Legenda Futian

Masalah



Masalah

1Di Kota Reruntuhan, banyak Gerbang Ruang dan Waktu bermunculan di berbagai tempat. Banyak sosok berjalan keluar dari gerbang-gerbang itu dan muncul di lokasi yang berbeda-beda. Setelah mereka muncul, mereka menarik napas dalam-dalam dan memandang Gerbang Ruang dan Waktu yang baru saja mereka lewati, ekspresi mereka terlihat seperti merindukan sesuatu. Sesuai dugaan, aura yang mereka rasakan di area ini tidak bisa dibandingkan dengan aura yang berada di dalam Reruntuhan Dewa, terutama area yang menyelimuti Istana Surgawi. Aura di dua area itu bahkan tidak bisa dianggap berada pada tingkatan yang sama. Namun, mereka juga menyadari bahwa dalam masa kehidupan ini, mungkin mereka tidak akan pernah memiliki kesempatan lainnya untuk memasuki Kota Reruntuhan.     
2

Hal ini bisa terjadi apabila tingkat Plane mereka tidak pernah mengalami perkembangan, dan mereka tidak pernah bisa mencapai Renhuang Plane. Ini juga bukan sesuatu yang mereka inginkan. Jika mereka tidak dapat mencapai Renhuang Plane dalam lima puluh tahun ke depan, maka perjalanan kultivasi mereka akan segera berakhir.     

Sudah jelas, semua orang berharap agar mereka bisa memiliki masa depan yang lebih baik.     

Semakin banyak orang yang bermunculan dari Gerbang Ruang dan Waktu. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok. Para anggota dari pasukan-pasukan yang sama berjalan keluar dari pintu gerbang yang sama dan juga muncul di lokasi yang sama pula.     

Kelompok Ye Futian juga telah pergi meninggalkan Reruntuhan Dewa. Mereka semua pergi bersama-sama. Ye Futian memandang ke arah Dou Zhao, yang baru saja muncul dan bertanya, "Apakah kau telah menyembunyikan pohon willow itu?"     

Rasa malu terlintas di mata Dou Zhao. Namun, dia berusaha menutupinya dan berkata, "Kau juga telah mengambil banyak harta karun dari dalam Reruntuhan Dewa. Berkacalah terlebih dahulu sebelum berkomentar."     

Pohon willow itu juga merupakan sebuah harta karun. Perilaku mereka tidak jauh berbeda satu sama lain.     

"Kau benar." Ye Futian berpikir sejenak dan menyadari dia tidak bisa menyangkal kata-kata Dou Zhao.     

Ekspresi Dou Zhao kembali normal. Berbicara tentang harta karun, kemungkinan besar Ye Futian adalah pihak yang paling diuntungkan di antara semua kultivator yang memasuki Reruntuhan Dewa kali ini. Pria ini telah menjarah semua pusaka yang tersimpan di dalam Aula Suci Ruang dan Waktu. Sebagai perbandingan, Dou Zhao hanya mencabut sebatang pohon willow. Ketika dia memikirkan perbedaan di antara mereka, Dou Zhou merasa sedih.     

Namun, Dou Zhao memandang Ye Futian dengan tatapan tajam, lalu berkata, "Ye Futian, kita telah menghadapi situasi antara hidup dan mati selama perjalanan ini berlangsung. Mulai sekarang, kau sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Aku adalah keturunan bermartabat dari Dewa Pertempuran, dan aku memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan. Aku hanya berteman dengan melihat kepribadian seseorang dan bukan asal-usulnya."     

"Kau adalah sosok yang setia." Ye Futian merasa sedikit tersentuh.     

"Kau benar," Dou Zhao melanjutkan kata-katanya, "Di masa depan, jangan ragu untuk menghubungiku terkait masalah apa pun. Sumber daya yang kumiliki juga menjadi milikmu."     

Ye Futian mengedipkan matanya. Tunggu sebentar… Apa yang dia maksud dengan 'sumber daya yang kumiliki juga menjadi milikmu'?     

Kalau begitu, apakah itu berarti Dou Zhao juga dapat mengklaim sumber daya Ye Futian sebagai miliknya?     

Mengapa Ye Futian merasa bahwa sikapnya ini sedikit mencurigakan?     

Ketika dia memikirkan kemungkinan tersebut, dia memandang Dou Zhao dengan tatapan aneh.     

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Dou Zhao menyadari tatapan mata Ye Futian. Tatapan mata macam apa itu? Dia sangat peka terhadap hal-hal seperti ini…     

"Sebaiknya kita tidak perlu terburu-buru menjadi saudara satu sama lain. Akan lebih baik jika kita mulai hubungan ini sebagai teman," ujar Ye Futian setelah berpikir sejenak. Mau tidak mau, dia harus berhati-hati terhadap Dou Zhao!     

"Kau..." Dou Zhao menunjuk ke arah Ye Futian sambil tertegun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa seperti inilah kepribadian Ye Futian. Bagaimanapun juga, dia adalah keturunan dari Dewa Pertempuran.     

"Baiklah. Tidak peduli apakah kau menganggapku sebagai saudaramu atau tidak, aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri," ujar Dou Zhao. 'Keteguhan' Dou Zhao tersirat melalui kata-katanya. Ye Futian harus menyetujui ide Dou Zhao tidak peduli apakah dia akan menganggapnya sebagai saudara atau tidak.     

"Bocah ini lebih tidak tahu malu dariku..." Elang Kecil, yang berada di samping mereka, menatap Dou Zhao dengan tercengang. Bocah ini ingin menjadi saudara Ye Futian?     

Kalau begitu, bukankah status Dou Zhao akan menjadi lebih tinggi darinya?     

Ini tidak boleh terjadi. Dou Zhao harus mengantri dan menunggu gilirannya.     

Semua orang yang berada di sekitar Ye Futian juga menatap ke arah Dou Zhao dengan tercengang. Mereka tampak terkesan.     

Namun, meskipun penerus dari Suku Dou ini agak tidak tahu malu, namun dia adalah sosok yang cukup menarik.     

Satu per satu, banyak kultivator berjalan keluar dari dalam Reruntuhan Dewa. Banyak aura yang kuat menyelimuti area tempat mereka berada saat ini. Sebelumnya, banyak sosok terkemuka telah pergi ketika Reruntuhan Dewa dibuka. Kemudian, seiring berjalannya waktu, banyak sosok terkemuka menunggu di luar hingga junior-junior mereka kembali.     

Lagipula, di antara putra-putri kebanggaan yang telah memasuki Reruntuhan Dewa, beberapa dari mereka memiliki latar belakang yang mengesankan. Misalnya, Nan Luoshen adalah putri semata wayang dari Kaisar Nan dan Permaisuri Luo. Bagaimana mungkin Kerajaan Nantian tidak membawa dampak besar bagi Nan Luoshen?     

Setelah semua orang keluar dari Reruntuhan Dewa, Gerbang Ruang dan Waktu itu perlahan-lahan menghilang. Sementara itu di dalam Kota Reruntuhan, aura Jalur Agung elemen ruang dan waktu yang tak tertandingi juga telah menghilang. Semuanya telah kembali seperti semula, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa di sana.     

Tidak lama kemudian, seberkas cahaya bersinar terang. Di atas langit, sebuah kereta bergerak melintasi langit dan memasuki Kota Reruntuhan.     

Ye Futian bisa merasakan dengan jelas bahwa banyak aura menyebar di sekitarnya. Aura-aura itu tidak ditujukan padanya. Sebaliknya, aura itu berasal dari tokoh-tokoh penting yang sedang mencari junior mereka masing-masing.     

"Dou Zhao," tiba-tiba terdengar sebuah suara memanggil nama Dou Zhao.     

Dou Zhao berbalik dan melihat sekelompok orang berjalan menghampirinya. Pemimpin dari kelompok itu adalah seorang pria paruh baya bertubuh kekar dengan temperamen yang sangat mengintimidasi. Ada sebuah tekanan kuat yang terpancar dari tubuhnya. Dia adalah salah satu sosok terkemuka dari Suku Dou.     

"Paman Kedua," Dou Zhao menyapa ketika dia melihat orang yang menghampirinya.     

"Bagaimana? Apakah kau mendapatkan sesuatu?" Suara Paman Kedua Dou Zhao terdengar seperti gemuruh petir, sangat keras dan jelas. Dia adalah sosok yang penuh dengan energi.     

"Aku belum menjadi seorang Renhuang. Namun, hal itu tidak penting. Di dalam Reruntuhan Dewa, aku telah mendapatkan keuntungan terbesar," jawab Dou Zhao.     

"Oh?" Tokoh penting dari Suku Dou itu tampak tertarik dan bertanya, "Keuntungan seperti apa yang berhasil kau dapatkan?"     

"Aku telah mendapatkan saudara baru," ujar Dou Zhao dengan nada serius. Dia menunjuk dengan bangga ke arah Ye Futian dan berkata, "Dia adalah saudara yang telah kudapatkan saat berada di dalam Reruntuhan Dewa, Ye Futian."     

???     

Ekspresi Ye Futian menjadi muram. Apakah pria ini baru saja menyebut dirinya sendiri sebagai saudaranya secara paksa?     

Tatapan mata Paman Kedua Dou Zhao kini beralih pada Ye Futian. Pandangannya tampak bermartabat saat dia mengamati sosok Ye Futian dengan seksama.     

"Perkenalkan, nama saya Ye Futian," Ye Futian memperkenalkan diri saat sebuah pemikiran terlintas di benaknya. Dou Zhao benar-benar tak tahu malu.     

"Tidak buruk." Tatapan mata Paman Kedua Dou Zhao sepertinya mengandung cahaya suci di dalamnya. Dengan tingkat Plane-nya saat ini, dia tentu saja bisa menebak bahwa Ye Futian adalah sosok yang luar biasa. Dia berkata, "Dou Zhao adalah sosok yang menjunjung tinggi harga dirinya. Karena dia bersedia menjadi saudaramu, dia pasti telah menyadari bahwa ada sesuatu yang luar biasa pada dirimu. Jika kau memiliki kesempatan di masa depan, silahkan datang berkunjung ke Suku Dou."     

Sosok yang menjunjung tinggi harga dirinya? Ye Futian memandang ke arah Dou Zhao. Dia tidak mengetahui hal tersebut sebelumnya.     

"Terima kasih banyak, senior. Jika saya memiliki kesempatan, saya pasti akan datang berkunjung," ujar Ye Futian sambil menganggukkan kepalanya.     

"Futian," seseorang memanggil namanya.     

Lord Taixuan dan Tetua Agung Tianhe berjalan mendekat bersama-sama. Mereka selalu berada di sekitar sini, mengamati segala aktivitas yang terjadi di tempat ini. Ketika mereka melihat bahwa pintu gerbang dari Reruntuhan Dewa telah dibuka, mereka langsung pergi kemari.     

"Lord Taixuan, Guru," Ye Futian menyapa mereka dari kejauhan.     

"Kau telah menjadi seorang Renhuang." Keduanya memandang ke arah Ye Futian. Lord Taixuan tampak tersenyum.     

"Hmm." Ye Futian mengangguk.     

Paman Kedua Dou Zhao, yang berada di samping mereka, mengenali Lord Taixuan ketika dia melihat sosoknya. Pria ini adalah kultivator dari Dunia Higher Heavens yang telah menerobos ke tingkat Plane legendaris.     

Melihat situasi saat ini, tampaknya hubungan antara Ye Futian dengan Lord Taixuan cukup istimewa.     

Lord Taixuan dan Tetua Agung Tianhe memandang ke arah Pendekar Lihen. Sebelum memasuki Reruntuhan Dewa, Pendekar Lihen tampak sangat biasa bagi mereka. Namun sekarang, dia benar-benar memiliki temperamen yang luar biasa. Dia juga telah menerobos ke tingkat Renhuang. Selain itu, temperamen Xia Qingyuan, Yaya, dan Yu Sheng juga menunjukkan perubahan.     

Sepertinya mereka mendapatkan banyak keuntungan dari perjalanan ini.     

Di udara, tokoh-tokoh penting dari pasukan besar lainnya juga telah tiba satu per satu. Di satu sudut tertentu tempat kelompok terkuat berada, sebuah kereta phoenix membentuk sebuah jalan, dan kumpulan awan tampak memenuhi langit. Ada banyak kultivator yang berada di sana. Tidak lama kemudian, dua sosok muncul dari dalam kereta tersebut. Salah satunya adalah satu sosok berwajah tampan. Sementara satu sosok lainnya merupakan seorang wanita yang sangat cantik, seolah-olah dia adalah seorang dewi.     

"Kaisar Nan, Permaisuri Luo." Banyak orang membungkuk hormat ke arah mereka. Bahkan tokoh-tokoh penting dari pasukan-pasukan besar juga membungkuk hormat dan menyapa mereka.     

Kaisar Nan adalah pemimpin dari Kerajaan Nantian, dan Permaisuri Luo adalah istrinya. Mereka berdua datang kemari secara pribadi. Banyak tokoh penting dari pasukan-pasukan besar juga harus membungkuk hormat dan menyapa mereka ketika bertemu dengan keduanya secara langsung.     

Kaisar Nan mengangguk pelan. Tatapan matanya kini beralih pada Nan Luoshen. Kedua matanya menunjukkan senyuman penuh kasih sayang. Meskipun Nan Luoshen sudah menjadi seorang Renhuang, dia tetaplah putrinya. Tidak peduli seperti apa pun tingkat Plane-nya, hal itu tidak akan pernah berubah.     

"Kau telah menerobos ke tingkat Renhuang. Sepertinya puteri kita telah mendapatkan kesempatan yang langka di dalam Reruntuhan Dewa," ujar Kaisar Nan sambil tersenyum.     

"Mengapa ayah datang kemari secara pribadi?" tanya Nan Luoshen. Orang-orang merasa iri padanya. Namun, dia sendiri tidak terlalu senang terhadap hal tersebut. Dia bahkan menghela napas secara diam-diam. Dia sudah menjadi seorang Renhuang, dan orang tuanya masih mengkhawatirkannya.     

"Kebetulan kami berada di dekat sini, jadi kami mampir kemari untuk melihat-lihat." Meskipun Kaisar Nan adalah salah satu tokoh penting dari 3.000 Dunia Jalur Agung, namun di hadapan Nan Luoshen, dia tidak menunjukkan temperamennya yang menakjubkan. Sudah jelas dia datang kemari untuk mengantar putrinya pulang, tetapi dia mengatakan bahwa mereka hanya sekedar mampir kemari. Bagaimanapun juga, Nan Luoshen adalah putri semata wayang mereka. Reruntuhan Dewa dikenal sebagai tempat dimana banyak putra-putri kebanggaan dari berbagai macam pasukan tewas terbunuh. Bagaimana mungkin mereka tidak mengkhawatirkan keselamatan putri mereka?     

Beberapa orang dilahirkan dengan titik awal yang jauh lebih tinggi daripada banyak orang lainnya. Banyak orang yang melihat pemandangan ini mengeluh pada diri mereka sendiri. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang merupakan anggota biasa dari pasukan-pasukan besar. Meskipun mereka telah memasuki Reruntuhan Dewa, mereka hanya berada di sana sebagai pemeran pendukung.     

Mereka hanya bisa mengagumi latar belakang yang dimiliki oleh Nan Luoshen.     

Kaisar Nan adalah salah satu petinggi dari 3.000 Dunia Jalur Agung. Sangat sulit untuk bertemu dengannya di hari-hari biasa. Namun, demi putrinya, dia datang kemari untuk mengantarnya pulang.     

"Perkenalkan, nama saya Shen Hao. Salam hormat untuk Kaisar Nan dan Permaisuri Luo." Satu sosok berwajah tampan muncul di bawah Kaisar Nan. Sosok itu membungkuk hormat saat melihat kehadiran mereka.     

Kaisar Nan memandang ke arah Shen Hao. Dia merespon sapaan Shen Hao dengan mengangguk dan bertanya, "Apakah kau berasal dari Klan Dewa?"     

"Ya." Shen Hao mengangguk.     

"Tidak buruk." Kaisar Nan mengangguk pelan dan tidak berkata apa-apa lagi. Shen Hao adalah seorang kultivator muda yang berbakat dari Klan Dewa, tetapi melihat status Kaisar Nan, sudah cukup baginya untuk memberikan komentar dengan satu kalimat saja.     

 "Kalau begitu saya pamit undur diri terlebih dahulu." Shen Hao juga tidak banyak berkomentar. Setelah memandang Nan Luoshen sejenak, dia berbalik dan pergi.     

Ada begitu banyak putra kebanggaan di 3.000 Dunia dari Jalur Agung. Begitu pula gadis-gadis yang luar biasa. Namun, di generasi mereka, sulit sekali menemukan wanita dengan bakat dan status seperti Nan Luoshen.     

Para senior dari Klan Dewa juga melihat apa yang dilakukan oleh Shen Hao. Namun, mereka tidak mengomentarinya. Jika Shen Hao dapat membangun hubungan baik dengan Nan Luoshen, tentu saja hal itu akan menguntungkan Klan Dewa.     

Pada saat yang bersamaan, aura-aura yang mengerikan menyebar dari berbagai arah di Kota Reruntuhan. Keinginan membunuh tersembunyi di dalam aura-aura itu.     

Banyak kultivator telah kembali dari Reruntuhan Dewa dengan membawa keuntungan yang melimpah setelah mendapatkan kesempatan langka masing-masing.     

Namun, ada beberapa orang yang tetap tinggal di dalam Reruntuhan Dewa untuk selama-lamanya Mereka adalah orang-orang yang tewas terbunuh di dalam reruntuhan itu.     

Salah satunya adalah Gai Shi Shi dari Negeri Ilahi Emas.     

Saat ini, para kultivator dari Negeri Ilahi Emas memancarkan cahaya yang menyilaukan saat mereka bergerak melintasi langit. Mereka melesat dengan kecepatan tinggi dan akhirnya berhenti di udara. Mereka mengarahkan kekuatan mereka ke bawah, yang dipenuhi dengan keinginan membunuh di dalamnya.     

Orang-orang yang berada di bawah mereka adalah kelompok Ye Futian.     

Ye Futian mendongak ke udara. Cahaya keemasan itu sangat menyilaukan. Namun, tatapan matanya tetap terlihat tenang. Dia telah menduga bahwa situasi ini akan terjadi. Dia telah membunuh Gai Shi Shi; dia tahu bahwa dia pasti akan menemui masalah setelah dia keluar dari Reruntuhan Dewa.     

Namun, dia tidak bisa membiarkan Gai Shi Shi tetap hidup; pria itu telah beberapa kali mencoba membunuhnya.     

Cepat atau lambat mereka akan menjadi musuh bebuyutan satu sama lain.     

Lord Taixuan mengerutkan keningnya saat tatapan matanya tertuju ke arah langit. Pemimpin dari kelompok yang baru saja tiba adalah sang jenderal suci yang membawa Gai Shi Shi ke Gunung Taixuan untuk berkunjung di masa lalu.     

"Ye Futian," terdengar suara bernada dingin lainnya. Aura dari Pemimpin Dinasti Heavenly Mandate tampak sangat mengerikan dan dikerahkan menuju Ye Futian.     

Separuh anggota kelompok dari Dinasti Heavenly Mandate yang memasuki Reruntuhan Dewa telah tewas terbunuh. Mereka mengalami kerugian besar dalam perjalanan ini.     

Bahkan Yi Tianyu juga terluka parah. Terlebih lagi, dia sepertinya mengalami trauma yang luar biasa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.