Legenda Futian

Lawan yang Kuat



Lawan yang Kuat

1Xiang Mang kembali ke posisinya semula, dengan tubuh terluka dan ekspresi kecewa di wajahnya. Ye Futian berkata padanya sambil tersenyum, "Lawanmu berasal dari tanah suci di Prefektur Ilahi. Dia telah dipilih secara khusus untuk menantang kita. Wajar jika kau kalah dalam pertarungan ini. Murid-murid dari Pondok Heavenly Mandate harus melalui kesulitan dan penderitaan untuk memenangkan tantangan ini."      3

Xiang Mang mendengar kata-kata Ye Futian dan mengangkat kepalanya, lalu menjawab, "Aku mengerti. Aku hanya merasa kesal pada diriku sendiri karena telah mempermalukan Akademi Heavenly Mandate."     

"Ini bukan masalah besar. Jangan terlalu dipikirkan," ujar Ye Futian sambil menepuk pundak Xiang Mang.     

Xiang Mang kembali ke kelompoknya, sementara sang kultivator dari Tanah Suci Taichu masih berdiri di udara. Pakaiannya berkibar tertiup angin dan berputar-putar di sekitar tubuhnya.     

Ye Futian menatap ke arahnya. Pria ini sangat ahli dalam mengendalikan angin dan pedang. Dua kemampuan itu telah dikombinasikan dan diubah menjadi Jalur Agung dengan kekuatan mengerikan yang sangat cepat dan mencakup area yang luas. Serangan pamungkas—Badai Pedang Ilahi—ini menggabungkan semua kekuatan pada satu titik.     

Itu adalah serangan pamungkas yang menghancurkan perisai pertahanan Xiang Mang seutuhnya. Banyak retakan menyebar dari titik serangan tersebut, dan badai itu akhirnya mengoyak segalanya.     

Pendekar itu memilih taktik yang benar-benar membuat Xiang Mang bertekuk lutut. Xiang Mang dikalahkan tanpa ada kesempatan untuk melawan balik.     

Lord Taixuan dan yang lainnya juga menatap ke arah pendekar pedang itu. Pergerakannya yang begitu cepat dan serangan pedangnya sangat kuat. Siapa pun yang ingin mengalahkannya harus lebih cepat darinya atau mampu menahan pergerakannya dan melancarkan serangan.     

Jika tidak, bahkan seorang kultivator yang lebih kuat dari pendekar pedang itu masih tidak bisa menang dengan mudah melawannya.     

"Apakah kau ingin mengirimkan kultivator lainnya di tingkat ini atau mengubahnya?" Kultivator berjubah putih dari Tanah Suci Taichu itu berkata dengan nada sombong dan mengintimidasi.     

Para penyusup dari Tanah Suci Taichu itu masih berdiri di atas langit dan memandangi orang-orang dari Akademi Heavenly Mandate yang berada di bagian bawah.     

Mereka mengincar kemenangan telak atas Akademi Heavenly Mandate dan tidak memberi mereka kesempatan untuk membalikkan keadaan.     

Orang-orang di Dunia Kosong hanya akan mengingat Tanah Suci Taichu setelah pertempuran ini berakhir. Akademi Heavenly Mandate perlahan-lahan akan dilupakan dan digantikan oleh Tanah Suci Taichu dalam waktu singkat.     

"Yaya, apakah kau ingin mencobanya?" Ye Futian bertanya pada Yaya, yang berdiri di sampingnya.     

Baik Yaya maupun Pendekar Lihen adalah pendekar pedang. Ye Futian menduga bahwa Yaya bisa mendapatkan pengalaman yang berharga dari pertarungan ini karena kultivator dari Tanah Suci Taichu ini juga mahir dalam menggunakan pedang. Mereka bisa belajar lebih banyak tentang kemampuan dan teknik-teknik pedang dengan Roda Ilahi yang sempurna dari Tanah Suci Taichu.     

"Tentu saja." Yaya mengangguk pelan dan melangkah ke depan. Pakaiannya serba putih, dan rambut panjangnya yang berwarna hitam berkibar tertiup angin. Untaian aura pedang mengalir di udara dan menyelimuti tubuhnya.     

"Kembali," ujar pria berjubah putih itu. Pendekar yang mengalahkan Xiang Mang sebelumnya kembali ke posisinya dan pergi meninggalkan medan pertempuran.     

"Dia sudah menjalani satu pertarungan dan perlu istirahat," ujar kultivator berjubah putih itu dengan suara keras. Orang-orang di Akademi Heavenly Mandate sulit menolak permintaan seperti itu. Sesi pertarungan ini jelas harus berlangsung dengan adil. Tanah Suci Taichu berhak untuk mengganti perwakilan mereka. Akademi Heavenly Mandate tidak bisa tetap bersikeras melawan pendekar pedang itu secara bergantian untuk membuatnya kelelahan.     

Ye Futian tidak peduli jika Yaya harus bertarung melawan orang lain. Dia mengirimkan Yaya untuk bertarung karena dia ingin melihat seperti apa perkembangan Yaya setelah berkultivasi dengan benda ilahi. Bagaimanapun juga, Yaya berasal dari Dunia Bawah di Sembilan Negara dan memiliki bakat yang tidak begitu menonjol.     

Namun meski demikian, Yaya telah berkultivasi selama dua masa kehidupan dan pernah berubah menjadi sebuah roh pedang. Dia memang ditakdirkan menjadi pendekar pedang dengan bakat yang mumpuni.     

 Seseorang melangkah keluar dari dalam kelompok Tanah Suci Taichu. Dia dikelilingi oleh kekuatan yang menakjubkan, seolah-olah terdapat gelombang energi tak terlihat yang terpancar dari tubuhnya. Dia tidak banyak berbicara dan tenang, namun penampilannya tampak berbahaya layaknya seekor binatang buas.     

Ye Futian menatap pria itu dan merasakan energi yang samar di sekitar tubuhnya. Tampaknya gelombang energi dari Jalur Agung itu mengalir melalui tubuhnya dan membentuk sebuah kekuatan yang tak terlihat.     

"Gadis itu akan mengalami kesulitan," ujar Lord Taixuan pada Ye Futian.     

Ye Futian mengangguk. Dia juga menyadari bahwa orang ini lebih kuat daripada pendekar pedang yang bertarung pada sesi sebelumnya.     

Tanah Suci Taichu jelas sudah mempersiapkan semuanya dengan baik untuk menghadapi pertempuran ini. Mereka secara khusus mengirimkan banyak kultivator kuat di Renhuang Plane tingkat bawah. Bagaimanapun juga, mereka mengetahui bahwa Akademi Heavenly Mandate sangat bergantung pada Ye Futian. Oleh karena itu, mereka akan mampu menaklukkan Akademi Heavenly Mandate jika mereka menang atas Ye Futian dan rekan-rekannya.     

Yaya dan pria dari Tanah Suci Taichu itu bertemu di atas langit. Cuaca berubah seketika. Pedang berdentang di area yang luas itu saat aura pedang yang tak terlihat mengalir di ruang hampa dan menebar ancaman.     

Meskipun hingga detik ini Tanah Suci Taichu tampil lebih unggul daripada Akademi Heavenly Mandate, mereka tetap dibuat takjub oleh Yaya, seorang kultivator dengan Roda Ilahi yang sempurna lainnya, serta kekuatannya yang menakjubkan. Akademi Heavenly Mandate mungkin bukanlah tandingan bagi pasukan-pasukan di Prefektur Ilahi, seperti Tanah Suci Taichu, tapi sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka adalah tempat suci yang tak tertandingi di 3.000 Dunia dari Jalur Agung. Anggota mereka pasti akan menjadi sosok-sosok terkemuka di masa depan.     

Namun, keberuntungan mereka bisa menjadi lebih baik. Dunia telah berubah, dan jalur penghubung menuju Dunia Luar telah dibuka kembali. Para kultivator dari berbagai macam pasukan telah berdatangan ke Dunia Kosong satu per satu.     

Saat ini, aura pedang yang mengalir menjadi semakin kuat dan mulai melesat melintasi ruang hampa. Kekuatan pedang yang tak terlihat itu menerjang ke arah pria dari Tanah Suci Taichu tersebut.     

Kekuatan pedang yang tak terlihat itu langsung mengelilingi tempat pria itu berdiri, seolah-olah dia tidak punya tempat untuk melarikan diri.     

Itu adalah serangan yang sangat berbahaya. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah pertarungan pertama akan berlangsung lebih seru jika Yaya yang bertarung melawan pendekar pedang sebelumnya.     

Aura pedang yang mengerikan itu memadat. Dalam sekejap, sebuah irama penghancur menerjang melintasi ruang hampa, bergerak menuju lawan yang dihadapi oleh Yaya. Tepat ketika aura pedang itu hendak menembus tubuh sang lawan, gelombang emas yang sangat kuat bergulung ke depan dan menghantam aura pedang tersebut, disertai dengan suara yang keras dan pancaran cahaya suci keemasan. Tidak lama kemudian, aura pedang itu hancur berkeping-keping.     

Setelah itu, sang kultivator dari Tanah Suci Taichu menerjang ke depan. Sebuah riak keemasan muncul dan berubah bentuk menjadi deretan gelombang yang mengerikan dan terus menerus mengoyak semua aura pedang yang berada di udara.     

"True Will of Waves of the War God." Para kultivator dari Istana Kekaisaran Song yang menyaksikan jalannya pertempuran dari kejauhan dibuat tercengang oleh pemandangan itu. Mereka tidak menyangka bahwa Tanah Suci Taichu telah mempersiapkan semuanya dengan baik sehingga pria ini pun datang kemari.     

"Siapa dia?" puteri dari Istana Kekaisaran Song bertanya.     

"Siapa lagi memang? Dia adalah penerus dari 'sosok itu'," jawab lelaki tua itu. Puteri dari Istana Kekaisaran Song langsung teringat akan satu sosok yang merupakan seorang dewa perang sekaligus salah satu dari tiga kultivator terkuat di Tanah Suci Taichu.     

"Dia memperoleh kekuatan sebesar itu dengan cara menggabungkan Gengjin dengan Jalur Agung Air. Serangan itu sangat mematikan dan tak terkalahkan. Selain itu, muridnya ini juga mahir dalam menggunakan Jalur Agung Ruang dan Waktu serta memiliki Roda Ilahi yang luar biasa dengan tiga Roh Kehidupan. Pria ini sangat kuat sehingga dia mungkin bisa bersaing dengan Mu Qingke di masa depan."     

Kultivator senior dari Istana Kekaisaran Song itu memberikan penjelasan. Saat dia berbicara, pria itu terus bergerak ke depan. Gelombang emas raksasa menyebar dengan setiap langkah yang dia ambil. Rentetan gelombang itu menghancurkan segala sesuatu yang mereka sentuh dengan kekuatan penghancur yang mereka bawa. Aura pedang milik Yaya tidak bisa mendekati pria itu sama sekali.     

Pedang-pedang ilahi terbentuk dan berputar-putar di sekitar tubuh Yaya. Mereka membentuk sebuah diagram pedang, yang merupakan matriks pedang berkekuatan tinggi. Aliran aura pedang yang tak terhitung jumlahnya berkumpul dan memadat menjadi kekuatan pedang. Firasat akan datangnya bahaya menyebar di udara. Dalam sekejap, aura pedang itu menerjang menuju lawan Yaya dari segala arah.     

Pria itu menghentikan langkahnya. Dia mengayunkan tangannya dan mengeluarkan Roda Ilahi miliknya. Hal yang mengejutkan semua orang adalah, rupanya itu adalah Roda Ilahi emas yang tampak seperti mata ilahi keemasan dengan dihiasi oleh jutaan pola dan bentuk yang saling tumpang tindih di setiap lapisnya. Roda Ilahi itu berputar dengan cepat dan semakin membesar.     

Rentetan gelombang dari Jalur Agung yang dahsyat itu bergulung dan bergejolak di langit yang luas.     

Semua orang mendongak untuk melihat aura pedang yang mengalir di udara serta deretan gelombang yang bergemuruh itu.     

"Metode kultivasi macam apa ini?" Orang-orang tercengang dengan kekuatan dari serangan itu yang sangat luar biasa. Sepertinya itu adalah teknik kultivasi tertinggi milik Tanah Suci Taichu.     

"Mari kita selesaikan pertarungan ini dengan satu serangan terakhir," ujar sang Renhuang dari Tanah Suci Taichu. Tubuhnya menghilang dalam sekejap saat dia melangkah ke depan. Di sisi lain, kepalan tinjunya melesat ke depan seperti anak panah.     

Saat ini, teknik True Will of Waves of the War God berubah menjadi gelombang kekuatan yang tak terhitung jumlahnya dalam sekejap. Gelombang kejut itu menghancurkan segalanya. Yaya bisa merasakan area di sekitarnya bergetar hebat.     

Dia mengaktifkan matriks pedang. Dalam sekejap, pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya bergabung menjadi satu kesatuan dan menembus ruang hampa.     

Orang-orang hanya bisa melihat dua sinar cahaya yang sangat menyilaukan saling bertabrakan di udara.     

Kilatan cahaya yang dihasilkan menghalangi pandangan mata orang-orang. Gelombang dari Jalur Agung itu terhempas dan membentuk riak di udara. Renhuang dari Tanah Suci Taichu itu terdorong beberapa langkah ke belakang, sementara Yaya terhempas ke arah Akademi Heavenly Mandate. Dia memuntahkan darah karena kerusakan yang terjadi pada organ dalamnya.     

Ye Futian bergerak dengan cepat dan menangkap tubuh Yaya. Mereka menyeimbangkan diri di permukaan tanah. Pakaian Yaya tampak berlumuran darah.     

"Obati dulu lukamu," ujar Ye Futian padanya.     

Tapi Yaya menggelengkan kepalanya. Dia berkata, "Aku baik-baik saja. Aku ingin tetap berada disini."     

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Akademi Heavenly Mandate. Meskipun dia kalah dalam pertarungan, Yaya tidak terlalu peduli dengan dirinya sendiri. Dia tidak dapat menerima situasi yang saat ini dihadapi oleh Akademi Heavenly Mandate, dan dia ingin tetap berada di sini untuk melihat bagaimana mereka bisa membalikkan keadaan melawan Tanah Suci Taichu.     

Mereka tidak boleh kalah dalam pertempuran ini meskipun lawan mereka adalah Tanah Suci Taichu yang sangat kuat. Jika mereka diremehkan dan dipermalukan hari ini, bagaimana mereka bisa bersaing dengan Tanah Suci Taichu di masa depan, yang berniat untuk menyebarkan ajaran kultivasi di Sembilan Dunia Jalur Supremasi?     

Mereka akan merasa malu setiap kali berhadapan dengan Tanah Suci Taichu, bahkan jika mereka mampu menghentikan Tanah Suci Taichu untuk menerobos masuk ke dalam Akademi Heavenly Mandate hari ini.     

Ye Futian menatap mata Yaya yang dipenuhi oleh keteguhan dan mengangguk pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.