Legenda Futian

Luka yang Tak Akan Terlupakan



Luka yang Tak Akan Terlupakan

0Ini bukan pertama kalinya Ye Futian datang berkunjung, tapi pada kunjungan sebelumnya dia ditolak oleh Permaisuri Brahma's Pure Sky.     2

Apakah kunjungan Ye Futian ditolak lagi kali ini?     

Ye Futian tidak menjalani petualangannya di Dinasti Heavenly Mandate dan Istana Surgawi Violet sendirian.     

Di Brahma's Pure Sky, semua dewi memandang ke arah langit di bagian bawah, dan Ye Futian bisa merasakan dengan jelas bahwa jiwa spiritual mereka ditujukan padanya. Namun, pada saat dia memandang ke atas, tatapan matanya tampak sangat tenang.     

Jiang Chengzi berdiri dengan tenang di sampingnya. Ye Futian tidak berselisih dengan Brahma's Pure Sky dan tidak berencana untuk melakukan sesuatu yang berbahaya di sana, jadi cukup dia saja yang mendampingi Ye Futian.     

Saat ini, di Dunia Heavenly Mandate, mungkin tidak ada seorang pun yang berani menentang kehendak Ye Futian.     

Faktanya, Ye Futian dapat memengaruhi semua pasukan selain Brahma's Pure Sky.     

Namun, entah mengapa, Brahma's Pure Sky seperti menetapkan batasan terhadap Ye Futian. Terakhir kali, Ye Futian juga mengundang Qin He ke Kota Reruntuhan. Namun, Permaisuri Brahma's Pure Sky tidak mengizinkannya pergi dan membawa Qin He kembali bersamanya.     

Jiang Chengzi merasa sedikit bingung tentang semua ini, dan dia tidak begitu mengetahui alasan mengapa Ye Futian ingin mengunjungi Brahma's Pure Sky. Namun, dia tidak menanyakan tentang hal tersebut padanya. Dia berasumsi bahwa Ye Futian pasti memiliki alasan tersendiri.     

Pada saat ini, muncul dewi-dewi yang turun dari arah Brahma's Pure Sky, dan sosok yang memimpin mereka adalah seorang wanita dengan kecantikan yang tak tertandingi, serta memiliki temperamen yang sangat mempesona; dia adalah Virgin nomor satu dari Brahma's Pure Sky, Qin He.     

Qin He mendarat di hadapan Ye Futian, kedua matanya dipenuhi dengan senyuman, dan dia berbisik, "Semenjak kita berpisah di dalam Reruntuhan Dewa, sekarang kau telah menjadi sosok terkemuka di Sembilan Dunia Jalur Supremasi, Tuan Ye."     

"Jangan menggodaku, Dewi," ujar Ye Futian sambil tersenyum. Hubungannya dengan Qin He selalu berjalan dengan baik, tetapi mereka berada di sini bukan untuk berbincang-bincang tentang masa lalu. Dia bertanya, "Apakah Yang Mulia bersedia bertemu denganku?"     

"Yah, Yang Mulia memintaku datang kemari untuk menyambut Tuan Ye." Qin He mengangguk pelan dan berkata, "Silahkan lewat sini."     

Ye Futian menarik napas dalam-dalam. Kali ini, apakah Permaisuri Brahma Pure Sky akhirnya memutuskan untuk bertemu dengannya?     

Ye Futian mulai melangkah dan berjalan menuju Brahma's Pure Sky, tetapi entah kenapa langkahnya terasa berat. Bahkan ketika dia menghancurkan Dinasti Heavenly Mandate dan Istana Surgawi Violet, dia tidak merasa seperti ini. Namun pada saat ini, entah kenapa dia merasa tak bersemangat dan gugup.     

Dia takut hasil akhirnya tidak seperti yang dia harapkan.     

Setiap langkah kakinya terasa berat. Dia sudah lama ingin datang berkunjung ke Brahma's Pure Sky untuk mengetahui jawaban yang dia cari secara langsung, tetapi saat ini, dia berjalan secara perlahan-lahan.     

Jiang Chengzi menatap Ye Futian dengan terkejut. Dia memikirkan hubungan seperti apa yang dimiliki oleh Ye Futian dan Permaisuri Brahma's Pure Sky. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Ye Futian berperilaku seperti ini. Bahkan ketika mereka berada di Kota Reruntuhan, dimana mereka dikepung dan diserang oleh berbagai macam pasukan, dia tidak pernah berperilaku seperti ini.     

Apa yang membuatnya begitu gugup?     

Mereka berjalan ke arah Istana Surgawi dan melintasi gedung-gedung serta melewati Gerbang Surgawi,     

Akhirnya, muncul sebuah tangga di hadapan mereka, yang langsung mengarah ke bagian puncak dari Brahma's Pure Sky.     

"Yang Mulia telah menunggu Tuan Ye di atas sana," ujar Qin He pada Ye Futian. Kemudian dia berdiri di bagian samping, tidak berniat untuk pergi bersama Ye Futian.     

"Anda menunggu di sini saja, Senior," ujar Ye Futian pada Jiang Chengzi.     

"Baiklah," Jiang Chengzi mengangguk. Saat ini, di Dunia Heavenly Mandate, tidak ada seorang pun yang berani bertindak macam-macam terhadap Ye Futian.     

Ye Futian berjalan menaiki tangga tersebut, yang rupanya sangat tinggi. Dengan langkah kaki yang begitu berat, Ye Futian berjalan ke atas, dan akhirnya, dia bisa melihat apa yang ada di atas sana.     

Dia mendongak dan melanjutkan langkahnya menuju ke atas, dan kini, lapisan awan berkabut muncul di bawah kakinya.     

Akhirnya, dia turun dari tangga tersebut dan tiba di bagian puncak dari Brahma's Pure Sky.     

Dalam sekejap, tubuhnya seperti membeku, dan dia tidak bisa lagi mengambil langkah lainnya.     

Pada saat itu juga, waktu seperti telah berhenti.     

Di puncak dari Brahma's Pure Sky, seorang wanita sedang berdiri di sana dengan tenang, tampak anggun dan cantik, seperti gambaran seseorang dalam sebuah lukisan. Penampilannya menyegarkan dan menakjubkan, dia tidak menyiratkan kesan angkuh sebagai Permaisuri dari Brahma's Pure Sky sehingga membuat seseorang merasa terasingkan. Kecantikannya seperti tidak berasal dari dunia ini, tapi dia dapat menggambarkan kecantikan yang didambakan oleh semua orang, sehingga bahkan di dunia ini, dia tidak kalah cantik dengan para dewi.     

Tapi bukan kecantikannya yang membuat Ye Futian tertegun, tetapi fakta bahwa wajahnya yang sudah tidak asing baginya. Wajah itu telah muncul berkali-kali di dalam mimpinya, tercetak di ingatannya, itu adalah wajah yang tak terlupakan baginya.     

Ingatan dari masa lalu kembali muncul di dalam benaknya. Namanya adalah Hua Jieyu, seorang gadis berbakat di Akademi Qingzhou. Pada masanya, dia adalah seorang dewi yang dikagumi oleh orang-orang di akademi tersebut.     

Pada akhir tahun kala itu, gadis tersebut menggenggam tangannya sambil menyaksikan perahu-perahu yang berlayar di sekitar Danau Qingzhou dan kembang api yang bertaburan di atas langit, dia bertanya apakah mereka terikat dalam suatu hubungan atau tidak.     

Penampilannya di masa muda sungguh luar biasa, polos dan cantik.     

Mulai dari Akademi Qingzhou, Klan Nandou, Negeri Nandou, hingga Wilayah Barren Timur, mereka telah melewati banyak rintangan bersama-sama dan akhirnya berhasil mengatasi semuanya bersama-sama pula.     

Namun, semuanya hancur dalam pertempuran kala itu. Dalam pertempuran yang terjadi di Negeri Barren dan dikepung oleh berbagai macam tempat suci itu, gadis itu terbaring tak berdaya dalam pelukannya dan berkata bahwa di masa depan, dia harus menemukan wanita yang lebih baik darinya karena sosok permaisuri yang mendampinginya haruslah seseorang dengan kecantikan nomor satu di Sembilan Dunia Jalur Supremasi.     

Dia juga mengatakan untuk tidak sepenuhnya takluk pada calon permaisurinya nanti, karena selama Ye Futian hidup, dia adalah satu-satunya wanita yang berhak memerintahnya dengan sesuka hati.     

Kepingan-kepingan ingatannya terus bermunculan. Seolah-olah perjalanan hidupnya sedang melintas di depan matanya. Waktu seolah-olah menjadi terasa sangat lama.     

Ada air mata di sudut mata Ye Futian, tapi itu bukanlah air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan.     

Hasil akhir ini tampak lebih baik dari apa yang dia harapkan.     

Dia sangat takut bahwa dia tidak akan menemukan apa-apa dalam kunjungannya ke Brahma's Pure Sky ini.     

Dia berjalan ke arah wanita itu dan mengulurkan tangannya, ingin membelai wajahnya sekali lagi. Namun, sebelum dia sempat melakukan hal tersebut, seseorang muncul di hadapan Ye Futian, berdiri di antara keduanya.     

Sosok itu tampak bermartabat dan seakan tidak terjangkau.     

Permaisuri Brahma's Pure Sky.     

Karena melihat sosok Hua Jieyu, Ye Futian mengabaikan kehadirannya, namun sejak awal dia memang sudah berada di sana.     

Ye Futian mengerutkan keningnya dan hendak berbicara.     

"Dia bukanlah orang yang kau cari," Permaisuri Brahma's Pure Sky berbicara terlebih dahulu.     

"Tidak peduli apa pun yang telah anda lakukan padanya, saya dapat menerimanya; saya berhutang budi pada anda," ujar Ye Futian. Karena Hua Jieyu masih hidup, maka pasti Permaisuri Brahma's Pure Sky-lah yang menyelamatkannya.     

Dia tidak akan menanyakan alasan mengapa sang Permaisuri menyembunyikan kebenarannya.     

Selama Jieyu masih hidup, itu sudah cukup baginya.     

"Istrimu sudah meninggal dunia." Permaisuri Brahma's Pure Sky menatap matanya. Hati Ye Futian berguncang, dan wajahnya tiba-tiba menjadi pucat saat dia memandang sosok Hua Jieyu.     

"Kau sangat menyadari tentang hal ini. Istrimu meninggal demi dirimu. Apa yang kau saksikan di depan matamu saat ini terbentuk dari sisa-sisa jiwanya. Meskipun aku telah membentuk kembali tubuh fisiknya, dia bukan lagi istrimu," Permaisuri Brahma's Pure Sky melanjutkan kata-katanya.     

Ye Futian teringat akan pertempuran kala itu, dimana Hua Jieyu hanya menyisakan jejak-jejak jiwanya, yang kemudian menghilang di antara langit dan bumi.     

Tapi saat melihat Jieyu berdiri di depannya dengan mata kepalanya sendiri, dia tidak bisa mempercayai hal tersebut.     

"Jieyu," dia menatapnya.     

Hua Jieyu membalas tatapan matanya, dan Ye Futian melihat bahwa tatapan matanya setenang genangan air. Sepertinya tidak ada sedikit pun kegelisahan di dalam matanya. Seolah-olah Ye Futian memang orang asing di matanya.     

Pada saat ini, hati Ye Futian tiba-tiba terasa sakit.     

Dia bukan Jieyu?     

Bagaimana mungkin?     

Wanita yang telah muncul di dalam benaknya berkali-kali kini sedang berdiri tepat di depan matanya.     

"Apa yang telah anda lakukan padanya?" Ye Futian menatap ke arah sang Permaisuri, dan tatapan matanya tiba-tiba menjadi sedingin es. Tatapan mata itu benar-benar membuat Permaisuri Brahma's Pure Sky merasakan hawa dingin di tubuhnya.     

"Aku sudah memberitahumu bahwa dia bukanlah istrimu. Sekarang, dia adalah muridku, dan dia akan mewarisi kemampuanku. Di masa depan, dia akan menjadi penerus dari Brahma's Pure Sky dan memegang tongkat kekuasaanku." Dia menatap Ye Futian dengan acuh tak acuh.     

"Murid anda?"     

Ye Futian menatap sang Permaisuri, "Bahkan jika dia benar-benar telah melupakan segalanya, dia tetaplah istri saya, bahkan jika sosok itu hanyalah sisa-sisa jiwanya, hal itu tidak akan mengubah apapun."     

"Dia akan pergi dengan saya."     

Permaisuri Brahma's Pure Sky memandangnya dan berkata dengan nada dingin, "Jika dia bersedia pergi denganmu, aku tidak akan menghentikannya."     

Ye Futian berjalan melewati sang Permaisuri dan berdiri di depan Hua Jieyu. Dia menatapnya dan mengulurkan tangannya. Namun, saat melihat mata Hua Jieyu, dia menjadi ragu-ragu. Jadi, dia menurunkan tangannya dan berbisik, "Jieyu, ini aku."     

Hua Jieyu berbalik dan pergi menjauh, lalu duduk di tempat yang berbeda.     

Hati Ye Futian seperti ditusuk oleh sebilah pedang. Rasanya sangat menyakitkan sehingga dia merasa seolah-olah hatinya telah hancur.     

"Danau Qingzhou adalah tempat dimana kita jatuh cinta satu sama lain. Apakah kau tidak ingat?" Ye Futian menatapnya dan bertanya.     

"Gunung Buku, pada hari pernikahan kita, semua orang di Wilayah Barren Timur datang untuk memberi selamat pada kita. Jieyu, apa kau tidak ingat?" Ye Futian melanjutkan kata-katanya.     

Suara Ye Futian gemetar.     

"Seharusnya kau sangat menyadari apa yang telah terjadi selama ini, jadi kenapa kau repot-repot menipu dirimu sendiri?" Permaisuri Brahma's Pure Sky menoleh ke arah Ye Futian, berkata, "Istrimu tewas dalam pertempuran kala itu."     

"Saya ingin membawanya pergi dari sini," desak Ye Futian.     

"Kau telah mengalahkan Dinasti Heavenly Mandate, Istana Surgawi Ungu, dan Klan Tikus Ungu-Emas, jadi jika kau benar-benar ingin melakukan hal ini, maka aku tidak dapat menghentikanmu. Jika kau ingin membawanya pergi secara paksa dan tidak peduli pada perasaannya, maka kau bebas bertindak sesuka hatimu," ujar Permaisuri Brahma's Pure Sky dengan tenang. Hati Ye Futian terasa sakit saat mendengar hal ini.     

Dia berjalan menghampiri Hua Jieyu dan berkata sambil tersenyum, "Dasar iblis kecil, apakah kau benar-benar melupakanku?"     

Dengan mata tertutup, Hua Jieyu hanya duduk dengan tenang di tempatnya.     

Saat mengamati sosok Jieyu, Ye Futian tiba-tiba merasa lemas. Meskipun dia adalah seorang Renhuang, namun rasanya dia seperti telah menghabiskan semua kekuatannya.     

"Kalau begitu, aku akan menemuimu lagi di lain hari." Ye Futian tersenyum cerah, tapi sepertinya senyuman itu seperti dipaksakan. Sisi baiknya, setidaknya, dia masih hidup, bukan?     

Ye Futian memandang Permaisuri Brahma's Pure Sky dan berkata, "Saya mungkin akan sering berkunjung di masa depan. Saya mohon maaf sebelumnya atas sikap saya ini."     

Permaisuri Brahma's Pure Sky mengerutkan keningnya, dia tampak tidak senang.     

Ye Futian mengabaikan reaksinya dan berbalik untuk berjalan menuruni tangga.     

Dia menyusuri tangga, tiba di bawah dan sepertinya tidak mendengar suara Qin He yang menyapanya. Dia langsung pergi bersama Jiang Chengzi.     

Setelah kepergiannya, suasana di Brahma's Pure Sky tetap sunyi senyap.     

Permaisuri Brahma's Pure Sky memandang ke arah Hua Jieyu, yang sedang duduk di tempatnya. Dua jejak air mata mengalir dari matanya yang terpejam. Saat dua mata yang indah itu terbuka, air mata mengalir deras darinya.     

"Sejak kapan rambutnya menjadi abu-abu?" Tiba-tiba terdengar sebuah suara, yang dipenuhi oleh kesedihan dan rasa sakit yang tak ada habisnya di dalamnya.     

Pasti sulit sekali bagi Ye Futian untuk menanggung semuanya. Keputusasaan yang dia rasakan pasti begitu luar biasa.     

Apakah Jieyu benar-benar melupakannya?     

Bagaimana mungkin dia bisa melupakannya?     

Bahkan jika dia telah melupakan siapa dirinya, atau segala sesuatu yang ada di dunia ini, dia tidak akan pernah bisa melupakannya.     

"Lupakanlah dia, dan kau tidak perlu menahan rasa sakit seperti ini," suara lainnya mengikuti. Sosok yang baru saja berbicara adalah Permaisuri Brahma's Pure Sky.     

Hua Jieyu mendongak, lalu memandang ke arah Permaisuri Brahma's Pure Sky, dan tiba-tiba dia tersenyum dan menjawab, "Karena rasa sakit itulah saya tidak akan pernah bisa melupakannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.