Legenda Futian

Pemikiran Liar



Pemikiran Liar

3Tiga hari kemudian, fenomena-fenomena ilahi itu menghilang dan suasana di istana itu kembali sunyi.     1

Langit terbentang bermil-mil jauhnya tanpa ada satu pun awan yang terlihat. Langit tampak cerah, seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi sebelumnya.     

Namun, area di sekitar istana tempat tinggal Ye Futian dipadati oleh banyak orang. Banyak kultivator berdiri di atas gedung-gedung saat mereka menatap ke arah istana tempat Ye Futian berada dengan tercengang.     

Seolah-olah istana itu sedang dikepung. Banyak kultivator memusatkan perhatian mereka pada istana tersebut.     

Sementara itu di kejauhan, sekelompok kultivator dari Akademi Tianshen sedang berdiri di atas tangga langit. Mereka semua memandang ke arah istana itu. Bahkan ada beberapa renhuang di antara mereka.     

"Jika seseorang sedang membuktikan Jalur Agung dan menerobos ke Renhuang Plane, maka tiga hari dapat dianggap sebagai kurun waktu yang singkat. Namun, ini adalah pertama kalinya aku bertemu seseorang yang menimbulkan munculnya fenomena ilahi selama tiga hari hanya untuk menempa Roda Ilahi," gumam seseorang. Meskipun jumlah kultivator tingkat Renhuang di seluruh dunia tidak begitu banyak, namun Akademi Tianshen bukanlah tempat biasa. Para kultivator yang berkultivasi di sini selalu menyaksikan beberapa terobosan setiap tahunnya.     

Sebagian besar murid yang berada di area itu memandang seorang Tetua dari Akademi Tianshen. Tetua itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku menerima kabar bahwa ketika Ye Futian berada di Gunung Daozang, dia telah membaca banyak dokumen tentang metode kultivasi. Sepertinya dia sedang menerapkan apa yang telah dia pelajari selama ini ke dalam proses menempa Roda Ilahi dari Jalur Agung. Menurutku dia tidak ingin menempa Roda Ilahi yang sederhana; alih-alih, dia menggabungkan beberapa metode kultivasi ke dalamnya. Hal itu akan menyebabkan Roda Ilahi miliknya mengandung kekuatan penghancur yang sangat dahsyat. Apalagi proses penggabungan ini telah berlangsung selama tiga hari."     

"Dia telah mengkombinasikan seluruh proses penggabungan ini dengan proses penempaan Roda Ilahi dari Jalur Agung. Karena itulah, apa yang dia lakukan ini telah menyebabkan munculnya fenomena-fenomena ilahi secara terus-menerus," Tetua itu menjelaskan.     

Semua orang di sekitarnya mengangguk pelan. Penjelasan ini memang masuk akal, namun tetap saja, situasi ini jarang sekali terjadi. Pria ini memang memiliki metode latihan yang aneh. Dia benar-benar mampu memahami Jalur Agung sambil menempa Roda Ilahi, sehingga menyebabkan munculnya fenomena-fenomena ilahi yang berkelanjutan.     

"Aku jadi penasaran di tingkat apa Roda Ilahi yang ditempa olehnya kali ini," ujar seseorang dengan suara pelan. "Apakah itu adalah Roda Ilahi yang sempurna?"     

"Tanpa memedulikan tingkatan dari Roda Ilahi itu, pembukaan Reruntuhan Dewa kali ini juga mengingatkan semua orang bahwa banyak sosok legendaris akan lahir dari generasi ini. Kalian semua perlu berlatih lebih giat lagi," seorang Tetua menyimpulkan. Kemudian, dia berbalik dan berjalan menuju Akademi Tianshen.     

"Kami mengerti." Para murid menundukkan kepala mereka. Mereka merasa tertekan, tetapi juga termotivasi.     

Sementara itu di dalam istana, Ye Futian telah menghentikan latihannya. Saat ini, dia dikelilingi oleh aura yang sangat kuat. Kedua matanya tampaknya berubah warna menjadi emas dan mengandung cahaya suci di dalamnya. Sepasang mata emas itu bahkan seperti memiliki pusaran-pusaran di dalamnya yang terus menerus berputar ke dalam seperti lubang-lubang hitam keemasan.     

Sepasang mata emas itu perlahan-lahan terpejam. Ketika Ye Futian kembali membuka matanya, kedua matanya yang berwarna hitam legam kembali seperti semula, seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.     

'Aku berhasil,' Ye Futian berseru dalam hati.     

"Ye Futian," seseorang memanggilnya.     

Ye futian berjalan keluar, dan dia melihat sekelompok orang terbang melintasi langit, kemudian mereka mendarat di istananya. Pemimpin dari kelompok itu tidak lain adalah putri dari pemimpin Klan Xiao, Xiao Muyu.     

"Dewi Xiao," Ye Futian menyapanya sambil tersenyum.     

"Dimana peralatan-peralatan ritual yang telah kau janjikan untukku?" Xiao Muyu bertanya tanpa ragu-ragu. Dia datang ke Akademi Tianshen setelah kembali ke Klan Xiao terlebih dahulu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan sosok yang telah menimbulkan fenomena ilahi ini.     

"Peralatan ritual seperti apa yang dibutuhkan oleh Dewi Xiao?" tanya Ye Futian.     

"Tunjukkan apa saja yang kau miliki, dan aku akan memilih sendiri." Xiao Muyu menatap Ye Futian dengan curiga. Pria ini sangat licik. Jika dia membiarkan pria ini memilihkan peralatan ritual untuknya, bukankah dia akan memilih beberapa peralatan ritual secara acak untuk menipunya?     

"Dewi Xiao, apa kau tidak percaya padaku?" tanya Ye Futian.     

"Tidak," jawab Xiao Muyu dengan tegas. Dia tidak akan tertipu oleh pria berwajah tampan ini.     

"Baiklah," ujar Ye Futian sambil tersenyum masam. "Dewi Xiao, ikutlah denganku."     

Setelah mengatakan hal ini, dia memandu jalan dan Xiao Muyu mengikutinya sendirian. Tidak lama kemudian, keduanya tiba di sebuah tempat pelatihan di dalam istana tersebut. Ye Futian memberi perintah dalam pikirannya, dan dalam sekejap, muncul sebuah aula suci ruang dan waktu berwarna emas, menyelimuti mereka berdua di dalamnya.     

"Dewi, silahkan pilih peralatan ritual yang kau inginkan," Ye Futian mempersilahkan Xiao Muyu untuk memilih peralatan ritualnya.     

"Apakah semua ini adalah peralatan ritual yang kau miliki?" Xiao Muyu tampak curiga. Bukankah dia telah mendapatkan sebuah istana yang dipenuhi dengan peralatan ritual? Namun pada saat ini, hanya ada sekitar 20 peralatan ritual yang tersisa di sini.     

"Dewi Xiao, peralatan-peralatan ritual ini bukan hanya untukmu. Sebelumnya, aku sudah memberikan banyak peralatan ritual pada kultivator lainnya. Aku sudah menjadi seorang renhuang, dan pola pikiranku kini sangat kokoh. Apakah aku akan berani menipumu?" ujar Ye Futian dengan ramah.     

Sosok yang bijaksana seperti Ye Futian hanya menyembunyikan seratus peralatan ritual darinya.     

Xiao Muyu menyesali tindakannya. Seharusnya dia memilih peralatan ritualnya lebih awal. Ye Futian telah meminta bantuan dari banyak pihak, terutama Akademi Tianshen. Kemungkinan besar dia telah membagikan sebagian besar peralatan ritualnya pada Akademi Tianshen. Sudah jelas, pasukan lainnya juga telah mendapatkan jatah mereka masing-masing.     

Adapun berapa banyak peralatan ritual yang telah dibagikan oleh Ye Futian, mustahil bagi siapa pun untuk memeriksa ulang hal tersebut. Dia hanya akan membuatnya terus menebak-nebak.     

"Puteri Nan Luoshen juga perlu memilih peralatan ritualnya setelah dia tiba kemari. Karena kau tiba lebih dulu darinya, Dewi Xiao masih memiliki lebih banyak pilihan peralatan ritual. Jika kau memilih peralatan ritual setelah Nan Luoshen menentukan pilihannya, mungkin tidak banyak peralatan ritual yang tersisa untukmu." ujar Ye Futian sambil mencoba menghibur Xiao Muyu tentang hal tersebut. Mendengar kata-kata Ye Futian, rasanya seolah-olah Xiao Muyu memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan Nan Luoshen.     

Xiao Muyu mengamati sosok Ye Futian dengan seksama. Mengapa sulit sekali membaca ekspresi pria ini?     

Sementara itu, Ye Futian memandang Xiao Muyu dengan tatapan polos.     

"Aku percaya bahwa Tuan Ye tidak akan tega untuk menipu seorang gadis yang lemah. Jika kau menipuku, bukankah hal itu akan membuatmu lebih buruk dari binatang?" ujar Xiao Muyu.     

Hati Ye Futian berguncang. Wanita yang sangat kejam... dia benar-benar tidak memiliki kata-kata yang bisa dia gunakan untuk membalas ucapannya.     

"Kau benar," jawab Ye Futian sambil tersenyum.     

"Kalau begitu, aku akan memilih peralatan ritual bagianku," Xiao Muyu tidak berkata apa-apa lagi. Meskipun dia masih merasa curiga, namun dia tidak mungkin memaksa Ye Futian untuk mengungkapkan apa yang dia sembunyikan. Saat ini dia memandang peralatan-peralatan ritual itu dengan ekspresi serius di wajahnya.     

Ini adalah periode waktu yang penting baginya untuk membuktikan Jalur Agung miliknya. Banyak orang telah menempa Roda Ilahi yang sempurna saat berada di dalam Reruntuhan Dewa. Hal ini berdampak besar baginya. Sudah jelas, dia berharap bahwa dia bisa menempa Roda Ilahi yang kuat ketika dia membuktikan Jalur Agungnya.     

"Aku akan mengambil tiga peralatan ritual ini." Xiao Muyu menunjuk ke arah tiga peralatan ritual pilihannya.     

"Baiklah." Ye Futian mengangguk dan menyerahkan tiga peralatan ritual itu pada Xiao Muyu.     

"Terima kasih banyak, Tuan Ye." Setelah Xiao Muyu mendapatkan peralatan ritual miliknya, dia berpamitan padanya dan berkata, "Aku pergi dulu."     

"Dewi Xiao, berhati-hatilah di jalan." Ye Futian tidak memaksanya untuk tinggal lebih lama lagi.     

Xiao Muyu mengambil beberapa langkah ke depan. Kemudian, dia berbalik dan bertanya pada Ye Futian, "Oh ya, di tingkat apa Roda Ilahi yang baru saja ditempa oleh Tuan Ye?"     

"Itu hanya Roda Ilahi biasa, tidak layak untuk disebutkan," jawab Ye Futian dengan ramah.     

"Apa itu bukan Roda Ilahi yang sempurna?" Xiao Muyu tampak bingung. Kemudian dia bertanya secara rinci, "Seperti apakah tingkat 'biasa' yang kau maksud itu?"     

"Mmm, Roda Ilahi yang baru saja kutempa hanya sedikit lebih kuat dari Roda Ilahi milikku sebelumnya. Hanya ada sedikit perbedaan kekuatan di antara dua Roda Ilahi tersebut, jadi tidak ada yang istimewa dari Roda Ilahi itu," jawab Ye Futian sambil tersenyum.     

Sudut mulut Xiao Muyu berkedut.     

"Kalau begitu, sampai jumpa." Xiao Muyu berbalik dan pergi. Sesuai dugaannya, Roda Ilahi milik Ye Futian sangat 'biasa'.     

Xiao Muyu kini semakin yakin bahwa b*jingan ini menyembunyikan banyak peralatan ritual darinya.     

Ye Futian adalah pria rendahan yang tak tahu malu.     

"Akhirnya aku bisa bersantai," gumam Ye Futian saat dia melihat Xiao Muyu pergi ke kejauhan. Wanita itu benar-benar bergumam bahwa dia adalah seorang pria rendahan?     

Setelah Xiao Muyu pergi, Ye Futian langsung duduk di dalam aula suci ruang dan waktu yang dia keluarkan. Aula itu terus membesar, untaian aura ruang dan waktu yang tak terhitung jumlahnya saling bersilangan satu sama lain. Mereka membentuk gerbang ruang dan waktu yang menyegel area ini dalam sekejap. Gerbang-gerbang itu tidak hanya menghalangi pandangan orang lain, tetapi jiwa spiritual mereka juga tidak dapat menerobos ke dalam area ini, yang sekarang benar-benar terpisah dari dunia luar.     

Ye Futian mengayunkan tangannya, dan dalam sekejap, semua peralatan ritual di aula itu langsung berpindah ke satu sisi. Sebuah area kosong berukuran besar telah muncul di bagian tengah aula suci tersebut. Kemudian Ye Futian duduk bersila di sana.     

Dengan satu perintah dari pikirannya, sebuah pohon ilahi tiba-tiba muncul di bagian tengah dari aula suci tersebut. Cahayanya menyelimuti seluruh tempat dan menyilaukan segala sesuatu di sekitarnya.     

Aura yang mengerikan mengalir keluar dari Pohon Dunia. Aura itu sangat kuat; Ye Futian bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang unik dari aura tersebut. Aura itu sepertinya berbeda dari semua aura lainnya di antara langit dan bumi.     

Ketika dia menerobos ke tingkat berikutnya, dia telah melahap Jalur Agung Dunia dalam jumlah besar untuk menempa Roda Ilahi dari Jalur Agung. Setelah dia mencapai Renhuang Plane, Pohon Dunia juga mengalami beberapa perubahan. Hal itu membuat Ye Futian merasa bahwa dia sebenarnya tidak perlu menempa Roda Ilahi. Pohon ini jauh lebih kuat daripada Roda Ilahi yang dia tempa.     

Suara gemerisik bergema di udara. Pohon Dunia sedang mengalami transformasi. Dalam sekejap, Pohon Dunia kini berubah menjadi sebuah pohon kuno yang berapi-api. Dedaunan yang tumbuh di dahan-dahannya sangat panas, seolah-olah sedang terbakar.     

Namun, pada saat berikutnya, mereka berubah menjadi sedingin es, dan setiap daun diselimuti oleh embun es yang mengerikan.     

Setelah itu, daun-daunnya menjadi sangat tajam, seolah-olah mengandung aura pedang yang sangat tajam. Ye Futian mengulurkan tangannya, dan sehelai daun mendarat di telapak tangannya. Pada saat itu juga, tangannya dikibaskan, dan daun-daun itu tercabik-cabik. Seberkas kilatan pedang yang menakjubkan langsung bersinar terang.     

Pohon Dunia mampu menempa Jalur Agung Dunia dan menggabungkannya ke dalam Jalur Agung miliknya sendiri.     

Sebelumnya, ketika Ye Futian berada di tanah leluhur dari Istana Divine, dia sudah yakin bahwa Jalur Agung miliknya sempurna.     

Saat ini, kepercayaan dirinya semakin meningkat.     

Ketika dia memikirkan hal itu sekarang, mengapa Jalur Agung miliknya begitu sempurna?     

Apakah perbedaan di antara Jalur Agung setiap kultivator?     

Apa yang membedakan antara Roda Ilahi yang sempurna dan Roda Ilahi biasa?     

Mengapa di beberapa area rahasia yang menakjubkan seperti tanah leluhur di Istana Divine dan Reruntuhan Dewa, terdapat kesempatan langka untuk menempa Roda Ilahi yang sempurna?     

Setelah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini sejenak, Ye Futian berdiri dari tempatnya, dan sebuah pintu terbuka di dalam aula suci tersebut. Dia bergegas pergi. Tidak lama kemudian, Ye Futian dan Pendekar Lihen masuk ke dalam aula suci itu bersama-sama. Kemudian pintu itu kembali tertutup.     

"Senior, bagaimana pendapat anda terkait masalah yang saya ceritakan sebelumnya?" tanya Ye Futian.     

"Maksudmu mengenai fakta bahwa Jalur Surgawi itu tidak sempurna dan apakah mungkin bagi para kultivator di 3.000 Dunia dari Jalur Agung untuk menempa Jalur Agung yang sempurna?" Pendekar Lihen menebak-nebak. "Sepertinya hal itu bisa dilakukan di beberapa area rahasia."     

"Saya juga memikirkan hal yang sama. Senior, apakah anda bersedia menguji perbedaan di antara Jalur Agung kita?" tanya Ye Futian.     

"Tentu saja." Pendekar Lihen mengangguk.     

*Boom* Sebuah aura yang kuat terpancar keluar, dan senar-senar guqin yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di sekitar mereka. Roda Ilahi milik Ye Futian dikeluarkan, dan senar guqin kini berada dimana-mana. Pada saat yang bersamaan, aura pedang terpancar dari tubuh Pendekar Lihen dan berusaha menahan kekuatan ini.     

"Apa yang anda rasakan?" Ye Futian bertanya.     

"Jalur Agung kita mirip satu sama lain," jawab Pendekar Lihen. Keduanya memiliki Roda Ilahi yang sempurna.     

Begitu dia selesai berbicara, seberkas cahaya suci yang lebih menyilaukan dari sebelumnya bersinar terang. Fenomena-fenomena ilahi muncul di atas langit. Senja menyelimuti area yang luas ini. Kekuatan Roda Ilahi milik Ye Futian menjadi semakin kuat.     

Pendekar Lihen bisa merasakan bahwa dia sedikit ditekan oleh kekuatan ini.     

"Bagaimana kalau sekarang?" Ye Futian bertanya lagi.     

"Jalur Agung milikmu memiliki ciri khas tersendiri. Tubuhku merasa sedikit tertekan." Pendekar Lihen tampak terkejut. Apa Tingkatan Roda Ilahi milik Ye Futian lebih tinggi dari tingkat sempurna?     

Ye Futian tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba, sulur-sulur tanaman yang tak terhitung jumlahnya muncul di dalam aula suci tersebut. Sulur-sulur itu menyebar dan memenuhi seluruh tempat, hingga menyelimuti tubuh Pendekar Lihen di dalamnya. Dedaunan pada sulur-sulur itu mengeluarkan suara gemerisik seolah-olah dedaunan itu adalah bilah-bilah pedang yang tajam.     

Jantung Pendekar Lihen berdegup kencang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir itu benar-benar menekan aura pedang miliknya.     

"Jalur Agung milikmu unik," ujar Pendekar Lihen.     

Ye Futian mengerutkan keningnya dan berkata, "Senior, kali ini cobalah menyerap auraku."     

"Baiklah." Pendekar Lihen mengangguk. Kemudian, dia menyerap aura yang terpancar dari dedaunan itu dan menggabungkannya ke dalam tubuhnya.     

"Auramu juga berupa aura pedang seperti milikku. Tetapi entah mengapa, auramu berbeda. Seperti jauh lebih murni. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan ini," ujar Pendekar Lihen sementara jantungnya berdegup kencang karena terkejut. "Perasaan ini mirip dengan apa yang kurasakan ketika aku menerima ilmu pedang di Kota Pedang, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam beberapa aspek."     

"Hmm."     

Ye Futian mengangguk. Hanya dengan satu perintah dari pikirannya, semua itu lenyap tak berbekas.     

Namun, dia masih merasa sangat gelisah.     

Tanah leluhur dari Istana Dewa memiliki sebuah tablet batu. Sementara Reruntuhan Dewa adalah sebuah tempat yang luar biasa.     

Pada saat ini, tiba-tiba dia memiliki pemikiran yang sangat liar!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.