Legenda Futian

Tubuh Ilahi Matahari



Tubuh Ilahi Matahari

0Cahaya suci matahari menyinari Ye Futian, menyelimuti tempat dimana dia berada. Namun pada saat yang bersamaan, sinar-sinar dari cahaya suci keemasan melesat di udara disertai dengan suara gajah yang bergema ke seluruh tempat. Di bawah pancaran cahaya suci matahari, tubuh Ye Futian diselimuti oleh bayangan iblis gajah keemasan yang menjulang tinggi dan tampak seperti raja dari iblis gajah.      1

Kobaran api matahari yang mengerikan ditembakkan menuju sang iblis gajah. Namun, serangan itu tidak mampu melelehkan iblis gajah itu dalam sekejap. Akan tetapi, serangan itu tetap membuat sosok iblis gajah itu berubah wujud menjadi cair dan samar-samar menunjukkan tanda-tanda akan meleleh. Orang-orang bisa membayangkan betapa mengerikannya cahaya suci matahari itu.     

Kedua mata Di Wu tampak sangat mengerikan, seperti mata Dewa Matahari. Suara gemuruh terdengar dari belakang tubuhnya, yang ternyata berasal dari sebuah matahari yang berapi-api. Kobaran api ilahi keemasan berkobar di sekitar matahari itu, mencairkan udara menjadi ketiadaan dan membentuk garis-garis api.     

Baik di dalam maupun di luar Istana Divine, semua kultivator bisa merasakan hembusan angin panas yang mengerikan. Di bawah pancaran cahaya suci itu, banyak bangunan di dalam wilayah Istana Divine mulai terbakar.     

Dari Roda Ilahi Matahari yang sempurna itu, cahaya suci matahari yang terus menerus dikeluarkan masih berusaha melelehkan sosok iblis gajah itu dan mengubur Ye Futian di dalamnya serta langsung membakarnya hingga menjadi abu.     

Ye Futian mendongak dan menatap Di Wu. Dari dalam matahari emas itu, muncul bayangan kawanan gagak emas. Mereka terbang di sekitar matahari. Sementara itu, kobaran api matahari yang menyelimuti tubuh Ye Futian juga berubah menjadi seekor Burung Matahari Ilahi—Gagak Emas Berkaki Tiga.     

Gagak Emas Berkaki Tiga yang berukuran sangat besar itu membentangkan sayapnya. Cakarnya diarahkan menuju sosok iblis gajah itu dan mencabik-cabik tubuhnya sedikit demi sedikit. Serangan itu ditujukan untuk menembus tubuh sang iblis gajah sehingga bisa menghancurkan Roda Ilahi milik Ye Futian.     

Ye Futian mengangkat tangannya dan mengulurkan lengannya ke depan, lalu mengerahkan kepalan tinjunya. Dalam sekejap, suara gajah bergema di atas langit; itu adalah kekuatan dari Jalur Agung Kehancuran.     

Suara gajah masih terus terdengar sementara kekuatannya mengguncang langit dan langsung menghantam Gagak Emas Berkaki Tiga itu, yang kemudian hancur berkeping-keping.     

Namun, pada saat yang bersamaan, kawanan gagak emas berterbangan dari Roda Ilahi Matahari yang berada di belakang Di Wu. Kawanan gagak emas itu menutupi langit dan menyerang Ye Futian secara bersamaan. Ye Futian langsung memberi perintah di dalam pikirannya. Dalam sekejap, aura pedang yang tak terbatas menyebar di udara, dan sepertinya aura pedang itu beresonansi dengan langit.     

Ye Futian menunjuk dengan satu jarinya, dan aura pedang yang tak terbatas itu berkumpul di ujung jarinya. Tidak lama kemudian, miliaran bilah pedang ilahi bergabung sebagai satu pedang ilahi yang terbentuk di ujung jari Ye Futian. Aura pedang mengerikan yang mengalir itu menghancurkan semua cahaya suci matahari hingga menjadi debu.     

*Whoosh*     

Ye Futian menggerakkan tubuhnya. Dia benar-benar mengabaikan serangan lawannya yang mengerikan dan menerjang ke arah Di Wu dengan kecepatan tinggi. Jarinya menunjuk ke depan, dan pedang ilahi bergerak di hadapannya, mencabik-cabik semua yang menghalangi jalannya.     

Seekor gagak emas raksasa menerjang ke arah Ye Futian. Namun, gagak itu langsung ditusuk oleh pedang ilahi milik Ye Futian. Selain itu, ada juga kekuatan Jalur Agung Kehancuran yang dikeluarkan oleh iblis gajah yang berusaha melindungi Ye Futian.     

Tiba-tiba terdengar suara pekikan yang tajam. Orang-orang menyaksikan kawanan Burung Matahari Ilahi itu terkoyak satu per satu. Mereka berubah menjadi kobaran api Jalur Agung dan jatuh dari atas langit. Namun, pada saat Ye Futian mendekati Di Wu, dia bisa merasakan dengan jelas suhu dari kobaran api yang terus meningkat.     

Kedua mata Di Wu tampak mengerikan. Dia menatap Ye Futian yang bergerak mendekatinya. Tatapan mata yang dipenuhi dengan keinginan membunuh itu sama sekali tidak tergoyahkan.     

Ye Futian telah dinobatkan sebagai kultivator terkuat dari generasi ini di Sembilan Dunia Jalur Supremasi. Kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi; Di Wu sangat menyadari fakta ini. Jika Ye Futian bisa dikalahkan dengan mudah, Di Wu tidak akan berambisi untuk melawannya sekarang.     

Di Wu mengulurkan kedua lengannya ke samping, dan dalam sekejap, cahaya suci matahari di sekitar tubuhnya bersinar semakin terang. Bahkan kedua matanya tampak lebih mengerikan dari sebelumnya. Tiba-tiba, seberkas cahaya suci matahari yang tak tertandingi melesat melintasi langit, diarahkan pada Ye Futian tanpa memedulikan semua pertahanannya.     

*Syuut, Syuut* Bayangan iblis gajah raksasa itu tertusuk beberapa kali. Serangan yang dilancarkan oleh Di Wu murni berasal dari Jalur Agung Kehancuran, sehingga menyebabkan sosok iblis gajah itu terbakar oleh kobaran api Jalur Agung yang mengerikan.     

Para kultivator yang menyaksikan pertempuran itu merasa emosional. Para kultivator dari Gunung Dewa Matahari adalah keturunan dari Dewa Matahari; darah Dewa Matahari mengalir di dalam nadi mereka. Meskipun waktu telah berlalu bertahun-tahun lamanya dan Dewa Matahari telah menjadi legenda sekarang, namun kekuatan ilahi yang diwarisi oleh keturunan-keturunan Gunung Dewa Matahari masih sangat tangguh. Jika Renhuang biasa yang terkena cahaya suci matahari ini, mereka akan langsung tewas terbunuh tanpa ada kesempatan untuk berlindung.     

Terlebih lagi, serangan yang dilancarkan oleh Di Wu adalah teknik pembunuh berskala besar dengan kekuatan yang mengerikan di dalamnya. Tidak peduli sebanyak apa pun lawan yang dihadapinya, mereka akan dibakar menjadi debu di bawah pancaran cahaya suci matahari itu. Orang-orang hanya bisa membayangkan betapa mengerikannya kekuatan ini. Bahkan pemilik Roda Ilahi yang sempurna akan tewas secara mengerikan jika pertahanan mereka lemah.     

Pergerakan keduanya sangat cepat. Saat Ye Futian melesat ke depan, dalam sekejap dia sudah muncul di dunia ruang dan waktu yang diselimuti oleh Roda Ilahi Matahari. Seolah-olah terdapat sebuah matahari di depannya, dan semua upaya yang dia lakukan menjadi sia-sia.     

Namun pada saat yang bersamaan, pedang-pedang ilahi telah menutupi langit. Jari Ye Futian masih menunjuk ke arah matahari di hadapannya.     

Sebuah jejak sayatan pedang muncul di udara. Pedang-pedang ilahi itu menerjang ke depan seperti kawanan ngengat yang terbang menuju kobaran api. Bahkan cahaya suci matahari milik Di Wu tidak mampu melelehkan atau pun menghancurkannya. Pedang-pedang itu terus melaju dan tidak bisa dihentikan.     

*Boom*     

Seekor gagak emas tampak berjalan keluar dari dalam matahari itu dan menyelimuti sosok Di Wu. Saat ini, Di Wu berada di dalam sosok Burung Matahari Ilahi itu. Di bawah pancaran cahaya dari Roda Ilahi Matahari milik Di Wu, rasanya seolah-olah mereka sedang berada di dalam matahari.     

Di Wu mengangkat tangannya ke depan, dan dalam sekejap cakar gagak emas itu mengoyak ruang hampa, bergerak menuju pedang-pedang ilahi yang semakin mendekat.     

*Syuutt, Syuutt* Pedang-pedang itu langsung menembus cakar sang Gagak Emas. Namun, pada saat yang bersamaan, pedang-pedang ilahi itu berubah warna menjadi merah dan meleleh sedikit demi sedikit. Kekuatan serangan mereka langsung menjadi jauh lebih lemah dari sebelumnya.     

Pada akhirnya, pedang-pedang ilahi itu menembus tubuh gagak emas itu, namun pemandangan yang terlihat menunjukkan seolah-olah semua pedang itu baru saja menembus kobaran api matahari. Sehingga menyebabkan pedang-pedang ilahi itu meleleh.     

Tatapan mata Di Wu tertuju ke arah Ye Futian. Ye Futian benar-benar berani berada sedekat ini dengannya?     

Saat ini, cahaya suci matahari melindungi tubuhnya. Tidak ada seorang pun yang bisa mendekati Di Wu.     

Ye Futian sama saja seperti menjemput ajalnya sendiri.     

Pada saat ini, darah dari Dewa Matahari seperti terbangun dan terbakar di dalam tubuh Di Wu. Kobaran api ilahi keemasan menghanguskan semua yang disentuhnya. Sementara itu di bawah pancaran cahaya suci matahari, Roda Ilahi berbentuk iblis gajah milik Ye Futian meleleh sedikit demi sedikit.     

"Sepertinya pria bernama Di Wu ini telah membangkitkan kekuatan dari garis keturunannya. Para kultivator dari garis keturunan utama Gunung Dewa Matahari dapat memperkuat Jalur Agung mereka secara perlahan-lahan setelah kekuatan mereka dibangkikan dan menempanya berkali-kali," Shen Gao dari Klan Dewa menjelaskan. "Gunung Dewa Matahari menyebut bentuk akhir dari proses itu sebagai 'Tubuh Ilahi Matahari.' Gunung Dewa Matahari telah melatih banyak kultivator muda yang luar biasa, tetapi setelah bertahun-tahun lamanya, belum ada satu pun kultivator muda yang menguasai Tubuh Ilahi Matahari. Saat ini Di Wu baru mencapai proses kebangkitannya, namun dia sudah menjadi sangat kuat dan mampu menekan pemilik Roda Ilahi sempurna lainnya yang berada pada tingkat kultivasi yang sama dengannya."     

Shen Gao selama ini berlatih di Prefektur Ilahi. Tentu saja dia mengetahui lebih banyak informasi daripada kultivator lainnya. Di Prefektur Ilahi, ada juga beberapa klan kuno yang menyebut diri mereka sebagai keturunan para Dewa. Namun, setelah Zaman Kehancuran Dewa, tidak banyak sosok Dewa yang tersisa. Mereka yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai 'Dewa' sangatlah langka.     

Memiliki Tubuh Ilahi menyiratkan bahwa Di Wu memenuhi syarat untuk menjadi sosok di tingkat setinggi itu. Namun pada kenyataannya, itu merupakan pencapaian yang sulit untuk direalisasikan.     

Pasukan-pasukan kuno itu semuanya membimbing kultivator-kultivator muda yang memiliki potensi untuk mencapai tingkat tersebut. Dan Di Wu sepertinya juga telah dipilih sebagai salah satunya.     

Apakah dia mampu mengalahkan Ye Futian?     

"Hmm?"     

Saat dia berbicara, ekspresi Shen Gao tampak aneh. Kemana dua pria itu pergi?     

Sosok Di Wu telah menghilang dari tempatnya. Begitu juga dengan Ye Futian. Sepertinya masih ada jejak aura yang tertinggal di udara. Namun, sosok mereka telah menghilang dari tempat masing-masing.     

"Roda Ilahi keempat milik Ye Futian juga merupakan Roda Ilahi terkuatnya. Roda Ilahi itu mampu menciptakan sebuah area tersendiri, yang bisa menekan Jalur Agung milik orang lain," ujar seseorang yang berdiri di samping Shen Gao. Selama pertempuran melawan Klan Dewa berlangsung, ketika Ye Futian bertarung melawan Shen Hao, dia mampu mengalahkan Shen Hao meskipun Shen Hao menggunakan sebuah benda ilahi. Kunci kemenangan Ye Futian adalah Roda Ilahi keempat ini.     

Menurut penjelasan Shen Hao, Roda Ilahi ini adalah Roda Penyegel, yang dapat menciptakan sebuah area tersendiri.     

Tatapan mata Shen Gao terganggu saat mendengar penjelasannya. Ada dua kemungkinan yang masuk akal terkait Roda Ilahi milik Ye Futian ini. Kemungkinan pertama adalah Roda Ilahi ini memang unik dan mampu membentuk area tersendiri; hal ini pasti ada hubungannya dengan Roh Kehidupannya. Bagaimanapun juga, Roda Ilahi terlahir dari kombinasi antara Roh Kehidupan seorang kultivator dan kekuatan Jalur Agung yang dipahami oleh seorang kultivator.     

Namun, kemungkinan kedua sedikit mengkhawatirkan. Jika kemungkinan kedua merupakan dugaan yang tepat terkait Roda Ilahi milik Ye Futian, maka sepertinya mereka masih meremehkan kemampuan Ye Futian yang sesungguhnya.     

Saat ini, di dalam area yang terpisah dari dunia luar itu, Di Wu tampak sedikit terkejut. Dia tidak bisa langsung beradaptasi dengan perubahan ini. Namun pada saat berikutnya, dia tersadar dari keterkejutannya dan darahnya bergejolak. Dengan menggunakan kobaran api matahari, dia bertekad untuk melelehkan tubuh Ye Futian sampai tidak ada yang tersisa dari jasadnya.     

Ye Futian menatap ke arah Di Wu. Dia juga bisa merasakan bahwa Roda Ilahi milik Di Wu telah dimurnikan dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, seseorang masih bisa menempa Roda Ilahi dari Roh Kehidupan mereka bahkan setelah mereka membuktikan Jalur Agung masing-masing dan menjadi seorang Renhuang. Sebelumnya, Roda Ilahi milik Di Wu sudah sempurna sejak ditempa di dalam Reruntuhan Dewa.     

Sekarang, Roda Ilahi itu telah berevolusi dan sepertinya mampu menekan Roda Ilahi berbentuk iblis gajah milik Ye Futian.     

Hasil pengamatan ini membuat Ye Futian menyadari bahwa ada juga perbedaan kekuatan antara dua Roda Ilahi yang sempurna.     

Namun, Ye Futian tidak percaya bahwa ada Roda Ilahi yang dapat menekan Roda Ilahi keempatnya, karena Roda Ilahi ini tercipta dari Roh Kelahirannya.     

Di Wu menyerang Ye Futian dengan cakarnya yang tajam. Di bawah pancaran cahaya suci matahari, dia bermaksud untuk mengubur tubuh Ye Futian hidup-hidup.     

Tubuh Ye Futian melesat ke depan, dan dia tiba-tiba sosoknya menghilang. Kemudian muncul kembali di tempat lain. Ye Futian memandang ke arah Di Wu dengan tatapan acuh tak acuh.     

Ye Futian mengulurkan tangannya. Dalam sekejap, Jalur Agung beresonansi dengannya, dan bilah-bilah pedang ilahi berdentangan. Miliaran pedang ilahi terbang di udara dan menciptakan sebuah ritme tersendiri.     

*Boom* Cahaya suci matahari ditembakkan dari tubuh Di Wu. Namun, Di Wu menyadari bahwa kekuatan Jalur Agungnya sedang ditekan. Serangannya kali ini tidak sekuat saat berada di dunia luar. Seolah-olah kekuatan Jalur Agung di tempat ini bukan lagi miliknya.     

Sementara itu di atas langit, bintang-bintang mengelilingi tubuh Ye Futian, membentuk sebuah dinding penghalang mengerikan di hadapannya yang menangkis cahaya suci matahari milik Di Wu.     

"Apa kau pikir kau sangat kuat?" Ye Futian menunduk dan menatap Di Wu. "Para kultivator dari Tanah Suci Taichu jauh lebih kuat darimu."     

Setelah mengatakan hal ini, Ye Futian menunjuk ke arah Di Wu. Dalam sekejap, miliaran pedang ilahi beresonansi menjadi satu kesatuan dan membentuk satu pedang. Dari atas langit, lingkaran cahaya pedang ilahi menembus segalanya dan menerjang ke arah Di Wu seperti seberkas cahaya. Kemana pun cahaya itu melintas, semuanya berubah menjadi debu. Serangan Ye Futian terlihat mirip dengan serangan yang dilancarkan oleh Kaisar Nan sebelumnya.     

Pedang itu semakin mendekat, dan tubuh Di Wu menyatu dengan matahari. Gagak emas itu berusaha melindungi tuannya dan ingin menangkis pedang tersebut dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Namun, kali ini, pedang Ye Futian tampaknya lebih kuat. Sebagai perbandingan, kekuatan Jalur Agung Di Wu saat ini telah melemah. Dengan kondisi seperti itu, lingkaran cahaya pedang ilahi tersebut langsung melesat ke bawah. Tidak lama kemudian, tubuh Di Wu terhempas ke belakang akibat gelombang kejut yang dihasilkan. Sosok gagak emas yang berusaha melindungi kini hancur berkeping-keping dan perlahan-lahan menghilang.     

*Syuutt*     

Kilatan pedang itu menghilang, begitu juga Roda Penyegel milik Ye Futian. Orang-orang menyaksikan satu sosok terhempas ke belakang saat dia memuntahkan darah. Di tubuhnya masih ada sisa-sisa aura pedang yang masih berkilauan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.