Legenda Futian

Sosok Misterius



Sosok Misterius

2*Boom*     
0

Rentetan suara gemuruh yang mengerikan bisa terdengar di seluruh penjuru medan pertempuran neraka. Area yang luas itu berguncang. Sementara patung-patung yang tak terhitung jumlahnya itu berguncang lebih keras.     

Di antara cahaya Buddha yang berapi-api, muncul sebuah bola cahaya di sana. Bola cahaya itu sangat mengerikan. Sepertinya bola cahaya itu adalah sebuah lampu.     

'Apa itu?' Ekspresi para kultivator tampak aneh. Mereka bisa merasakan bahwa bola cahaya itu mengandung kekuatan yang mengerikan. Cahaya dari lampu Buddha itu tampak tidak terlalu terang saat terpancar keluar. Dalam sekejap, kekuatan iblis dan penghancur yang tak ada habisnya itu langsung menghilang akibat cahaya lampu tersebut.     

Dimana pun cahaya lampu itu bersinar, kegelapan akan sirna.     

Ekspresi para kultivator di area itu berubah. Mereka bisa merasakan sebuah aura yang kuat. Aura ini adalah salah satu dari Jalur Agung Buddha. Memurnikan jiwa dari neraka adalah salah satu kemampuan terkuat dari Buddha Vajra di masa lalu.     

Lampu Buddha itu mungkin adalah salah satu dari harta karun Buddha. Buddha Vajra menggunakan kekuatannya yang tak tertandingi untuk menempa lampu Buddha tersebut. Dia bahkan menggabungkan kekuatannya sendiri ke dalamnya.     

Setelah bertahun-tahun lamanya, lampu Buddha kembali menyala. Lampu itu masih memiliki kekuatan yang tak tertandingi untuk memurnikan jiwa dari neraka. Kekuatannya sangat efektif dalam melawan kekuatan kegelapan dan penghancur dari Jalur Agung.     

Sebuah harta karun.     

Ekspresi banyak orang tampak aneh. Pemikiran yang sama muncul di benak mereka, terutama para kultivator yang berasal dari Dunia Gunung.     

Pasukan terkuat di Dunia Gunung semuanya adalah kultivator Buddha. Setelah menemukan sebuah harta karun Buddha, bagaimana mungkin mereka tidak menginginkannya?     

Misalnya, para anggota dari Klan Shenxing, yang dikenal sebagai Buddha Buangan, memiliki tatapan serakah di mata mereka saat ini.     

Itu benar-benar sebuah harta karun Buddha.     

Pada saat ini, seseorang memandang ke arah cahaya Buddha yang semakin terang itu. Cahaya tersebut diaktifkan oleh kekuatan Buddha. Kekuatan yang selama ini tertidur juga telah terbangun. Kerumunan kultivator juga melihat sebuah pagoda Buddha di sana. Pagoda tersebut dihiasi dengan banyak pola di permukaannya. Setiap pola yang terukir di sana merupakan ilustrasi dari seorang Buddha kuno. Ketika pola-pola ini bersinar pada saat yang bersamaan, berbagai macam Buddha terbangun. Di atas langit, ilusi Buddha yang tak terhitung jumlahnya muncul secara perlahan-lahan.     

Ye Futian mendongak dan memandang ke arah langit. Kekuatan yang telah diaktifkan itu menjadi semakin kuat. Seolah-olah mereka telah kembali ke medan pertempuran di masa lalu, mengingatkan mereka pada perang yang mengerikan itu.     

Ledakan yang lebih mengerikan telah terjadi. Segel-segel pada patung-patung itu terus menerus hancur. Bagian ujung dari wilayah ini sepertinya telah hancur.     

Selain kemunculan dari harta karun Buddha, sebuah peralatan ritual milik Raja Neraka juga muncul dan mengeluarkan kekuatan yang mengerikan.     

Sebuah Bendera Dewa Bayangan muncul di atas langit. Di sekitarnya, terdapat bayangan iblis yang tak terhitung jumlahnya. Seolah-olah Yaksa dan Ashura telah terbangun untuk berhadapan melawan para Buddha di atas langit.     

Hal ini menyebabkan sosok-sosok terkemuka dari Klan Dewa Bayangan sangat terkejut. Mereka mengenali Bendera Dewa Bayangan ini. Dahulu, bendera itu ditakuti oleh semua orang.     

Setelah itu, mereka melihat peralatan ritual lainnya. Itu adalah sebuah trisula berukuran besar yang juga merupakan senjata yang dikenal mengerikan bertahun-tahun yang lalu.     

"Sesuatu akan terjadi," ujar Hua Jiangshan dengan suara pelan saat dia menyaksikan pemandangan ini.     

Bukan hanya dia saja. Semua kultivator yang berada di sana menatap lurus ke depan. Dibalik dinding batu yang telah hancur itu, area yang semula tersegel itu perlahan-lahan mulai terungkap. Itu adalah sebuah istana kegelapan yang menjulang tinggi. Namun, saat ini, istana itu sudah menjadi reruntuhan.     

Di dalamnya, itu adalah markas Neraka yang telah menghilang. Sebuah aura mengerikan yang tak tertandingi terpancar dari dalam reruntuhan istana tersebut.     

Jika seseorang mengamati dengan seksama, terdapat sebuah area yang menyerupai bagian dalam neraka. Itu adalah sebuah jurang yang tak berdasar, dan tampaknya jurang itu membentuk sebuah pusaran Neraka yang mengerikan. Pusaran itu terlihat seperti sebuah pintu yang langsung mengarah menuju Neraka.     

Namun, tepat di depan pintu tersebut, ada sebilah pedang yang tertancap di permukaan tanah. Itu adalah sebilah pedang zamrud. Terdapat tasbih Sarira yang mengelilinginya.     

Ketika Nan Luoshen melihat pedang ilahi ini, ekspresinya tampak aneh. Ekspresi para kultivator dari Kerajaan Nantian juga berubah. Bahkan ada cukup banyak sosok terkemuka yang menoleh dan memandang ke arah dimana para anggota dari Kerajaan Nantian berdiri.     

"Pedang apa itu?" Nan Luoshen memandang Tetua di sampingnya. Dia pernah melihat pedang ilahi ini dalam dokumen-dokumen kuno di kerajaannya.     

"Qinghe."     

Para kultivator yang berada di samping sang Tetua berkata, "Itu adalah pedang milik Yang Mulia."     

Kemunculan pedang ini menunjukkan bahwa Kaisar Nan ikut berpartisipasi dalam pertempuran untuk melenyapkan Neraka kala itu.     

'Gerbang Neraka'. Tatapan mata semua orang tertuju ke depan. Kemungkinan besar pintu itu adalah Gerbang Neraka.     

Apa yang ada di balik Gerbang Neraka?     

Rumor mengatakan bahwa penyegelan dan pembukaan Gerbang Neraka harus melibatkan pasukan-pasukan setingkat kaisar.     

*Boom*     

Pada saat ini, sosok lainnya muncul dari dalam cahaya Buddha setinggi sepuluh ribu Zhang itu. Tatapan mata sosok ini mengandung aura kejahatan di dalamnya. Dengan tubuh yang diselimuti oleh cahaya Buddha, dia berjalan lurus menuju lampu Buddha itu.     

"Dasar hama tak berguna," tiba-tiba terdengar suara bernada dingin.     

Dari arah Kuil Tianxian berada, seorang biksu berjalan ke arahnya. Cahaya Buddha bersinar semakin terang. Biksu itu benar-benar telah berubah wujud menjadi seorang Buddha Vajra yang menjulang tinggi.     

Ekspresi banyak orang tampak aneh saat menyaksikan pemandangan ini.     

Apakah ada seorang penerus dari Buddha Vajra di sini?     

Mata biksu ini terlihat seperti seorang Buddha Vajra yang sedang marah. Satu sosok Buddha kuno muncul di belakangnya. Dia mengangkat tangannya dan menerjang ke arah dimana para kultivator dari Klan Shenxing berada. Teknik Giant Palm of Vajra ini tidak bisa dihancurkan. Serangan itu menghancurkan ruang hampa dan melesat ke bawah.     

Sosok yang menerobos cahaya Buddha itu adalah seorang kultivator dari Klan Shenxing. Mereka ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencuri harta karun Buddha itu.     

*Brak*     

Terdengar suara ledakan yang keras di suatu tempat, dan jejak teknik Giant Palm of Vajra muncul di permukaan tanah. Sebuah jejak telapak tangan tercetak dengan jelas di sana. Para anggota dari Klan Shenxing telah melarikan diri ke kejauhan. Di bawah kaki mereka, seberkas cahaya suci bersinar terang. Pergerakan mereka sangat cepat.     

Di antara anggota Klan Shenxing, seorang kultivator masih bersemedi dengan mata terpejam dan berkomunikasi dengan sang Buddha kuno. Di atas patung Buddha itu, sebuah kaki raksasa dihentakkan ke bawah. Serangan itu benar-benar di arahkan pada Tuan Pudu.     

Saat ini, Tuan Pudu masih bertarung melawan kekuatan dari Raja Neraka yang telah terbangun.     

Seorang Buddha raksasa tiba-tiba muncul di samping Tuan Pudu. Melihat hal ini, para kultivator dari Kuil Tianxian langsung melancarkan serangan, sosok-sosok mereka menghampiri patung-patung Buddha itu.     

"Ayo kita pergi," ujar para kultivator dari Klan Shenxing, yang kemudian langsung melangkah ke udara. Mereka langsung menghilang dari posisi mereka dan menerjang ke arah patung-patung Buddha tersebut.     

Di tempat lainnya, berbagai macam pasukan dari Dunia Daratan Tersembunyi juga melancarkan serangan. Selain mengaktifkan kekuatan sang Raja Neraka, mereka juga mulai menjarah harta karun milik Raja Neraka.     

Mereka juga mengincar Istana Neraka.     

Neraka pernah menjadi pasukan paling makmur di Dunia Daratan Tersembunyi. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja?     

"Bagaimana pendapat kalian tentang hal ini?" Shen Luochuan dari Klan Dewa bertanya pada kultivator-kultivator yang berada di sana.     

Saat ini, para kultivator dari berbagai macam pasukan tersebar di berbagai tempat. Namun, tatapan mereka semua tertuju pada patung-patung Buddha di depan mereka.     

"Aku yakin kalian semua tidak melupakan Zaman Kekacauan saat itu, bukan?" ujar seorang kultivator dari Dunia Gunung.     

Hal ini jelas merupakan sebuah pengingat bagi semua orang.     

Namun, ekspresi di mata para kultivator sama sekali tidak berubah.     

Zaman Kekacauan?     

Banyak kultivator telah tewas terbunuh selama Zaman Kekacauan berlangsung; Namun, zaman itu juga melahirkan banyak sosok pahlawan. Sejumlah sosok terkemuka telah menunjukkan bakat mereka dalam pertempuran di era tersebut. Beberapa dari mereka bahkan telah melampaui batasan dari dunia ini.     

Sebagai perbandingan, era saat ini memiliki lebih sedikit perubahan; seolah-olah semuanya telah diatur.     

Donghuang Agung berharap dunia kultivasi menjadi semakin kuat dan stabil, tetapi bukankah hal itu sendiri merupakan semacam pembatasan?     

Pada akhirnya, tempat ini bukanlah dunia yang sesungguhnya.     

Selain itu, tidak ada yang tahu apa yang akan mereka aktifkan. Donghuang Agung juga tidak memerintahkan siapa pun untuk menghentikan peristiwa yang terjadi hari ini. Apakah itu berarti segala sesuatu yang terjadi saat ini juga telah ditakdirkan?     

*Whoosh*     

Dalam sekejap, sekelompok sosok terkemuka melesat melintasi langit dan menyerang patung-patung Buddha di depan mereka. Orang-orang ini tidak lain adalah para kultivator dari Istana Divine Solar. Mereka memancarkan cahaya suci matahari yang tak tertandingi, dan selangkah demi selangkah, mereka berjalan menuju lampu Buddha itu.     

Sudah jelas, keserakahan telah menguasai mereka, dan mereka juga ingin merebut harta karun Buddha ini.     

Sesuai dugaan Hua Jiangshan, masalah ini berubah menjadi sesuatu yang sangat serius, pikir Ye Futian dalam hati saat dia menyaksikan pemandangan itu.     

"Siapa yang harus kita bantu?" Ye Futian bergumam.     

Dalam situasi seperti ini, siapa yang harus dibantu oleh Akademi Heavenly Mandate? Mereka harus berpihak pada siapa?     

Apalagi, ada lebih dari dua sudut pandang sekarang. Setiap pasukan memiliki sudut pandangnya sendiri.     

Tepat ketika Ye Futian masih mempertimbangkan siapa yang harus dia bantu, sekelompok kultivator mendekati kelompoknya. Banyak kultivator yang mengamati pertempuran di kejauhan kini mengepung mereka. Di antara para kultivator ini, Ye Futian melihat beberapa wajah yang dikenalnya. Itu adalah Pendeta Jiuyou dan pasukannya.     

Sudah jelas, mereka datang kemari untuk mengincar Yaya, jadi mereka menargetkan kelompok Ye Futian.     

Namun, sosok yang memimpin kelompok itu kali ini bukanlah Pendeta Jiuyou; sebaliknya, itu adalah seorang pria yang masih sangat muda. Kedua matanya memancarkan kegelapan yang mengerikan; penampilannya tampak dingin dan kejam. Dia tampak seumuran dengan Ye Futian, namun usianya yang sesungguhnya tidak dapat ditentukan. Ye Futian dapat merasakan dengan jelas bahwa pemuda ini sangat berbahaya.     

"Hati-hati," Shen Luoxue memperingatkan Ye Futian secara telepati. Dia juga merasa terancam oleh pemuda tampan yang tampak kejam ini.     

Pemuda ini kuat, sangat kuat.     

Namun, tidak ada satu pun kultivator yang mengenali pemuda ini. Seolah-olah dia belum pernah muncul di hadapan publik sebelumnya.     

Faktanya, ini juga kali pertama dia tampil di depan umum. Hingga detik ini, dia selalu bersembunyi di dalam bayang-bayang.     

"Serahkan dia padaku, dan kalian bisa melanjutkan hidup," pemuda itu mengajukan tuntutan sambil memandang ke arah Qingyao, yang berdiri di samping Yaya. Suaranya menyeramkan; sebuah aura yang mengintimidasi menyebar melalui nada bicaranya yang acuh tak acuh.     

Tatapan matanya tampak datar, tapi di dalamnya mengandung kepercayaan diri yang luar biasa.     

Dengan menyerahkan Qingyao kepadanya, mereka bisa melanjutkan hidup.     

Bagaimana jika mereka tidak ingin menyerahkan Qingyao?     

"Kau siapa?" Ye Futian bertanya. Mengapa pria misterius ini begitu bertekad untuk menangkap Qingyao?     

Dari pasukan mana pemuda iblis ini berasal?     

Jika dia berasal dari salah satu pasukan di Dunia Daratan Tersembunyi, nada bicaranya setidaknya tidak sesombong ini.     

Saat ini, tidak ada satu pun pasukan di Dunia Daratan Tersembunyi yang berani mengancam Akademi Heavenly Mandate seperti ini.     

Pemuda iblis itu memandang ke arah Ye Futian. Tatapan matanya tampak acuh tak acuh. Dia mengulurkan kedua tangannya, dan tiba-tiba, jutaan aliran kegelapan menerjang ke dalam tubuhnya dari seluruh penjuru medan pertempuran neraka.     

Pemuda itu mengangkat kepalanya, dan garis-garis hitam muncul di wajahnya. Tubuhnya kini berubah menjadi sebuah pusaran yang mengerikan dan terus menerus melahap semua energi di sekitarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.