Legenda Futian

Senyuman



Senyuman

2"Kenapa kau menangis?" Nianyu bertanya pada Ye Futian dengan lembut saat air mata membasahi wajahnya. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk mengusap air mata di wajah Ye Futian.     
1

"Aku merasa sangat senang bisa bertemu denganmu, Nianyu, dan karena itulah aku tidak bisa menahan air mataku karena aku merasa begitu bahagia," ujar Ye Futian dengan lembut.     

Nianyu mengangguk dengan polos, seperti sebuah boneka porselen. Kedua mata yang bulat menatap Hua Jieyu. Dia bertanya, "Kakak peri, siapa namamu? Kenapa aku merasa seperti mengenalmu?"     

Ketika dia mendengar ucapan kekanak-kanakan dari Hua Nianyu, Nandou Wenyin langsung menangis dan berjalan ke arah mereka berdua.     

Hua Jieyu menatap gadis di depannya itu. Meskipun sampai sekarang dia tetap bersikap acuh tak acuh, kini dia membungkuk dan menjawab dengan lembut, "Namaku Hua Jieyu."     

"Hua Jieyu." Nianyu mengulangi namanya, lalu menatap ke arah Hua Fengliu dan Nandou Wenyin, yang datang ke arah mereka. Dia kembali menatap Hua Jieyu dan berbisik, "Apakah kau adalah kakakku?"     

Hua Jieyu memandang gadis itu dengan tatapan aneh, lalu mengangguk pelan, "Mmm."     

Nianyu merentangkan lengan kecilnya, lalu melangkah ke depan dan memeluk Hua Jieyu dengan lembut. Kemudian dia berkata dengan suara pelan, "Kakak, kenapa baru sekarang kau kembali dan menemuiku? Ayah dan ibu sangat merindukanmu, dan aku sudah lama ingin bertemu denganmu."     

Lengan Hua Jieyu sedikit menegang, tapi kemudian dia memeluk gadis itu dengan lembut.     

"Jieyu." Nandou Wenyin menghampiri keduanya dan berlutut, lalu memeluk kakak beradik itu dengan erat. Hua Fengliu baru saja memberitahunya melalui telepati bahwa Hua Jieyu menderita amnesia. Nandou Wenyin menganggap bahwa ini adalah kenyataan yang sulit untuk diterima, tetapi ketika dia memikirkan fakta bahwa Jieyu telah kembali hidup-hidup, dia merasa bahagia.     

Kala itu, mereka menyaksikan Jieyu menghilang tepat di depan mata mereka. Rasa sakit itu tidak akan terlupakan, dan mereka selalu memikirkan hal itu setiap hari. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Jieyu akan kembali.     

Tang Lan juga keluar dari dalam gubuk. Dia berdiri agak jauh dan memandang mereka; hatinya bisa merasakan sakit yang mereka alami.     

Selama bertahun-tahun, dia tahu bagaimana Hua Fengliu dan Nandou Wenyin menghabiskan hari-hari mereka. Baru setelah melahirkan Nianyu-lah mereka memiliki sosok yang dapat mereka fokuskan untuk menghilangkan rasa sakit di masa lalu. Tapi seperti rasa sakit yang tidak akan bisa dilupakan, mereka hanya bisa berpura-pura bahwa rasa sakit itu tidak ada.     

Mereka bahkan memberitahu Nianyu bahwa kakaknya sedang pergi ke tempat yang jauh.     

Sekarang, sangat menyenangkan bisa melihat keluarga itu bersatu kembali.     

Dia menyeka air mata dari sudut matanya. Mereka semua merasa sangat bahagia hari ini.     

"Bibi Tang." Ye Futian tersenyum dan memanggilnya saat melihat sosok Tang Lan.     

"Mmm." Tang Lan mengangguk dan berkata dengan lembut, "Aku akan pergi memasak."     

…     

Suasana di kota kecil itu sangat sepi. Setelah Ye Futian tiba di Kota Qingzhou, banyak orang yang mengetahui kedatangannya akan berdatangan dan melihatnya dari jauh secara bergantian. Bagaimanapun juga, dia adalah sosok legendaris dari Kota Qingzhou.      

Ye Futian telah mengatur kekuatan dari auranya, sehingga dia terlihat seperti orang-orang pada umumnya, berbincang-bincang dengan gurunya dan bermain catur setiap hari, menjalani hidup dengan sederhana dan penuh ketenangan.     

Sikap Hua Jieyu masih sedingin es, tapi sesekali, ketika dia berinteraksi dengan Nianyu, terdapat momen-momen dimana dia bersikap begitu lembut padanya.     

Namun, mustahil baginya untuk memanggil Hua Fengliu dan Nandou Wenyin...     

"Ayah and Ibu."     

Hua Fengliu dan Nandou Wenyin telah menerima hal itu dan tidak berharap lebih. Mereka dulu mengira bahwa Jieyu telah pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya, sekarang mereka merasa benar-benar diberkati selama mereka bisa melihatnya di sana setiap hari. Bagi mereka, ini adalah keinginan yang menjadi kenyataan.     

Selama mereka bisa melihatnya, itu sudah cukup.     

Di halaman, Ye Futian dan Hua Fengliu sedang duduk di kursi anyaman yang berada di kedua sisi pintu. Mereka berbaring di sana dengan malas-masalan seperti dua penjaga pintu.     

"Kapan kau berencana untuk pergi?" Hua Fengliu bertanya dengan lembut.     

"Anda tidak ikut pergi bersama saya?" Ye Futian memandang Hua Fengliu di sampingnya dan bertanya.     

"Akan lebih baik jika kami tinggal di sini bersama Nianyu. Lebih baik dia menjadi orang biasa, itu jauh lebih sederhana." Hua Fengliu berbisik, "Kami tidak akan khawatir selama kami tahu bahwa Jieyu baik-baik saja. Jika kau punya waktu luang, bawa dia kemari untuk mengunjungi kami."     

Setelah melalui begitu banyak hal, pola pikir Hua Fengliu jauh berbeda dari pola pikirnya di masa lalu. Dia sekarang lebih menyukai kesederhanaan dan ketenangan, dan dia bahkan berharap Nianyu bisa menjalani hidupnya dalam kesederhanaan dan kebahagiaan.     

"Tapi kali ini tidak sesederhana itu." Ye Futian berkata, "Saya memiliki musuh, dan mereka telah bertemu dengan saya di Negeri Barren. Keinginan anda untuk tinggal di sini mungkin tidak akan membuat pikiran saya tenang."     

Hua Fengliu tertegun. Apakah mereka sudah mengejarnya hingga ke Negeri Barren?     

Dia mengusap dahinya dan merasa sedikit tidak berdaya, lalu berkata, "Sejak menerimamu sebagai murid, tidak pernah ada hari yang damai. Aku tidak tahu kejahatan seperti apa yang telah kulakukan di kehidupanku sebelumnya sehingga aku pantas menerima semua ini."     

"Meski begitu, murid anda sekarang adalah seorang Renhuang, bisakah anda berhenti mengeluh?" Ye Futian menjawab dengan pasrah.     

"Renhuang," gumam Hua Fengliu. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar Ye Futian berbicara tentang tingkat Plane-nya, tetapi dia masih terlihat biasa-biasa saja. Dia menatap Ye Futian dan bertanya, "Apakah tingkat Plane itu sangat luar biasa?"     

Dia tampaknya belum memahami konsep dari Renhuang Plane.     

"Tidak juga." Ye Futian merasa kehilangan kepercayaan dirinya di bawah tatapan mata Hua Fengliu. Dia membayangkan bahwa, bahkan suatu hari nanti, ketika dia menjadi seorang kaisar, hal yang sama tetap akan terjadi di hadapan pria ini, yang tidak pernah memedulikan statusnya.     

Sikapnya itu membuat hatinya hancur.     

"Guru, jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, saya akan mengirimkan seseorang untuk mengawal Nianyu, anda, dan Tuan Puteri pergi dari sana secepat mungkin," jawab Ye Futian.     

"Kalau begitu terserah kau saja," ujar Hua Fengliu dengan pasrah. Karena Ye Futian berkata seperti itu, maka dia hanya bisa menurutinya. Meskipun dia menyukai kedamaian dan ketenangan yang dia rasakan saat ini, namun pada kenyataannya, dia masih mengkhawatirkan Jieyu. Jika Jieyu benar-benar berkunjung beberapa tahun sekali, dia pasti akan sangat merindukannya.     

Baik dirinya maupun Nandou Wenyin ingin menjaga Jieyu, tidak peduli apakah dia akan mengingatnya sebagai ayahnya atau tidak.     

Tentu saja, dia juga mengkhawatirkan Ye Futian.     

Meskipun dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Ye Futian dengan kata-kata, namun perasaannya yang sesungguhnya tentang Ye Futian telah diketahui oleh orang-orang yang berada di sekitarnya selama ini.     

Sejak bertahun-tahun yang lalu, mereka berdua—guru dan murid—saling bergantung satu sama lain. Ketika Ye Futian pergi meninggalkan Kota Qingzhou dengan menggendong Hua Fengliu di punggungnya, mereka sudah seperti ayah dan anak.     

Selama bertahun-tahun, Ye Futian memiliki banyak guru, dan masing-masing dari mereka telah memperlakukan Ye Futian dengan sangat baik. Tetapi sosok yang sangat dekat dengannya adalah Hua Fengliu, karena dia lah satu-satunya guru yang dapat diajak berkomunikasi dengan bebas oleh Ye Futian.     

Pada saat ini, Nianyu berjalan mendekat bersama Hua Jieyu, lalu bertanya pada Ye Futian, "Kakak, aku akan mengajakmu dan kakakku keluar untuk bermain."     

"Kau juga mengajakku pergi?" Ye Futian menatap Nianyu.     

"Ya." Nianyu mengedipkan matanya yang bulat dan mengangguk dengan sungguh-sungguh, "Pemandangan di Danau Qingzhou sangat indah di malam hari, dan setiap hari ada banyak gadis cantik di atas perahu-perahu."     

"Ide yang bagus." Ye Futian meremas wajah Nianyu dan mengangguk sambil tersenyum, "Namun, kau harus memanggilku sebagai 'kakak ipar'."     

"Aku suka memanggilmu sebagai 'kakak'," ujar Nianyu sambil terkekeh.     

"Baiklah, terserah kau saja." Ye Futian berdiri dari tempatnya dan menggendong Nianyu, lalu berkata, "Ayo kita pergi."     

Hua Fengliu menyaksikan mereka bertiga pergi. Ye Futian menggendong Nianyu di salah satu lengannya dan tangannya yang lain menggengam tangan Hua Jieyu. Melihat pemandangan ini, sebuah senyuman terpancar dari wajahnya yang sudah menua.     

Dengan mata terpejam, dia menikmati pancaran sinar matahari dengan tenang, dan senyuman masih menghiasi wajahnya.     

…     

Untuk kota kecil yang begitu tenang ini, suasana di Danau Qingzhou cukup ramai.     

Temperamen Ye Futian dan Hua Jieyu langsung menarik perhatian orang-orang, belum lagi ada seorang gadis di sebelah mereka yang tampak seperti boneka porselen.     

"Sungguh pasangan yang serasi dan putri mereka yang sangat cantik." Banyak orang bergumam dalam hati, dan mereka tersenyum ketika mereka berjalan di dekat Ye Futian. Pemandangan yang begitu indah itu telah meningkatkan suasana hati banyak orang.     

Mereka pasti adalah sebuah keluarga yang sangat bahagia.     

"Lihatlah betapa rapi dan sopannya anak-anak lain, lalu lihatlah dirimu." Seseorang di belakang mereka menegur seorang anak laki-laki yang berumur enam atau tujuh tahun. Penampilannya tampak berantakan, dan jelas dia adalah bocah yang nakal.     

"Apakah kau tidak melihat dua orang di sebelahnya itu? Sudah jelas itu turun-temurun, apa yang bisa kulakukan?" balas bocah itu.     

Ye Futian tersenyum hangat saat mendengar suara di belakangnya itu. Jelas, banyak orang yang salah mengira Nianyu sebagai anaknya dengan Jieyu.     

Tentu saja ada kemiripan di antara mereka.     

Hua Jieyu merasa aneh saat mendengar hal ini. Ye Futian menatapnya, dan menyadari bahwa dia menginginkan seorang anak.     

Saat ini, dia mengerti apa yang dirasakan oleh gurunya.     

Setelah mengalami begitu banyak hal di dunia luar, terkadang kebahagiaan sederhana seperti ini terasa begitu luar biasa.     

Bagian tepi dari Danau Qingzhou adalah tempat yang sudah tidak asing bagi mereka.     

Ye Futian menurunkan Nianyu, lalu menggenggam tangannya dan Hua Jieyu dengan tangan lainnya, kemudian dia berkata dengan lembut, "Jieyu, ini adalah tempat kita berpegangan tangan untuk pertama kalinya."     

Menjelang malam, semakin banyak perahu yang berlayar di sana. Melihat semua ini, Hua Jieyu juga merasa bahwa itu adalah pemandangan yang sangat indah.     

"Kakak, apakah kita sebaiknya menyewa perahu?" Nianyu menatap ke arah Ye Futian.     

Ye Futian membungkuk dan berkata pada Nianyu, "Nianyu, apakah kau ingin kakak bermain guqin untukmu?"     

"Tentu saja, ayahku juga suka bermain guqin." Nianyu mengangguk senang.     

"Kalau begitu ayo kita lakukan." Ye Futian meraih tangan Nianyu dan berjalan ke tepi danau. Mereka menemukan tempat untuk duduk di permukaan tanah, dan sebuah guqin muncul di hadapannya; itu adalah guqin terkenal yang pernah menjadi milik Kaisar String di Gunung Taixuan.     

Nianyu duduk dengan tenang di samping Ye Futian sambil bertopang dagu, terlihat sangat menggemaskan. Semua orang di sekitar mereka memandang ke arah mereka.     

Saat ini, alunan musik mengalir secara perlahan-lahan.     

Saat nada musik mulai terdengar, kerumunan orang tanpa sadar menjadi terdiam.     

Ini adalah sebuah lagu yang sangat merdu. Setiap kali nada musik dimainkan, cahaya menyilaukan bersinar di sekitar Ye Futian dan mengelilinginya.     

"Sungguh alunan musik yang merdu."     

Di Danau Qingzhou, banyak orang di atas perahu memandang ke arah tepi danau.     

Di sana terdapat seorang pemuda berambut abu-abu, seorang gadis yang seperti berasal dari negeri dongeng, dan di belakang mereka, ada seorang wanita cantik yang terlihat seperti dewi.     

Tentu saja, ada orang-orang yang mengenali Ye Futian, dan meskipun mereka merasa sangat antusias, mereka tidak berjalan mendekat untuk mengganggunya; mereka hanya mendengarkan musik itu dengan tenang.     

Suara guqin itu perlahan-lahan menjadi semakin keras, seperti nyanyian burung phoenix, dengan cahaya yang lebih menyilaukan dari sebelumnya kini mengelilingi Ye Futian. Di bawah langit malam, seekor burung ilahi yang bercahaya mulai terbentuk.     

"Lihat, itu burung phoenix," seseorang berseru, dan tatapan semua orang tertuju pada Ye Futian. Suara guqin itu terdengar seperti nyanyian burung phoenix, dan di sekitar Ye Futian, sepasang burung phoenix terbang di sekitarnya, menghasilkan sebuah pemandangan yang terlihat seperti mimpi.     

Pada saat ini, banyak wanita yang berada di atas perahu juga ikut menyaksikan pemandangan itu dengan seksama.     

Pemandangan yang sangat indah.     

Nianyu juga berdiri dari tempatnya. Dia menghampiri Ye Futian dan menyaksikan burung phoenix itu terbang di sekelilingnya dengan senyuman cerah dan polos menghiasi wajahnya. Dia mengulurkan tangannya, ingin menyentuh burung phoenix itu, dan dia melihat bahwa burung phoenix itu sekarang terbang dan menari di sekelilingnya.     

"Kakak, mereka mengikutiku." Saat Nianyu mulai berlari, burung phoenix itu mengikutinya. Gadis itu tersenyum cerah, dan tawanya bergema di bawah langit malam di tepi Danau Qingzhou, membuat semua orang tersenyum.     

Ini adalah sebuah peristiwa yang menyentuh hati.     

Hua Jieyu menyaksikan semua ini dengan penuh perhatian, dan sebuah senyuman benar-benar muncul di wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.