Legenda Futian

Buddha Raksasa



Buddha Raksasa

2Ekspresi semua kultivator tampak muram. Sebenarnya pertempuran macam apa yang telah terjadi di medan pertempuran kuno ini?     3

Dan berapa banyak korban yang berjatuhan?     

Sekarang, area ini muncul kembali, dan kepingan sejarah terkubur di dalamnya.     

Jauh di depan, para kultivator Buddha dari Kuil Tianxian di Dunia Gunung berhenti bergerak. Sinar-sinar dari cahaya Buddha terpancar dari tubuh mereka dan menerangi seluruh tempat. Cahaya Buddha yang mengerikan ini menerangi bagian depan, dan satu sosok iblis raksasa telah muncul. Di belakang iblis raksasa itu, iblis lain yang tak terhitung jumlahnya memamerkan taring mereka dan mengayunkan cakar mereka. Seolah-olah mereka yang telah jatuh ke neraka sekarang telah hidup kembali.     

Dengan disinari oleh cahaya Buddha, bayangan-bayangan yang samar itu terus menerus dihancurkan dan dihancurkan hingga menjadi bagian-bagian kecil. Sudah jelas, ini bukanlah sosok-sosok yang nyata, tetapi sisa-sisa aura dari para korban pertempuran yang masih tertinggal di dunia ini, yang sekarang disucikan menjadi ketiadaan di bawah cahaya Buddha itu.     

Saat menyaksikan pemandangan ini, banyak orang sepertinya menyadari sesuatu pada saat yang bersamaan, dan para kultivator dari segala arah mulai mempercepat langkah mereka ke depan dan bergegas pergi ke arah para biksu dari Kuil Tianxian, yang sedang memimpin jalan.     

Melihat hal ini, Ye Futian menjadi berpikir sejenak. Sebelumnya, semua orang mengandalkan para biksu dari Kuil Tianxian untuk memimpin jalan. Sekarang, sepertinya mereka punya pemikiran lain.     

"Kita juga harus pergi."     

Ye Futian berbicara saat dia juga melesat ke depan. Setelah beberapa saat, mereka sudah berada tidak jauh di belakang para kultivator dari Kuil Tianxian. Semua perwakilan dari pasukan-pasukan besar telah mengejar mereka dan tersebar di berbagai arah.     

Di bawah pancaran cahaya Buddha, sosok iblis itu menghilang. Namun, jauh di depan mereka, terdapat sebuah kerangka yang sedang duduk bersila. Kerangka ini tidak membusuk meskipun sudah berada di sana ratusan tahun lamanya, namun sudah tidak ada lagi aura kehidupan yang dapat dideteksi dari kerangka tersebut, hanya ada aura kematian di sana. Aura kematian mengelilingi kerangka yang mengering ini, kerangka dari seseorang yang telah lama meninggal dunia.     

Namun, hal yang benar-benar mengerikan adalah, kerangka yang telah mengering itu memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan.     

Cahaya ini sangat mengerikan, dan terlihat seperti sebuah kitab kuno yang telah menyatu ke dalam tubuhnya. Kitab kuno ini sepertinya memiliki banyak halaman di dalamnya, dan di antara halaman-halaman itu, samar-samar orang-orang bisa merasakan kesepian yang mendalam terpancar darinya.     

"Roda Ilahi Abadi."     

Beberapa orang bergerak mendekat. Roda Ilahi dari Jalur Agung ini, meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, masih belum menghilang. Lebih mengerikan daripada kerangka pemiliknya, sekarang Roda Ilahi ini berubah menjadi sebuah harta karun yang misterius.     

Keserakahan terlintas di tatapan mata banyak orang, terutama mereka yang baru saja datang, yang berasal dari Kota Jiuyou. Mereka semua berjalan ke depan, dan semakin mendekati Roda Ilahi tersebut. Sudah jelas, bahkan jika mereka tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan pasukan-pasukan terkemuka, bukan berarti mereka akan menyerah begitu saja.     

"Benda ini lebih cocok digunakan untuk para kultivator dari Dunia Daratan Tersembunyi. Bagi kalian yang datang dari kejauhan, benda ini tidak akan ada gunanya untuk kalian meskipun kalian berhasil mendapatkannya. Lebih baik kalian membiarkan Dunia Daratan Tersembunyi memilikinya." Pada saat ini, seseorang angkat bicara; dia adalah seorang kultivator dari Klan Dewa Bayangan.     

Tidak hanya dia saja, tetapi semua pasukan besar dari Dunia Daratan Tersembunyi jelas sangat tertarik dengan benda tersebut. Sosok yang meninggal dunia dengan duduk di sini pasti adalah seseorang dengan kekuatan yang luar biasa.     

Semua orang terdiam saat mendengar kata-katanya, dan tidak ada seorang pun yang memberikan tanggapan.     

Di hadapan harta karun yang begitu berharga, siapa yang rela untuk menyerahkannya kepada orang lain dengan begitu mudah?     

Terlebih lagi, ada begitu banyak pasukan yang hadir hari ini, hampir semua pasukan di Sembilan Dunia Jalur Supremasi berada di sini.     

Bahkan jika satu pasukan bersedia untuk tunduk pada peringatan tersebut, bagaimana dengan yang lain?     

"Anggap saja kami membiarkan Dunia Daratan Tersembunyi memilikinya. Nantinya, ketika kami menemukan harta karun lainnya, apakah pasukan-pasukan dari Dunia Daratan Tersembunyi dapat menjamin untuk tidak ikut memperebutkannya?" Pada saat ini, seseorang angkat bicara, dan dia adalah seorang kultivator dari Istana Divine Solar.     

Dengan begitu mudahnya, kata-kata ini membungkam beberapa pasukan besar dari Dunia Daratan Tersembunyi.     

Bisakah mereka menjamin hal itu?     

Tidak ada yang berani memberikan jaminan seperti itu. Mereka baru saja memasuki medan pertempuran yang mengerikan ini. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?     

Jika mereka menemukan harta karun yang lebih berharga dan lebih kuat, dapatkah mereka berjanji untuk tidak memperebutkannya?     

Tentu saja tidak.     

"Jika tidak ada satu pun di antara kalian yang bisa membuat janji seperti itu, maka tidak perlu membuat batasan terhadap dunia-dunia tertentu. Harta karun itu menjadi milik siapa pun yang mampu mengambilnya," ujar sang kultivator dari Istana Divine Solar dengan acuh tak acuh.     

Jika Dunia Daratan Tersembunyi ingin menguasai area ini, apakah mereka berniat membuat segala sesuatu yang berada di sini hanya berhak dimiliki oleh Dunia Daratan Tersembunyi?     

*Whoosh* Satu sosok melesat dengan cepat menuju kerangka yang sedang duduk itu, sosoknya terlihat seperti bayangan hitam yang samar, dan pergerakannya sangat cepat.     

Sosok yang baru saja bergerak adalah seorang kultivator dari Klan Dewa Bayangan. Jika harta karun itu harus diambil dengan paksa, maka dia akan menjadi orang pertama yang mengambil tindakan.     

*Boom*     

Tekanan dari Jalur Agung yang mengerikan menyebar di udara, dan langkah kultivator dari Klan Dewa Bayangan itu tiba-tiba terhenti. Di sisi lain, seorang kultivator dari Klan Prison Fort melangkah ke depan, dimana setiap langkahnya terasa sangat berat dan menekan ruang hampa.     

Sesuai dugaan, pasukan-pasukan dari Dunia Daratan Tersembunyi sangat antusias dalam memperebutkan harta karun itu.     

Tuan Pudu menatap mereka, lalu dia menyatukan kedua tangannya dan melantunkan sutra Buddha, kemudian melangkah ke depan. Dia terus berjalan dari atas langit, mengabaikan situasi yang terjadi di bagian bawah.     

Satu per satu, para kultivator mulai mengambil tindakan. Dalam sekejap, dengan menjadikan kerangka kering itu sebagai titik pusatnya, banyak orang dengan kekuatan yang mengerikan mulai bersaing, dan semua pasukan terkemuka di Dunia Daratan Tersembunyi telah memasuki medan pertempuran itu.     

Mereka mengetahui siapa identitas sosok yang telah meninggal dunia ini.     

Satu sosok mengerikan dengan kekuatan yang begitu dahsyat pernah muncul dari Dunia Daratan Tersembunyi. Kekuatannya sangat mengerikan sehingga menimbulkan ketakutan di hati banyak orang. Roda Ilahi miliknya sangat kuat dan namanya pernah terkenal di seluruh penjuru Dunia Daratan Tersembunyi.     

Jika benar itu dia, bagaimana mereka bisa melewatkan kesempatan ini begitu saja?     

Shen Luoxue memandang ke arah Ye Futian, yang berada di sampingnya.     

"Nenek, ayo kita lanjutkan perjalanan kita." Sikap Ye Futian terlihat sangat tenang saat dia memandang para kultivator dari Kuil Tianxian, yang terus bergerak ke depan. Shen Luoxue mengangguk, dan semua orang mengikuti langkah mereka, berjalan melewati medan pertempuran itu.     

Seiring berjalannya waktu, ada beberapa pasukan yang memutuskan untuk terlibat dalam pertempuran ini, tetapi ada juga yang memutuskan untuk menyerah. Sudah jelas, menurut mereka, tidak ada gunanya untuk bertarung di sini.     

Mungkin, akan ada hal lain yang lebih mereka inginkan saat mereka melanjutkan perjalanan ini.     

Ye Futian dan yang lainnya terus melangkah ke depan. Tiba-tiba sebuah aura yang mengerikan muncul dari belakang mereka; itu adalah badai dari Jalur Agung. Tetapi kelompok itu terus melanjutkan perjalanan mereka seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi di belakang mereka.     

Tetapi masih banyak bayangan iblis yang bermunculan di area ini, yang semuanya langsung dimusnahkan oleh cahaya Buddha, yang tampaknya dikeluarkan oleh sang Buddha.     

Kerumunan itu akhirnya tiba di sebuah area pegunungan, dan di dalam sebuah jurang, muncul sebilah pedang iblis berdarah, cahaya semerah darah yang mengerikan dari pedang itu memenuhi langit, sehingga membuat langit berubah warna menjadi merah seperti darah.     

Pedang ini terkubur di dalam tanah; sepertinya sudah rusak. Tapi masih ada aura menakjubkan yang terpancar darinya. Dalam cakupan jarak sejauh ratusan meter di sekitar pedang sihir itu, sebuah area kehancuran yang mengerikan telah terbentuk. Siapa pun yang berani mendekat akan dimusnahkan oleh aura pedang itu.     

Semakin banyak kultivator yang melesat ke depan. Kali ini, tidak ada seorang pun yang repot-repot mengatakan sesuatu sebelum mereka melakukan penyerangan.     

Ye Futian memandang mereka dengan acuh tak acuh. Di dalam Reruntuhan Dewa, dia mendapatkan sebuah gudang harta karun yang dipenuhi oleh peralatan ritual. Sejak saat itu, peralatan ritual biasa tidak menarik sama sekali baginya. Bahkan jika dia mampu memilikinya, semua itu tidak akan begitu berarti baginya.     

Kecuali apa yang dia temui adalah peralatan ritual yang istimewa atau peralatan ritual dengan tingkat di atas Renhuang Plane. Secara teknis, semua itu tidak bisa lagi dianggap sebagai peralatan ritual, tetapi benda ilahi, dan kekuatannya akan jauh melampaui apa yang disebut sebagai 'peralatan ritual'.     

Kelompok Ye Futian terus bergerak ke depan. Kecuali beberapa orang yang memilih untuk memperebutkan peralatan ritual yang bermunculan, orang-orang dari sebagian besar pasukan lainnya memilih untuk menghindari konflik dan terus melanjutkan perjalanan mereka.     

Medan pertempuran kuno ini tampaknya bisa memberi mereka beberapa kejutan.     

Dan bukan hanya tentang Gerbang Neraka semata.     

Area yang sudah lama tersegel ini sangat luas, bahkan jiwa spiritual mereka hanya bisa mencakup jarak yang terbatas dan sangat terpengaruh oleh situasi di area ini.     

Pada saat ini, kecepatan para kultivator dari Dunia Gunung tiba-tiba meningkat.     

Hal ini membuat banyak orang merasa khawatir, namun mereka tetap mengikuti para biksu itu. Di depan mereka, ada sebuah aura yang sangat kuat, dan meskipun jarak di antara mereka masih sangat jauh, samar-samar mereka bisa merasakan betapa mengerikannya aura ini.     

'Apa itu?' Ye Futian bergumam dalam hati. Bukan hanya dia merasakannya, tetapi Shen Luoxue dan para kultivator lainnya dari Akademi Heavenly Mandate juga bisa merasakannya.     

Ada perwakilan dari pasukan lain di sana.     

Shen Luochuan dari Klan Dewa tampak penasaran. Seolah-olah dia bisa melihat menembus ruang hampa yang tak berbatas. Tanpa disadari, kecepatan mereka terus meningkat, nyaris mengubah mereka menjadi kilatan cahaya yang melesat melintasi area ini.     

Aura yang agung dan menakjubkan itu menjadi semakin kuat, dan bangunan-bangunan raksasa yang tampak samar mulai terlihat di depan mereka. Aura mengerikan itu berasal dari sana.     

Bangunan-bangunan raksasa yang megah ini menjulang tinggi hingga menutupi langit. Semakin mereka mendekat, mereka semakin menyadari betapa besarnya bangunan-bangunan ini, yang tingginya mencapai puluhan ribu kaki.     

Saat mereka berjalan mendekat, sebuah aura yang mengerikan membuat semua orang kesulitan untuk bergerak ke depan. Akhirnya, mereka bisa melihat dengan jelas benda apakah itu.     

"Ini…"     

Ye Futian tampak terkejut. Tatapan matanya tertuju pada pemandangan di depannya. Benda raksasa itu bukanlah bangunan, melainkan kumpulan patung. Mereka adalah patung-patung yang dulunya adalah kultivator.     

Dua patung yang megah itu berdiri berhadapan satu sama lain; yang satu adalah patung seorang Buddha, dan patung lainnya adalah seorang iblis.     

Salah satu patung bersinar dengan cahaya Buddha yang tak ada habisnya. Setiap bagian dari patung itu seperti terbuat dari emas. Sementara patung lainnya adalah seorang iblis yang mengerikan. Sekujur tubuhnya berwarna hitam pekat.     

Dua sosok yang berukuran sangat besar dan agung ini sepertinya telah meninggal dunia dalam posisi duduk.     

Dan di sekitar mereka, terdapat beberapa patung raksasa, dimana semuanya mengeluarkan aura yang sangat mengerikan. Tetapi tidak ada aura kehidupan yang tersisa, karena mereka telah meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu.     

Para kultivator dari Kuil Tianxian berjalan ke arah patung Buddha tersebut. Kemudian mereka semua duduk bersila, sambil melantunkan sutra Buddha yang terdengar sangat sakral.     

Seolah-olah mereka sedang menunjukkan rasa hormat pada leluhur mereka.     

Di sini, kultivator yang telah meninggal dunia itu memang leluhur mereka, yaitu sang Buddha kuno!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.