Legenda Futian

Satu Perahu



Satu Perahu

2Tatapan mata Gai Qiong, Shen Gao, dan sosok-sosok terkemuka dari generasi sebelumnya tertuju pada tablet itu. Sebelumnya, ada rumor yang mengatakan bahwa 'sosok itu' belum meninggal dunia dan sedang berkultivasi di Istana Divine.      1

Apakah tablet ini diaktifkan olehnya?     

"Apakah itu adalah Pemimpin Istana Divine yang lama?" Gai Cang mengerutkan keningnya saat dia menatap ke arah tablet itu.     

Sepertinya dugaannya salah. Itu bukanlah Pemimpin Istana Divine yang lama.     

"Kaisar Cang?" Gai Cang berseru saat dia tiba-tiba memikirkan seseorang ketika dia merasakan aura yang terpancar dari tablet tersebut. Sosok itu memiliki nama yang sama dengannya.     

Sosok itu adalah salah satu kultivator terkuat di Zaman Kekacauan. Namun, Kaisar Cang dari Istana Divine bukanlah nama aslinya. Dia dipanggil dengan nama ini karena teknik kultivasinya yang begitu kuat.     

Dahulu, teknik kultivasi dari Kaisar Cang benar-benar tak tertandingi. Dia adalah sosok paling berbakat di Istana Divine. Dia bahkan lebih kuat dari Pemimpin Istana Divine di masa itu. Dia telah menempa Roda Ilahi dari Jalur Agung yang sempurna, dan Roda Ilahi itu berada di tingkat atas. Sosok dengan tingkat kultivasi setinggi itu jelas akan menjadi sosok yang tak tertandingi bahkan di seluruh penjuru Prefektur Ilahi.     

Namun, seharusnya dia telah meninggal dunia sebelum sempat berkultivasi ke tingkat puncak. Lalu, mengapa mereka semua merasa bahwa dugaan mereka salah?     

"Kala itu, orang yang selamat ternyata adalah Kaisar Cang dan bukan Pemimpin Istana Divine yang lama?" Gai Qiong angkat bicara saat dia juga menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya. Semua ini adalah permasalahan yang telah ada sejak lama. Pemimpin Istana Divine yang lama dan Kaisar Cang sama-sama terluka parah. Namun, rumor mengatakan bahwa Kaisar Cang telah meninggal dunia sementara Pemimpin Istana Divine yang lama terluka parah.     

Namun, saat ini, dugaan mereka sepertinya salah.     

"Aku tidak menyangka akan ada orang yang masih mengingatku," tiba-tiba terdengar sebuah suara dari tablet itu. Kemudian, tablet raksasa itu terbang ke atas langit dan membesar dengan sangat cepat. Tablet itu memenuhi langit dan menutupi matahari, hingga akhirnya menyelimuti wilayah Sea of the Path secara keseluruhan.     

Banyak kultivator mendongak dan memandang tablet ilahi yang tak tertandingi itu. Di permukaannya, terukir simbol yang tak terhitung jumlahnya. Ukiran itu memancarkan cahaya yang menyilaukan, dan samar-samar mereka bisa melihat satu sosok muncul di tablet tersebut. Itu merupakan sosok dari seorang pria paruh baya. Dia mengenakan jubah panjang berwarna putih, dan sosoknya seperti telah menyatu dengan tablet tersebut.     

Dari tablet itu, cahaya yang tak terbatas bersinar terang, disertai dengan suara gemuruh yang keras. Semua orang bisa merasakan pancaran kekuatan surgawi. Langit sepertinya telah berubah dan kini ditutupi oleh tablet itu.     

*Boom* Suara gemuruh yang keras bergema di udara. Seolah-olah langit akan runtuh, dan bumi seperti terbelah menjadi dua bagian. Sebuah Tangan Dewa muncul dan langsung menutupi langit, menekan wilayah dari Sea of the Path ini. Semuanya berada di bawah jangkauan Tangan Dewa itu.     

"Hati-hati," ujar seseorang.     

Ekspresi para kultivator yang berada di sana tampak sangat serius. Mereka semua bisa merasakan adanya tekanan yang mengerikan. Selain itu, Jalur Agung di area ini sepertinya telah ditekan oleh Tangan Dewa itu. Kekuatan Jalur Agung tidak dapat beresonansi dengan lancar. Melihat fakta ini, bisa dilihat betapa mengerikannya kekuatan Tangan Dewa itu.     

*Boom, Boom, Boom* Jejak telapak tangan itu bahkan belum tiba ketika kekuatan ilahi dari Jalur Agung menyebar ke seluruh tempat. Beberapa orang yang tidak memiliki kultivasi yang cukup kuat langsung dihempaskan hingga menghantam Sea of the Path. Mereka tampak sangat kesakitan. Sementara itu di Sea of the Path, ombak bergulung dengan ganas. Semua orang ditekan hingga mereka merasa kesulitan untuk bernapas.     

Ye Futian dan yang lainnya menyaksikan semuanya dari tempat mereka masing-masing. Kekuatan itu jelas tidak ditujukan pada mereka. Namun, mereka masih bisa merasakan tekanan yang menakjubkan itu. Seolah-olah telapak tangan itu telah menekan seluruh penjuru dunia.     

Saat ini, satu sosok melesat ke udara untuk menghadapi jejak telapak tangan dari Jalur Agung itu. Tidak jauh berbeda dari sebelumnya, suara gemuruh yang keras bergema memenuhi langit. Teknik True Will of Waves of the War God dikerahkan ke arah langit dan bertabrakan dengan Tangan Dewa yang menekan para kultivator. Suara tabrakan yang dihasilkan membuat hati semua orang yang berada di sana berguncang.     

Kaisar Perang Jubah Ungu adalah sosok yang baru saja naik ke udara. Saat ini, dia tiba di bawah Tangan Dewa itu. Saat dia berdiri di sana, dia tampak sangat kecil jika dibandingkan dengan tangan tersebut. Namun, dia langsung mengangkat lengannya dan mengerahkan kepalan tinjunya ke Tangan Dewa itu.     

Tangan Dewa itu bertabrakan dengan kepalan tinju sang Kaisar, dan suara benturan yang keras bergema di udara. Gelombang demi gelombang dari teknik True Will of Waves of the War God miliknya dikerahkan menuju Tangan Dewa itu dengan menjadikan kepalan tinjunya sebagai titik pusat. Dalam sekejap, puluhan ribu guncangan dihasilkan dalam sekejap.     

*Boom*     

Terdengar suara gemuruh yang keras, dan Tangan Dewa itu pun hancur, begitu pula dengan kepalan tinju yang mengerikan itu. Sosok Kaisar Perang Jubah Ungu terjatuh ke bawah. Pada saat yang bersamaan, terjadi serangkaian ledakan di Sea of the Path di bagian bawah, dan air laut terciprat ke berbagai tempat. Pemandangan yang dihasilkan sangatlah mengerikan.     

Sementara dari tablet misterius itu, cahaya suci yang tak terbatas bersinar terang, dan jejak telapak tangan raksasa yang tak terhitung jumlahnya melesat keluar dari tablet tersebut. Setiap jejak telapak tangan itu memiliki kekuatan yang mengerikan di dalamnya. Mereka langsung bergerak menuju tempat dimana berbagai macam pasukan berada di atas Sea of the Path.     

Gai Qiong juga bergerak dari tempatnya. Dia mengambil satu langkah ke depan, dan dalam sekejap, kekuatan surgawi dari Jalur Agung terpancar dari tubuhnya. Dalam waktu singkat, area yang luas itu tampaknya telah diselimuti oleh auranya. Sebuah tombak ilahi keemasan muncul di tangannya dan dikerahkan ke udara. Dalam sekejap, jejak-jejak telapak tangan raksasa di udara itu langsung hancur menjadi debu.     

Serangan Kaisar Perang Jubah Ungu yang begitu dahsyat telah menghancurkan segalanya. Sekarang, mereka tidak punya pilihan selain bertarung.     

Tablet itu berputar-putar di atas langit, dan cahaya suci yang tak terbatas terus menerus terpancar keluar darinya. Setiap sinar dari cahaya suci yang dipancarkan oleh tablet itu membawa sebuah jejak telapak tangan raksasa bersamanya. Kekuatan penghancur mereka sangat mencengangkan.     

"Semuanya, serang!" ujar Gai Cang dengan suara keras.     

Dalam situasi saat ini, pasukan Gai Cang masih berada di atas angin. Mereka hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah orang-orang ini melarikan diri.     

Gai Cang memegang tombak ilahi-nya dan menerjang ke depan setelah dia selesai berbicara. Namun, Lord Taixuan muncul di hadapannya sambil memegang sebilah pedang ilahi di tangannya. Pada saat itu, langit dipenuhi dengan suara guqin dari Jalur Agung yang tak ada habisnya.     

"Kalian semua, mundur," Pemimpin Istana Divine memberi perintah pada para kultivator yang berada di sampingnya. Mereka yang berada di tingkat Plane relatif rendah tidak dapat berpartisipasi dalam pertempuran dengan tingkat setinggi ini. Jika tidak, kemungkinan besar mereka akan tewas terbunuh jika ada kesempatan sekecil apa pun. Karena mereka telah mencapai titik ini, maka tidak ada jalan untuk kembali.     

Gunung Ilahi yang menakjubkan muncul kembali dan menyelimuti semua kultivator di dalamnya. Kemudian, Pemimpin Istana Divine mengeluarkan serangan telapak tangan, dan dalam sekejap, Gunung Ilahi itu terbang ke kejauhan, melewati jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat.     

"Shen Ji, majulah dan tebas mereka," ujar Shen Gao. Kemudian Shen Ji melangkah ke depan, dan cahaya dari Jalur Agung Ruang dan Waktu bersinar dari tubuhnya.     

*Whoosh, Whoosh* Cahaya hijau bersinar ke segala arah dan mengubah semuanya menjadi debu. Aura dari Jalur Agung Ruang dan Waktu yang tak berbentuk juga berubah menjadi debu. Dengan diselimuti oleh cahaya hijau itu, Shen Ji menyadari bahwa dia tidak dapat berteleportasi dari tempatnya berada.     

Shen Gao memandang ke arah Kaisar Nan ketika dia menyaksikan pemandangan ini. Kemudian dia berkata, "Hari ini, aku bisa merasakan secara langsung seperti apa kemampuan Kaisar Nan."     

Setelah mengatakan hal ini, Shen Gao mengeluarkan teknik Tianshen Divine Halo, yang dapat menekan semua kekuatan dari Jalur Agung. Tidak lama kemudian, teknik Tianshen Divine Halo bertabrakan dengan cahaya hijau yang semakin mendekat; dua cahaya itu saling bertabrakan. Di sisi lain, badai yang terbentuk dari teknik Tianshen Cleave yang mengerikan menyelimuti medan pertempuran antara Shen Gao dan Kaisar Nan. Shen Gao berdiri di depan Kaisar Nan sementara cahaya emas dan hijau terus menerus bertabrakan di udara. Retakan-retakan yang tampak mengerikan muncul di sekitar mereka. Orang-orang bisa membayangkan betapa mengerikannya aura mereka.     

*Whoosh*     

Sebuah badai berwarna hijau bergejolak di udara. Badai itu berada dimana-mana, menjebak Shen Gao dan Shen Ji di dalam wilayah badai tersebut.     

Pada saat ini, sosok terkemuka lainnya melancarkan serangannya. Sosok ini tampil tidak begitu menonjol selama pasukan musuh tiba di Istana Divine. Namun, begitu dia bergerak, senjata yang tak terhitung jumlahnya muncul di atas langit dan terbang ke arah Pemimpin Istana Divine.     

Dia adalah salah satu sosok terkemuka dari Klan Mo, yang merupakan salah satu klan kuno di Prefektur Ilahi. Klan Mo ingin menyebarkan kekuasaan mereka di Dunia Asal. Klan Mo memutuskan untuk bekerja sama dengan Negeri Ilahi Emas dan Tanah Suci Taichu. Hal ini dilakukan karena sulit bagi Klan Mo untuk menguasai sebuah dunia sendirian, karena ada terlalu banyak pasukan yang memasuki Dunia Asal setelah jalur penghubungan antar dunia dibuka. Bagaimanapun juga, Klan Mo tidak memiliki fondasi di sini. Dalam kondisi seperti itu, akan lebih menguntungkan bagi mereka untuk membentuk aliansi dengan pasukan-pasukan pribumi dan kemudian perlahan-lahan menyebarkan pengaruh mereka di Dunia Asal.     

Karena semua orang telah memutuskan untuk bertarung habis-habisan dalam pertempuran ini, maka akan menjadi keputusan paling bijaksana bagi mereka untuk menghancurkan Istana Divine seutuhnya agar mereka terhindar dari masalah di masa depan. Setidaknya beberapa sosok terkemuka harus bergabung dalam pertempuran ini untuk membunuh semua orang dari Istana Divine.     

Dalam sekejap, sosok terkemuka dari Klan Mo itu berhadapan dengan Pemimpin Istana Divine. Bahkan setelah para kultivator dari Istana Divine Solar pergi, pihak mereka masih memiliki lebih banyak kultivator dibandingkan dengan Istana Divine. Sudah jelas, mereka masih memiliki keunggulan.     

Entah itu disengaja atau tidak, tidak ada seorang pun yang menargetkan para kultivator yang mundur sebelum pertempuran ini terjadi. Para kultivator menghindari pertempuran antar sosok-sosok terkemuka dan pergi menuju ke arah dimana Ye Futian dan kelompoknya pergi.     

Mereka tidak layak untuk bergabung dalam pertempuran antar sosok-sosok terkemuka. Karena bagaimanapun juga, ada perbedaan yang sangat besar dalam kemampuan mereka. Target mereka adalah kultivator-kultvator selain sosok-sosok mengerikan itu.     

Apalagi, mereka harus menangkap Ye Futian.     

Pasukan gabungan yang terdiri dari berbagai macam pasukan itu bergerak dengan penuh energi dan bergegas pergi menuju Sea of the Path. Mereka mengejar para kultivator yang diperintahkan untuk mundur oleh Pemimpin Istana Divine.     

Kelompok Ye Futian sebenarnya juga cukup kuat. Meskipun beberapa sosok terkemuka tidak bisa menyusul kemari, mereka telah mengirimkan banyak kultivator untuk membantu Ye Futian.     

Kelompok Ye Futian bergerak dengan kecepatan tinggi. Mereka melesat melintasi langit tanpa jeda sedikit pun. Sementara itu, para kultivator yang mengejar mereka masih mengikuti mereka dari belakang; jarak antara dua kelompok itu semakin mengecil.     

Ye Futian memandang ke kejauhan. Ada satu perahu yang mengapung di atas Sea of the Path yang luas. Satu sosok yang memakai topi jerami sedang berdiri di atas perahu tersebut. Sementara itu di sampingnya terdapat seekor monster iblis—iblis tikus.     

Kilatan cahaya dingin terlintas di mata Ye Futian ketika dia melihat perahu itu. Ini adalah harapan terakhirnya. Jika ada sosok terkemuka datang kemari dari medan pertempuran di Istana Divine untuk memburu mereka dan Ye Futian tidak mampu bertarung melawan mereka, maka semua usahanya selama ini akan sia-sia.     

"Satu kelompok harus pergi lebih dulu. Senior Kunpeng, bolehkah saya meminta bantuan anda untuk membawa orang-orang ini pergi dari sini?" Ye Futian bertanya pada Kaisar Kunpeng. Pergerakan Kaisar Kunpeng sangat cepat, dan dia bisa memimpin mereka yang memiliki kultivasi relatif rendah pergi dari sini sesegera mungkin. Tidak ada artinya bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pertempuran ini. Bagaimanapun juga, bahkan Ye Futian sendiri tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Setelah pergerakan Klan Xiao dan Suku Dou ditekan, para kultivator yang berada di pihak mereka jelas berada di posisi yang tidak menguntungkan.     

"Baiklah," jawab Kaisar Kunpeng sambil menganggukkan kepalanya. Dia tidak menolak permintaan Ye Futian dan membawa pergi beberapa orang bersamanya. Sementara itu, Ye Futian dan kultivator lainnya terus bergerak ke depan. Mereka baru berhenti ketika mereka berada di dekat perahu yang dilihat oleh Ye Futian sebelumnya.     

Tidak lama kemudian, orang-orang yang berada di belakang mereka juga berhasil menyusul mereka. Sudah jelas, mereka adalah para anggota dari berbagai macam pasukan dari aliansi Negeri Ilahi Emas.     

Mereka memandang ke arah kelompok Ye Futian, yang telah berhenti bergerak. Kemudian mereka menatap ke arah satu perahu yang mengapung di Sea of the Path di bagian bawah. Beberapa orang tampak mengerutkan kening. Mereka tidak bisa merasakan aura dari orang tersebut. Mungkin saja orang itu memiliki kultivasi yang sangat lemah, atau bisa juga dia adalah seorang kultivator yang sangat kuat.     

Namun, tempat ini berada jauh di dalam Sea of the Path. Bagaimana mungkin seseorang yang sangat lemah bisa berada di sini?     

Hal ini membuat beberapa orang merasa gelisah. Mungkinkah Ye Futian masih menyimpan senjata rahasia?     

Tepat pada saat ini, sosok bertopi jerami yang berdiri di atas perahu itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah kerumunan kultivator. Dia memiliki sepasang mata yang mengerikan berwarna hitam pekat tanpa ada emosi di dalamnya dan tampak sedingin es. Tatapan matanya terlihat seperti tatapan malaikat maut.     

"Mundur!" Para kultivator dari Klan Dewa mengenalinya. Mereka tidak mungkin salah menebak.     

'Dia' telah menghilang sejak pertempuran yang terjadi beberapa tahun lalu. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa dia akan muncul di Sea of the Path, terutama saat pertempuran penting ini sedang berlangsung.     

Ternyata sosok yang berada di perahu itu tidak lain adalah Tetua Agung Tianhe!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.