Legenda Futian

Almighty Eye



Almighty Eye

0Di Gunung Divine Altar dari Akademi Tianshen, yang dikelilingi oleh banyak gunung lainnya, terdapat area pegunungan kuno yang terlihat seperti pedang raksasa yang mengarah ke atas langit, seperti hendak menembus awan.     
2

Kabut ilahi menyelimuti area tersebut, dan terdapat gelombang energi yang kuat terpancar dari Matriks Penyegel. Seolah-olah seluruh area itu memiliki sebuah Matriks Jalur Agung.     

Pada saat ini, ada sekelompok kultivator yang sedang berhadapan satu sama lain di Gunung Divine Altar.     

Yaya sedang duduk bersila. Energi terpancar dari tubuhnya saat aura pedang miliknya mengelilinginya. Sepertinya ada jejak-jejak darah di pakaiannya. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia terluka.     

Di depannya, Pendekar Lihen berdiri dengan membawa pedang di tangannya. Dia berusaha melindunginya.     

Namun, sosok yang berada di seberang Pendekar Lihen juga seorang Renhuang. Dia adalah Renhuang dengan Roda Ilahi tingkat ketiga, dan tampak seperti seorang pria paruh baya, hampir berusia 40 tahun. Ekspresinya tampak sedingin es. Auranya dikerahkan pada Pendekar Lihen dan juga menyelimuti tubuh Yaya.     

Ada juga satu sosok yang terluka di belakang pria paruh baya itu. Dia adalah seorang pemuda yang telah mencapai Saint Plane. Auranya berputar di sekelilingnya. Darah membasahi jubahnya hingga berubah warna menjadi merah.     

Sementara kultivator lainnya yang hadir di sana menyaksikan peristiwa itu dari samping.     

Renhuang yang berhadapan dengan Pendekar Lihen adalah sosok yang telah berlatih di Gunung Red Forge dari Akademi Tianshen. Sementara itu, kultivator yang terluka oleh Yaya juga berlatih disana. Dia adalah junior dari Renhuang tersebut.     

"Karena kalian adalah tamu dari Akademi Shentian, Gunung Red Forge tidak akan menyulitkan kalian. Suruh dia bergabung denganku. Gunung Red Forge akan memberinya hukuman yang lebih ringan." Renhuang itu bernama Luo Zhao. Dia bukanlah sosok yang berpengaruh di Akademi Tianshen, tapi karena dia adalah salah satu kultivator kuat di tingkat Renhuang, ditambah dengan fakta bahwa dia bisa menjadi Renhuang tingkat menengah kapan saja, dia memang memiliki status yang cukup tinggi di Gunung Red Forge.     

Bahkan dia mungkin memiliki kesempatan untuk mencapai Renhuang Plane tingkat atas jika dia diberi kesempatan untuk berlatih selama beberapa ratus tahun lagi.     

Tidak semua orang mampu menjadi sosok terkemuka. Hal itu juga berlaku di Akademi Tianshen. Di antara 3000 Dunia dari Jalur Agung, orang-orang yang memiliki potensi untuk melatih diri mereka sendiri ke Renhuang Plane tingkat atas pasti akan menjadi sosok berpengaruh yang akan fokus pada proses menyebarkan ajaran kultivasi. Sehingga, pasukan-pasukan besar pasti akan menginvestasikan banyak sumber daya kultivasi pada mereka.     

Orang-orang seperti Jian Qingzhu sangatlah langka. Bahkan Akademi Tianshen hanya memiliki satu orang seperti itu di generasi ini.     

"Menurutku dia tidak melakukan kesalahan apa pun," ujar Pendekar Lihen. Dia masih memegang pedangnya dengan erat. Dia tidak akan berkompromi dalam masalah ini.     

Pihak lawan-lah yang ingin bertarung. Ditambah lagi, serangan-serangannya benar-benar tak kenal ampun. Meskipun kemampuan Pendekar Nether tidak bisa diremehkan, namun pada akhirnya dia bukanlah tandingan bagi sosok berbakat dari Akademi Shentian itu. Bagaimanapun juga, mereka berdua berasal dari Dunia Kaisar Xia. Mereka tidak akan bisa mencapai tingkat setinggi ini jika mereka tidak mendampingi Ye Futian.     

Dia pasti akan dikalahkan jika yang bertarung adalah sosoknya di masa lalu. Situasinya akan sama seperti ketika dia bertarung melawan orang-orang dari Aula Pedang Surgawi.     

Karena itulah, dalam situasi dimana pihak lawan sangatlah kuat, Pendekar Nether menggunakan aura pedang dan melukai lawannya hingga terluka parah. Sudah jelas, lawannya tidak akan menahan diri dalam situasi seperti itu. Pendekar Nether tidak akan bisa memastikan apa yang akan terjadi padanya setelah menerima serangan tersebut.     

Setelah kultivator itu terluka, Renhuang itu langsung turun tangan dan melukai Pendekar Nether. Sekarang Renhuang itu ingin membawanya pergi? Apa maksudnya ini?     

Namun, Renhuang itu juga mengetahui siapa pemilik wilayah ini.     

Pada saat ini, aura dalam jumlah besar menyebar dari kejauhan. Renhuang itu melihat sekelompok orang melesat di udara. Mereka langsung melintasi ruang hampa dan tiba di sana. Pemuda berjubah putih yang memimpin kelompok itu langsung berjalan menghampiri Yaya.     

Yaya mendongak dan menatap Ye Futian, yang baru saja tiba. Dia mendengar Ye Futian bertanya, "Apa kau baik-baik saja?"     

"Lukaku tidak begitu parah." Yaya menggelengkan kepalanya.     

Ye Futian mengeluarkan satu Buah dari Jalur Agung dan mengarahkannya ke mulut Yaya. Yaya menggerakkan kepalanya ke belakang, namun Ye Futian tetap berhasil memasukkan buah itu ke dalam mulutnya. Apa yang bisa dilakukan oleh Yaya hanyalah memandang Ye Futian dengan kesal dan menelan Buah dari Jalur Agung itu.     

Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah, Ye Futian mengusap kepalanya.     

Yaya merasa sangat malu, tapi dia tidak bisa marah terhadap Ye Futian.     

Bagaimanapun juga, dia sudah mencapai puncak Saint Plane.     

"Bergegaslah menerobos ke tingkat berikutnya," bisik Ye Futian. Meskipun Yaya telah memperoleh aura pedang dari Kaisar Agung, tetapi dia belum mencapai puncak dari Saint Plane.     

Orang-orang dari Gunung Divine Altar mengamati Ye Futian dengan seksama. Apakah pria ini benar-benar mengabaikan semua orang yang hadir di sini?     

Akhir-akhir ini, ada banyak rumor tentang Ye Futian yang beredar di Akademi Tianshen. Dalam situasi normal, dia akan dibandingkan dengan orang-orang seperti Jian Qingzhu. Meskipun sebagian besar orang beranggapan bahwa mustahil Ye Futian bisa sekuat Jian Qingzhu, namun hanya membandingkannya dengan Jian Qingzhu sudah bisa menjadi bukti betapa kuatnya Ye Futian. Dia sudah dianggap sebagai salah satu kultivator terbaik.     

Tatapan mata Luo Zhao tertuju pada Ye Futian. Rumor mengatakan bahwa dia telah mengeksekusi pangeran dari Negeri Ilahi Emas, Gai Jiutian, yang merupakan seorang Renhuang tingkat rendah dengan Roda Ilahi di tingkat ketiga saat dia keluar dari Reruntuhan Dewa.     

Dia menjadi penasaran. Apakah kekuatan Roda Ilahi yang sempurna benar-benar sekuat itu?     

Ye Futian tidak bertanya apa-apa, tetapi Pendekar Lihen memberitahu Ye Futian tentang apa yang telah terjadi secara telepati.     

Sepertinya motif yang dimiliki oleh pihak lawan adalah memancing Yaya untuk menyerang.     

Meskipun dia tidak mengetahui identitas lawannya dan status seperti apa yang mereka miliki di Akademi Shentian, namun melukai Yaya dengan serangan dari seorang Renhuang jelas tidak bisa ditoleransi, tidak peduli seperti apa pun motif mereka.     

Ye Futian menatap sang Renhuang di seberangnya. Dia menangkupkan tangannya dan berkata, "Ye Futian."     

"Aku sering mendengar namamu akhir-akhir ini, Renhuang Ye, tetapi aku tidak pernah berhasil bertemu denganmu secara langsung. Sekarang setelah kita bertemu satu sama lain, harus kuakui bahwa kau memiliki bakat yang luar biasa," ujar Luo Zhao pada Ye Futian. Dia tidak memperkenalkan dirinya.     

"Namun, meskipun kau adalah seorang tamu, bawahanmu telah melukai seorang murid dari Gunung Red Forge. Serangan-serangannya tak kenal ampun. Dia harus ikut denganku ke Gunung Red Forge," ujar Luo Zhao.     

"Dia bukan bawahanku. Dia adikku," ujar Ye Futian. Ekspresi Luo Zhao menjadi aneh. Tidak mengherankan jika dia bersedia memberi gadis ini benda milik Kaisar Agung. Sepertinya hubungan dua bersaudara ini sangat kuat.     

"Adikku masih muda dan nakal. Dia tidak bisa mengendalikan kekuatan serangannya. Mohon pengertiannya," Ye Futian menangkupkan tangannya dan berkata, "Namun, sebagai kakaknya, aku tidak bisa melihatnya dihukum. Karena peristiwa ini disebabkan oleh sebuah pertarungan, mari kita akhiri semua ini dengan bertarung. Aku sudah lama ingin belajar dari seorang Tetua dari Akademi Tianshen. Karena aku berkesempatan untuk bertemu denganmu hari ini, aku meminta bimbingan darimu. Jika aku kalah, aku akan meminta adikku untuk ikut denganmu dan memberimu dua peralatan ritual yang kudapatkan di Reruntuhan Dewa. Bagaimana menurutmu?"     

Ekspresi Luo Zhao tampak aneh saat mendengar kata-kata Ye Futian. Dia sudah berusaha menunjukkan rasa hormat pada Ye Futian. Jika tidak, bagaimana dia bisa menolerir kepercayaan diri Ye Futian terhadap kemampuannya sendiri itu?     

"Dan jika kau menang, Renhuang Ye?" Luo Zhao bertanya.     

Jelas dia sedikit tergoda oleh kesepakatan ini. Tidak pantas baginya untuk menangkap Yaya. Namun, situasinya akan berbeda jika Ye Futian mengajukan kesepakatan ini. Dia bisa menangkap Yaya dan bahkan mendapatkan dua peralatan ritual tingkat atas. Bagaimana mungkin dia tidak tergoda oleh penawaran tersebut?     

Orang-orang yang hadir di sana juga menyadari bahwa meskipun kata-kata dan nada bicara Ye Futian terdengar sopan, namun tersirat kepercayaan diri yang sombong di dalamnya. Dia tidak merasa bahwa dia akan dikalahkan.     

"Jika aku menang, maka aku akan memegang kendali dan masalah ini tidak akan dibahas lebih lanjut. Selain itu, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menahan diri. Aku tidak akan bertindak seperti adikku," jawab Ye Futian. Dia tidak membutuhkan apa-apa jika menang. Apa yang dia inginkan adalah masalah ini dianggap seperti tidak pernah terjadi.     

Tidak ada aneh dengan kesepakatan ini. Namun, paruh kedua kalimat dimana Ye Futian berjanji untuk menahan diri menyiratkan sedikit provokasi di dalamnya. Kata-kata itu jelas bertujuan untuk menyulut amarah Luo Zhao.     

"Kau sangat percaya diri dengan kemampuanmu, Kaisar Ye." Luo Zhao tidak akan terprovokasi hanya dengan satu kalimat seperti itu. Namun, karena Ye Futian secara sukarela memberinya kesempatan untuk membuktikan kata-katanya sendiri, tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan itu begitu saja.     

Sudah jelas, karena Ye Futian cukup kuat untuk membunuh Gai Jiutian, tentu saja dia sangat kuat. Sudah seharusnya dia tidak bertindak ceroboh.     

"Aku dengar kau telah memperoleh banyak peralatan ritual tingkat atas dari Reruntuhan Dewa," ujar Luo Zhao.     

"Aku tidak akan meminjamkan peralatan-peralatan ritual itu padamu," jawab Ye Futian.     

"Kalau begitu, tunjukkan Roda Ilahi-mu yang sempurna," ujar Luo Zhao. Saat dia menyelesaikan kalimatnya, dia mengeluarkan pancaran tekanan yang tak berbentuk. Dia menunjukkan kekuatannya sebagai seorang Renhuang saat dia berdiri di udara. Dalam sekejap, setiap sudut dari Gunung Divine Altar diselimuti oleh tekanan yang dia keluarkan.     

Banyak jiwa spiritual mendekati mereka dari kejauhan untuk mengamati pertempuran tersebut.     

"Mohon bimbingannya." Ye Futian membungkuk hormat. Dia baru saja menyelesaikan kalimatnya ketika dia melompat ke udara. Dia melayang di udara dan menatap ke arah Luo Zhao, yang berdiri di bawahnya.     

Luo Zhao memandang Ye Futian dan mengeluarkan aura dari Roda Ilahi miliknya. Dalam sekejap, seberkas cahaya keemasan menyinari area di sekelilingnya. Seolah-olah ada kilatan petir keemasan yang menyambar ke arah Ye Futian.     

Dia menatap mata Ye Futian. Sebuah pertempuran tidak bisa dimenangkan hanya dengan membandingkan siapa yang berdiri di posisi yang lebih tinggi.     

Namun, saat dia menatap mata Ye Futian, dia melihat bahwa kedua mata Ye Futian telah berubah. Sepasang mata itu telah berubah menjadi jurang yang tak berujung.     

"Sihir Mata." Luo Zhao ingin mengalihkan pandangannya. Namun, pada saat itu juga, dia melihat sepasang mata itu telah melahap seluruh penjuru dunia. Segala sesuatu di sekitarnya telah lenyap. Seolah-olah tempatnya berada saat ini adalah sebuah area yang berbeda dari sebelumnya.     

Sebuah penjara ruang dan waktu berwarna emas sepertinya jatuh ke arahnya, berusaha mengurung Luo Zhao di dalamnya. Luo Zhao mendengus dan mengaktifkan auranya. Dalam sekejap, Roda Ilahi di tubuhnya memancarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan. Kilatan petir keemasan yang tak terhitung jumlahnya menyambar di sekelilingnya dan menghancurkan segala sesuatu yang ditemuinya. Kilatan petir itu mencabik-cabik penjara ruang dan waktu tersebut dalam sekejap.     

*Boom* Penjara emas itu sepertinya telah meledak dan hancur tak bersisa. Namun, pada saat berikutnya, Luo Zhao melihat penjara kedua yang sama persis seperti penjara sebelumnya.     

Luo Zhao mengangkat tangannya dan mengerahkannya ke depan. Kepalan tinjunya itu menembus ruang hampa yang tak terbatas dan menghancurkan semua penjara itu hingga luluh lantak. Namun, pada saat berikutnya, Luo Zhao terkejut saat menyadari bahwa apa yang mengurungnya saat ini adalah penjara ruang dan waktu berlapis yang tak ada habisnya. Lapisan penjara itu terus menerus bermunculan...     

Pada saat berikutnya, penjara-penjara itu tiba-tiba terdistorsi dan membentuk sebuah badai yang terlihat seperti lubang hitam keemasan. Hingga akhirnya berubah menjadi bilah-bilah pedang ilahi keemasan yang mampu menembus ruang hampa. Dalam sekejap, pedang-pedang itu mengepungnya.     

Sebuah badai spiritual yang sangat dahsyat menekan segalanya. Badai itu mendorong tubuh Luo Zhao ke bawah. Dia tahu bahwa area ini adalah sebuah ilusi belaka, tetapi terasa sangat nyata.     

*Boom* Sebuah aura yang dahsyat menyebar di udara. Tubuh Luo Zhao sepertinya telah diselimuti oleh baju zirah keemasan. Saat ini dia tampak seperti seorang Dewa Perang.     

Pedang-pedang ilahi keemasan itu melancarkan rentetan serangan yang tak ada habisnya dan menghantam baju zirah emas yang dikenakan oleh Luo Zhao. Suara-suara benturan yang mengerikan bergema di udara. Luo Zhao tenggelam di dalam rentetan serangan itu . Baik tubuh maupun jiwanya terkubur oleh kekuatan yang dahsyat dari serangan-serangan tersebut.     

"Almighty Eye, sebuah pembantaian tanpa akhir." Sebuah suara terdengar di dalam benak Luo Zhao. Jiwa spiritualnya tampaknya telah menerima serangan pembantaian tanpa akhir. Badai yang mengerikan itu menerobos ke dalam tubuhnya. Dalam sekejap, Luo Zhao bisa merasakan gelombang rasa sakit yang berasal dari tulang-tulangnya.     

"Berhenti!" Dia berteriak, tapi tidak ada seorang pun yang mendengar suaranya. Pada saat ini, dia telah terjebak di dalam wilayah dari Sihir Mata Ye Futian. Suaranya telah dihalangi oleh penjara ruang dan waktu.     

"Kemampuanmu memang luar biasa. Kalau begitu, terimalah ini." Suara Ye Futian kembali bergema di dalam benak Luo Zhao. Sosok Luo Zhao perlahan-lahan mulai berubah. Aura pedang yang tak ada habisnya itu menusuk tubuhnya dan seakan mencabik-cabik jiwanya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.