka yang memiliki kemampuan lebih unggul dapat memperoleh segalanya?" Ye Futian memandang ke arah Saint Avici, "Dari tiga pedang yang tersisa, aku lah yang menemukan dua pedang di antaranya. Setelah membuka Matriks Pedang Ilahi, aku tidak pernah berpikiran untuk mengklaim Pedang Ilahi itu sebagai milikku, dan sebaliknya membiarkan semua orang untuk memperebutkannya secara adil. Karena kau mengatakan bahwa mereka yang memiliki kemampuan lebih unggul dapat merebut kesempatan yang langka ini, maka lakukanlah."     

Para anggota dari Aula Pedang Surgawi tersenyum sinis ketika Ye Futian mengatakan hal ini. Mungkinkah dia masih percaya diri bahwa dia mampu menangkis pedang mereka?     

Jangankan pedang mereka, apakah dia mampu menangkis pedang dari Saint Avici?     

Pada saat ini, sebuah tombak ilahi yang menakjubkan muncul di tangan Ye Futian. Dalam sekejap, aura petarung memenuhi udara. Dia sudah siap untuk menghadapi sepuluh ribu bilah pedang itu sendirian. Dia memiliki aura yang tak tertandingi di sekelilingnya. Dia mengarahkan tombak itu ke arah kultivator yang memimpin kelompok dari Aula Pedang Surgawi dan berkata, "Siapa pun yang berani melangkah ke depan akan mati."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.