Legenda Futian

Klan Dewa Mengalah



Klan Dewa Mengalah

3Langit berubah menjadi sebuah badai berwarna merah darah. Di dalam pusaran yang mengerikan ini, cahaya merah penghancur turun dari atas langit, bergerak ke arah kediaman Klan Dewa.      3

Pada saat ini, semua kultivator dari Klan Dewa mendongak dan menatap ke arah langit.     

Badai itu membawa kekuatan yang sangat dahsyat di dalamnya.     

Tetua Agung Tianhe telah memasuki medan pertempuran, dan situasinya telah berubah. Seorang iblis telah bergabung dalam pertarungan ini.     

Dia telah membantai para kultivator dari Klan Dewa ketika dia menyerang kediaman Klan Dewa seorang diri. Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan. Kini Klan Dewa perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa, jika mereka tidak membiarkan tawanan mereka pergi, maka Tetua Agung Tianhe akan menyerang mereka.     

Jika hal itu benar-benar terjadi, apakah empat sosok terkemuka lainnya akan turun tangan atau hanya duduk diam dan menyaksikan jalannya pertempuran?     

Jika mereka turun tangan, maka itu akan menjadi sebuah pertempuran besar.     

Jika pertempuran ini terjadi, maka Klan Dewa akan berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan. Lalu apa yang akan terjadi?     

Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Mereka hanya bisa menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Sang Tetua dari Klan Dewa terdiam untuk beberapa saat, begitu pula dengan sosok-sosok terkemuka lainnya.     

Sejak Prefektur Ilahi ditaklukkan, Klan Dewa tidak pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya.     

Mereka adalah pasukan yang berdiri di puncak kekuatan dari 3.000 Dunia Jalur Agung. Sekarang, seorang pria telah menyerang mereka sendirian, mereka diinterogasi, dan mereka dipaksa untuk melepaskan tawanan mereka.     

*Whoosh*     

Badai merah darah itu turun dari atas langit dan bergerak menuju kediaman Klan Dewa. Shen Ji bergegas melangkah keluar dan berdiri di bawah badai tersebut. Dalam sekejap, cahaya ruang dan waktu yang tak ada habisnya terpancar dari tubuhnya dan menekan badai yang semakin mendekat. Tetapi di sisi lain dari badai tersebut, muncul bayangan seorang iblis yang sangat kuat, seolah-olah sosok itu bisa mencapai mereka kapan saja.     

Lord Taixuan mungkin memiliki keraguan, begitu pula dengan Klan Xiao, Klan Yuanyang, dan Suku Dou, tetapi Tetua Agung Tianhe sama sekali tidak memiliki keraguan. Dia pernah mengalami perang yang mengerikan di masa lalu. Mungkin dia ingin kembali menyulut perang seperti itu lagi?     

Apakah dia akan peduli terhadap hal tersebut?     

Ketika dia menunjuk Ye Futian sebagai penerusnya, sepertinya dia telah memanfaatkan hal itu untuk membuat Klan Dewa menjadi lengah. Mereka mengira dia telah menemukan seorang penerus sehingga dia bisa mewariskan ilmunya kepadanya, dan membuat sang Tetua menerima kejamnya takdir yang menimpanya.     

Tapi apa kenyataannya?     

Apakah dia peduli jika Ye Futian masih hidup atau mati? Apakah dia peduli jika Qin Xuangang masih hidup atau mati?     

Siapa yang tahu?     

"Bawa mereka keluar!" Sebuah suara memecah keheningan. Itu adalah suara sang Tetua dari Klan Dewa.     

Tiba-tiba, beberapa kultivator muncul dari dalam Aula Suci dengan membawa satu sosok bersama mereka.     

Sosok itu adalah seorang wanita yang mengenakan jubah berwarna biru. Dia terlihat sangat rapuh, dan rambutnya tampak berantakan, tetapi cahaya yang menyilaukan bersinar di matanya. Dia menatap Ye Futian dan tersenyum cerah padanya.     

Tapi saat dia tersenyum, air mata mengalir di wajahnya.     

Dia akhirnya bisa melihat wajah Ye Futian.     

Ternyata wajahnya sama seperti apa yang dia bayangkan.     

Ye Futian menatap Feixue, tatapan matanya terpaku padanya. "Feixue…"     

"Ya," ujarnya sambil mengangguk. Dia sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Ye Futian. "Aku telah berkultivasi ke tingkat yang lebih tinggi, jadi aku bisa melihat lagi."     

Di masa lalu, Ye Futian telah mengatasi masalah di dalam tubuhnya. Setelah itu, dia telah menggabungkan benda ilahi itu ke dalam dirinya dan berkultivasi dengan kecepatan yang mencengangkan. Benda ilahi itu tentu saja mengandung kekuatan Jalur Agung di dalamnya, dan sekarang dia sudah menjadi seorang Saint di tingkat Nirvana.     

Selama ini matanya terluka parah, tetapi begitu dia mencapai tingkat Nirvana, matanya kini kembali dipenuhi dengan cahaya.     

Dia selalu bertanya-tanya kapan dia bisa melihat Ye Futian lagi. Dia mengira hal itu tidak akan pernah terjadi.     

Dia tidak menyangka bahwa, pada momen yang penuh dengan keputusasaan, ketika Klan Dewa hendak mencelakainya, Ye Futian datang kemari untuk menolongnya.     

"Penampilanmu sama seperti yang kubayangkan. Sangat cantik," ujar Ye Futian sambil tersenyum cerah. Dia telah menghadapi banyak ancaman misterius selama berada di Klan Dewa. Sekarang, mereka berdua berdiri di sana, saling tersenyum satu sama lain.     

Senyuman ini sepertinya datang dari lubuk hati Feixue yang paling dalam. Meskipun dia telah melalui begitu banyak kesulitan, namun hidup itu sangat indah. Bahkan di antara keputusasaan, terdapat secercah harapan yang bersinar terang.     

Ini sungguh perasaan yang luar biasa.     

"Kau boleh pergi dari sini," ujar sang Tetua dari Klan Dewa dengan nada dingin. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak apa yang sedang dia rasakan saat ini. Sebagai salah satu sosok terkemuka di 3.000 Dunia dari Jalur Agung, dia masih dipaksa untuk terjebak dalam situasi seperti ini. Dia tidak punya pilihan selain menyerahkan Feixue pada pihak lawan.     

"Masih ada satu orang lagi," tiba-tiba terdengar suara bernada dingin dari atas langit.     

Sang Tetua dari Klan Dewa memandang ke arah langit, dan tatapan matanya menjadi sedingin es.     

Tentu saja dia mengetahui siapa yang dimaksud oleh Tetua Agung Tianhe.     

Ye Futian juga memandang ke arah yang sama. Dia tidak memikirkan hal ini sebelumnya, tetapi Tetua Agung Tianhe dan dirinya adalah sosok yang berbeda. Tetua Agung Tianhe jelas ingin menyelamatkan istrinya.     

Putri kebanggaan dari Klan Dewa itu adalah istri dari guru Ye Futian. Apakah dia masih berada di Klan Dewa?     

*Boom*     

Jauh di dalam kediaman Klan Dewa, terdengar suara geraman yang cukup keras. Ye Futian dan yang lainnya memandang ke arah tersebut. Cahaya suci yang mengerikan bersinar dari sana; seolah-olah seseorang sedang melancarkan serangan.     

Sebuah serangan ke bagian terdalam dari kediaman Klan Dewa.     

Pada saat ini, semua orang menebak-nebak apa yang sedang terjadi.     

"Kau telah mendapatkan semua yang kau inginkan, dan kau tetap tidak mau pergi?" Sang Tetua dari Klan Dewa mengalihkan pandangannya pada Ye Futian dan Lord Taixuan.     

Sosok yang dipenjara di dalam kediaman Klan Dewa itu adalah putrinya. Dia adalah anggota dari Klan Dewa.     

"Masih ada satu orang lagi," ujar Lord Taixuan. Sudah jelas, dia telah memutuskan untuk membantu Tetua Agung Tianhe.     

Jika mereka pergi sekarang, maka Tetua Agung Tianhe tidak akan bisa menyelamatkan istrinya.     

"Ini adalah urusan keluarga kami." Sang Tetua dari Klan Dewa menatap ke arah Lord Taixuan dengan dingin. "Apakah kalian bertiga ingin ikut campur di dalamnya?"     

"Biarkan dia pergi," ujar Ye Futian sambil menatap sang Tetua dari Klan Dewa. Sosok yang dipenjara di dalam kediaman Klan Dewa itu adalah istri dari Tetua Agung Tianhe, Tuan Puteri dari gurunya, serta nenek dari Feixue.     

Karena situasinya sudah mencapai titik ini, dimana mereka telah sangat menyinggung Klan Dewa, sehingga dia tidak peduli jika mereka melangkah lebih jauh.     

Ekspresi sang Tetua dari Klan Dewa menjadi muram. Dia menatap ke arah Ye Futian, lalu berkata dengan nada dingin, "Kau benar-benar tidak takut mati rupanya."     

"Ketika aku memutuskan untuk datang kemari, aku sudah tidak peduli apakah aku akan hidup atau mati nantinya," ujar Ye Futian. Tetua dari Klan Dewa itu bisa menghancurkannya dengan mudah, tapi dia masih berdiri di hadapannya.     

Apakah dia berani menghancurkannya?     

Dia tidak akan berani melakukannya. Dia akan pergi dan merelakan wanita itu.     

"Ketika Shen Ji datang ke Akademi Heavenly Mandate, aku tidak pernah menyangka bahwa Ye Futian akan menarik semua pasukan ke dalam masalah ini. Karena Klan Dewa berani bertindak sejauh ini, maka kami hanya bisa menerima apa yang sedang terjadi sekarang," ujar sang Tetua dari Suku Dou, suaranya bergema di seluruh penjuru kota.     

Bagaimana mungkin Shen Ji mengetahui bahwa tindakannya dalam menyerang Akademi Heavenly Mandate akan menimbulkan rentetan peristiwa besar, sehingga membuat Klan Dewa menghadapi situasi yang penuh dengan keputusasaan ini?     

Jika mereka mengetahuinya lebih awal, mereka tidak akan sembrono menjadikan Akademi Heavenly Mandate sebagai musuh mereka.     

Tapi siapa yang bisa membayangkan bahwa semua ini akan terjadi?     

"Biarkan dia pergi," ujar sang Tetua dari Klan Dewa, suaranya bergema dengan keras.     

Pada saat ini, orang-orang dari Klan Dewa tidak bisa berkata-kata.     

Apakah mereka akhirnya mengalah?     

Banyak sosok terkemuka dari Klan Dewa pergi menuju matriks raksasa itu. Tidak lama kemudian, cahaya yang menyilaukan menghalangi pandangan mata semua orang. Di kejauhan, sebuah aura yang kuat bergerak ke arah mereka.     

Satu sosok tampak melesat di atas langit. Dalam sekejap, dia tiba di tempat mereka berada.     

Bahkan bagi banyak anggota Klan Dewa, ini adalah pertama kalinya mereka melihat sosok tersebut. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Beberapa orang di tingkat Saint dan tingkat Plane di bawahnya bahkan belum lahir ke dunia ini.     

Mereka hanya mengetahui bahwa sang pemimpin klan memiliki seorang putri dan dia dipenjara di kediaman Klan Dewa.     

Ye Futian memandang sosok itu. Rambutnya yang berwarna putih berkibar tertiup angin, terlihat berantakan, bahkan beberapa helai rambutnya menutupi wajahnya. Tubuhnya sangat kurus, karena dia sudah lama dipenjara.     

Tapi matanya masih memancarkan cahaya yang mengerikan.     

Hembusan angin meniup rambutnya, sehingga menunjukkan wajahnya yang lesu. Tapi dapat dipastikan bahwa, dibalik wajah lesu itu, dia sangatlah cantik. Dia pernah menjadi kultivator kebanggaan dari Klan Dewa. Namanya sangat terkenal di Dunia Imperial, dan banyak sosok terkenal mengejar-ngejar dirinya.     

"Tuan Puteri [1][1]," ujar Qin Xuangang. Air mata muncul di sudut matanya. Pria memang tidak mudah menangis, apalagi pria sekuat dirinya. Tapi ketika dia melihat wanita itu, hatinya tiba-tiba terasa begitu lemah     

Dia merasa sangat bersalah terhadap guru dan Tuan Puteri. Jika bukan karena dirinya, hal-hal itu tidak akan terjadi. Nongyue akan menemukan seseorang yang lebih berbakat darinya, dan guru serta Tuan Puteri akan mempertahankan posisi mereka di puncak kekuatan dari 3.000 Dunia Jalur Agung.     

Tuan Puteri yang dahulu begitu menakjubkan, sekarang tampak sangat menyedihkan.     

"Kau tidak selemah ini di masa lalu," ujar wanita itu sambil mengarahkan pandangannya pada Qin Xuangang, nada bicaranya terdengar sedingin es. Hanya ada sedikit emosi di kedua matanya yang dalam.     

Qin Xuangang menyeka air matanya. Dia tahu seperti apa kekuatan Tuan Puteri. Jika tidak, Tuan Puteri tidak akan berani melawan klannya sendiri dan berperang dengan mereka.     

Tetapi pada saat ini, dia merasa sangat emosional.     

Wanita itu memandang ke arah sang Tetua dari Klan Dewa, yang tidak lain adalah ayahnya.     

Kemudian dia memandang ke bagian dalam badai yang bergejolak di atas langit, sepertinya dia bisa melihat sosok yang berada di dalam sana.     

Namun pada saat ini, badai itu perlahan-lahan mulai menghilang.     

Wanita itu melangkah ke dalam badai tersebut, tetapi badai itu menghilang terlebih dahulu.     

Dia tertegun di tempatnya dan menyaksikan badai itu menghilang ke arah langit.     

Mengapa dia tidak bisa menemuinya?     

"Dimana dia?" wanita itu bertanya pada Lord Taixuan. Sudah jelas, dia mengenalnya.     

Lord Taixuan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kembalilah bersamaku ke Dunia Heavenly Mandate terlebih dahulu."     

"Aku akan mencarinya sendiri." Wanita itu melangkah ke udara dan bersiap-siap untuk pergi.     

"Nenek." tiba-tiba terdengar suara pelan, sehingga membuat wanita itu berhenti di tempatnya. Dia perlahan-lahan berbalik dan memandang ke bawah. Tatapan matanya tertuju pada Feixue.     

Gerakannya tampaknya menjadi sangat lambat saat dia berjalan menuju Feixue.     

Dia meletakkan tangannya yang gemetar di wajah Feixue.     

"Feixue…" ujar wanita itu sambil menatapnya. Pada saat ini, dia seperti sedang melihat putrinya sendiri. Feixue sangat mirip dengan putrinya.     

"Ya," ujar Feixue sambil tersenyum cerah. Dia memandang wajah yang tersembunyi di balik rambut berwarna putih itu, dan air mata mengalir dari sudut matanya. Wanita kuat ini telah menegur Qin Xuangang dan menghadapi ayahnya sendiri, sang Tetua dari Klan Dewa tanpa ada keraguan sedikit pun. Tapi saat melihatnya, dia mulai menangis.     

"Cucuku." Wanita itu memeluk Feixue dengan lembut.     

Feixue memeluknya dengan tenang. Saat ini, dia seperti bisa merasakan kehangatan ibunya. Ibunya pasti sama seperti neneknya.     

Ye Futian sangat terharu saat menyaksikan pemandangan ini.     

"Tuan Puteri, mari kita kembali ke Dunia Heavenly Mandate. Kita akan bertemu dengan guru di sana," ujar Qin Xuangang sambil berjalan menghampiri mereka.     

Wanita itu mengangguk pelan. Kali ini dia tidak menolak ajakan tersebut.     

Dia meraih tangan Feixue dan berkata, "Ayo kita pergi."     

Ye Futian tersenyum. Ini sungguh luar biasa.     

"Ayo kita kembali," ujar Lord Taixuan. Tiba-tiba, pasukan besar itu mulai pergi. Ketika mereka pergi, tiga sosok terkemuka yang berada di Kota Dewa juga ikut pergi.     

Sementara itu di dalam kediaman Klan Dewa, sebuah aura yang kuat masih menekan mereka. Tempat itu begitu sunyi, seperti kuburan.     

Sang Tetua dari Klan Dewa menyaksikan sosok-sosok yang menghilang ke kejauhan itu. Putrinya tidak mengatakan sepatah kata pun kepadanya saat dia pergi meninggalkan Kota Dewa!     

[1] Dalam bahasa inggris adalah 'Masteress'. Sebutan yang sama seperti ketika Ye Futian memanggil istri dari gurunya, Hua Fengliu. Merupakan sebutan untuk istri dari guru mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.