Legenda Futian

Pembantaian Oleh Tetua Agung Tianhe



Pembantaian Oleh Tetua Agung Tianhe

1Tetua Agung Tianhe telah melakukan pembantaian di kediaman Klan Dewa sebelumnya; banyak kultivator dari Klan Dewa tewas di tangannya. Bahkan sang Tetua agung, Shen Ji, terluka akibat serangan dari Tetua Agung Tianhe sebelum Pemimpin Klan Dewa berhasil melukainya dan memaksanya untuk mundur. Tetua Agung Tianhe tidak pernah muncul lagi sejak pertempuran ketika Akademi Heavenly Mandate memimpin pasukan mereka untuk menghadapi Klan Shen berlangsung kala itu.     0

Beberapa orang mengatakan bahwa Tetua Agung Tianhe telah tenggelam ke dalam Jalur iblis dan kemungkinan besar telah menghancurkan dirinya sendiri. Sementara rumor lainnya mengatakan bahwa dia menjadi gila dan menghilang entah kemana.     

Namun pada saat ini, dia tiba-tiba muncul di Sea of the Path. Dia dengan tenang duduk di atas satu-satunya perahu yang berada di tengah-tengah lautan. Jika lokasi mereka saat ini bukanlah Sea of the Path, siapa pun akan menganggap Tetua Agung Tianhe sebagai seorang lelaki tua biasa.     

Tetua Agung Tianhe telah menerobos tingkat Plane-nya di masa lalu. Ketika para kultivator dari Klan Dewa melihat kehadirannya, insting mereka mengatakan untuk segera melarikan diri darinya. Saat ini, sosok-sosok terkemuka dari pasukan mereka belum datang kemari. Ketika menghadapi seorang kultivator di tingkat Tetua Agung Tianhe, tidak ada gunanya memiliki petarung dalam jumlah besar. Mereka tidak mungkin bisa mengalahkannya. Jika mereka terlibat dalam pertempuran dengannya, mereka akan menderita kerugian besar.     

"Itu… Tetua Agung Tianhe." Para kultivator dari Negeri Ilahi Emas dan pasukan lainnya juga bereaksi terhadap semua ini. Mereka bergegas pergi dan bersiap untuk melarikan diri dari tempat ini.     

Seberkas cahaya merah yang mengerikan terpancar dari mata Tetua Agung Tianhe. Meskipun dia hanya berdiri di tempatnya dengan tenang, area yang luas itu langsung diselimuti oleh aura yang mengerikan. Cahaya iblis berwarna merah yang tak terbatas memenuhi langit dan bumi, seolah-olah terdapat kilatan petir kemerahan yang saling menyambar di atas langit.     

*Boom* Tetua Agung Tianhe mengambil satu langkah ke depan dan langsung menerjang ke dalam kerumunan kultivator itu. Dalam sekejap, para kultivator itu mengeluarkan aura masing-masing, dan sosok mereka berusaha pergi menjauh dengan terburu-buru. Namun, sambaran petir kemerahan yang terlihat seperti bilah-bilah pedang berwarna merah darah itu melesat di udara. Tubuh para kultivator dengan tingkat kultivasi yang relatif rendah langsung ditembus oleh petir merah itu, dan tubuh mereka kini terpaku di udara.     

Di antara orang-orang ini, sebagian besar dari mereka berasal dari Klan Dewa. Mereka menghadapi takdir yang sangat tragis.     

Sudah jelas, meskipun Tetua Agung Tianhe pernah melakukan pembantaian di kediaman Klan Dewa sebelumnya, namun dia belum melupakan dendamnya di masa lalu hingga sekarang. Dia tidak akan pernah melupakan kematian putrinya, 3.000 muridnya, dan para anggota Kuil Tianhe lainnya.     

Dendam ini hanya bisa terbalaskan oleh darah dari anggota Klan Dewa.     

Setelah pertempuran di kediaman Klan Dewa berakhir, dia pergi dan perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan benda ilahi yang dimilikinya. Namun, dia tetap tidak pergi menemui istrinya, Shen Luoxue. Dia bertindak seperti itu bukan karena dia tidak merindukannya, melainkan karena dia merasa bersalah terhadap Shen Luoxue; dia malu bertemu dengannya, baik itu di masa lalu maupun di masa sekarang.     

Di masa lalu, dia tidak mampu melindungi Shen Luoxue dan putri mereka, Nongyue. Pada akhirnya, putri mereka terbunuh, dan Shen Luoxue dipenjara oleh Klan Dewa selama bertahun-tahun. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berlatih dengan tenang. Dia mengabaikan harga dirinya dan menanggung penderitaan yang mendalam. Dia tidak berani mengungkapkan ambisinya. Dia telah mengecewakan banyak orang.     

Hari ini, dia berniat untuk membunuh para kultivator dari Klan Dewa dan melakukan pembantaian di dalam klan tersebut. Selama dia masih hidup, tujuan utamanya adalah melenyapkan Klan Dewa sampai tidak ada satu pun dari mereka yang tersisa. Dia tidak bisa melupakan kebencian ini. Namun, dia sangat menyadari bahwa istrinya, Shen Luoxue, berasal dari Klan Dewa. Meskipun istrinya telah memutuskan hubungan dengan Klan Dewa dan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap klannya, namun itu adalah sesuatu yang tidak dapat diubah. Garis keturunan sebagai anggota Klan Dewa juga mengalir di dalam nadi Shen Luoxue. Mereka memiliki asal-usul yang sama.     

Dalam kondisi seperti itu, jika dia meminta Shen Luoxue untuk membunuh anggota Klan Dewa, apakah istrinya itu mampu melakukannya?     

Dia telah memutuskan untuk menghancurkan Klan Dewa dan melenyapkan para anggota dari klan istrinya itu. Dia tidak mungkin bisa menemui istrinya, tidak sekarang maupun di masa lalu.     

Di Zaman Kekacauan ini, ketika Akademi Heavenly Mandate dan Ye Futian menghadapi krisis besar, baru pada saat itulah dia muncul dan bertemu dengan Ye Futian. Tidak banyak orang yang mengetahui tentang hal ini. Shen Luoxue juga tidak mengetahui dimana dia berada. Ye Futian hanya meninggalkan seekor iblis tikus di sisinya untuk digunakan sebagai alat komunikasi.     

Iblis tikus itu jelas berasal dari Klan Tikus Ungu Emas dan berada di bawah kendalinya. Saat ini, iblis tikus itu tampak gemetar.     

*Boom*     

Kilatan petir merah tak terbatas yang menyambar dari atas langit kini berubah menjadi sebuah tungku ilahi berwarna merah yang mengerikan. Suara jeritan yang menyedihkan terdengar dimana-mana. Para kultivator yang tubuhnya telah ditembus oleh petir kemerahan itu semuanya dilebur. Pemandangan yang dihasilkan sangatlah menyedihkan.     

"Tetua Agung Tianhe!" seorang kultivator dari Klan Dewa berteriak. Sebuah lingkaran cahaya keemasan yang mengerikan muncul dari tubuhnya, dan petir keemasan yang sangat menakjubkan langsung membelah ruang hampa. Itu adalah teknik Tianshen Cleave milik Klan Dewa.     

Namun, seberkas cahaya merah yang mengerikan langsung menyerang lingkaran cahaya keemasan yang membelah ruang hampa itu dan membuatnya meledak menjadi bagian-bagian kecil.     

Tetua Agung Tianhe melangkah ke depan dan mengulurkan telapak tangannya hingga melintasi ruang hampa. Dia mengenali banyak anggota senior dari Klan Dewa. Bagaimanapun juga, dia pernah menjadi menantu dari Klan Dewa dan tinggal cukup lama serta berlatih di Klan Dewa. Tentu saja dia kenal dengan banyak anggota senior dari Klan Dewa.     

Namun meski demikian, sekarang mereka adalah musuh bebuyutan satu sama lain. Dia tidak akan berhenti sampai mereka semua mati.     

Tetua Agung Tianhe mengulurkan telapak tangannya ke arah kultivator dari Klan Dewa itu dan tiba-tiba mengepalkannya dengan erat. Suara jeritan yang keras terdengar di suatu tempat. Ekspresi kultivator itu terlihat buruk, dan dia tampak sangat kesakitan. Cahaya iblis kemerahan menembus tubuhnya, lalu sosoknya langsung meledak hingga hancur berkeping-keping, dan rohnya lenyap.     

Para kultivator dari pasukan lain langsung melarikan diri dengan panik. Ketika berhadapan dengan seorang kultivator yang tingkat Plane-nya lebih tinggi dari mereka, meskipun mereka mungkin bisa memberikan perlawanan jika mereka bekerja sama, namun orang pertama yang melancarkan serangan pasti akan mati lebih dulu. Dalam kondisi seperti itu, semua orang ingin menyelamatkan nyawa mereka terlebih dahulu dan memastikan kelangsungan hidup masing-masing.     

*Whoosh* Sosok Tetua Agung Tianhe berubah menjadi sambaran petir merah yang mengerikan. Sementara itu di atas Sea of the Path, darah segar terus menerus mengalir ke bawah. Banyak orang tewas terbunuh di langit di atas Sea of the Path. Mereka akan terkubur untuk selama-lamanya di sini.     

Ye Futian dan kelompoknya juga sedikit tercengang saat melihat pemandangan itu. Selain Ye Futian, orang-orang yang berada di sini sepertinya tidak mengetahui bahwa Tetua Agung Tianhe telah datang kemari. Melihat situasi saat ini, Ye Futian sengaja mengatur semua ini. Dengan cara ini, bahkan jika mereka dikejar oleh sosok-sosok terkemuka, mereka masih memiliki kultivator yang dapat menghadapi satu atau dua dari mereka.     

Tentu saja, jika perbedaan kekuatannya terlalu besar, bahkan jika Tetua Agung Tianhe mampu membunuh beberapa kultivator kuat, situasinya tetap tidak akan berubah. Jika benar demikian, mereka hanya bisa tunduk pada takdir mereka.     

Selain itu, teknik kultivasi yang digunakan Tetua Agung Tianhe terlalu mengerikan. Bahkan serangan-serangannya bisa dianggap sangat kejam. Dia tidak tampak seperti sosok terkenal yang pernah mengajarkan Jalur Agung di Dunia Tianhe. Sebaliknya, dia tampak seperti perwujudan dari seorang iblis.     

Namun, ketika orang-orang memikirkan semua yang telah dialami oleh Tetua Agung Tianhe, mereka bisa merasakan penderitaannya. Dia telah menguji kesabarannya selama bertahun-tahun. Tetua Agung Tianhe telah menunjukkan kesabaran yang sangat tinggi dengan tidak menjadi gila setelah mengalami penderitaan dalam waktu yang begitu lama. Kalau tidak, dia tidak akan bisa bertahan sampai hari ini.     

Sekarang, kultivasinya yang jatuh ke dalam Jalur Iblis juga disebabkan karena apa yang dilakukan oleh Klan Dewa kala itu.     

Klan Dewa bertindak terlalu gegabah sebelumnya. Mereka telah menyulut perang untuk menghancurkan sebuah dunia dan membunuh banyak kultivator di Dunia Tianhe.     

Tidak ada yang seorang pun yang bisa tampil lebih baik jika mereka berada di posisi Tetua Agung Tianhe.     

Semua yang dihadapi oleh Klan Dewa saat ini adalah buah dari tindakan mereka selama ini.     

Jika mereka tidak bertindak begitu kejam, mereka tidak akan memaksa Tetua Agung Tianhe untuk berubah menjadi sosok seperti sekarang ini.     

Ye Futian juga menyaksikan pertempuran itu. Grandmaster memang telah bergabung dengan Jalur iblis. Dia memperoleh sebuah benda ilahi iblis. Tidak mudah baginya untuk mengendalikan kekuatan iblis yang terkandung di dalam benda tersebut.     

Ye Futian tidak mengetahui dimana keberadaan Grandmasternya selama beberapa tahun terakhir. Dia belum pernah mengunjungi Akademi Heavenly Mandate sebelumnya. Ye Futian hanya bisa berspekulasi bahwa Grandmaster-nya selama ini hidup dalam penderitaan.     

Bagaimanapun juga, Grandmaster harus menahan diri untuk tidak mengunjungi Akademi Heavenly Mandate bahkan setelah istrinya bergabung dengan akademi untuk berlatih di sana.     

Grandmaster telah menghindari mereka hingga detik ini. Namun, dia akhirnya muncul saat Ye Futian menghadapi sebuah krisis.     

Meskipun Grandmaster berubah menjadi seorang iblis ketika dia menghadapi Klan Dewa dan semua musuhnya, namun Ye Futian tidak dapat menemukan kesalahan dengan bagaimana cara Grandmaster dalam memperlakukannya. Ye Futian merasa seperti itu meskipun dia merasa seperti belum bisa memahami jalan pikiran Grandmaster sebelumnya. Dia bahkan belum mengenal Grandmaster dengan baik.     

Ketika Ye Futian berlatih di Dunia Tianhe, kemungkinan besar, Grandmaster juga hidup dalam kebencian selama periode waktu itu.     

Tepat pada saat ini, sebuah aura yang mengerikan bergerak mendekat. Sambil mengerutkan kening, Ye Futian dan kelompoknya memandang ke arah dimana aura itu berasal. Satu sosok berjubah putih tampak menerjang ke arah mereka. Sosok itu tidak lain adalah kultivator dari Tanah Suci Taichu yang memimpin kelompoknya untuk menantang Akademi Heavenly Mandate sebelumnya.     

Kultivator ini juga termasuk sosok terkemuka di dunianya. Meskipun dia tidak sekuat Kaisar Perang Jubah Ungu, yang berasal dari Dunia Bawah, dia juga salah satu petinggi di Tanah Suci Taichu.     

Kultivator ini telah menunggu kesempatan yang tepat. Setelah dia melarikan diri dari medan pertempuran di Istana Divine, dia bergegas datang kemari.     

Tanpa ragu-ragu, dia menerjang dan melancarkan serangan pada Tetua Agung Tianhe, yang berada di tengah-tengah medan pertempuran. Tetua Agung Tianhe memandangnya dan berjalan ke arahnya. Bagian langit ini diselimuti oleh cahaya iblis kemerahan, seolah-olah hari kiamat telah tiba.     

"Ayo kita pergi," ujar Ye Futian saat dia berbalik dan berusaha melarikan diri. Hari ini, Tanah Suci Taichu telah memulai pertempuran untuk memprovokasi konflik ini. Sudah terlambat bagi mereka untuk berhenti. Karena mereka telah mencapai titik ini dan sosok-sosok terkemuka mereka berada pada posisi yang kurang menguntungkan, mereka hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri dengan selamat.     

Meskipun Istana Divine telah tenggelam ke dalam Sea of the Path, selama para kultivator dari Istana Divine masih hidup, maka tekad dari Istana Divine akan terus membara.     

Saat ini, Ye Futian mengkhawatirkan apa yang terjadi di medan pertempuran lainnya. Dia tidak tahu apakah Kaisar Nan mampu menghadapi lawannya.     

Tetua Agung Tianhe dan kultivator berjubah putih dari Tanah Suci Taichu itu langsung bertabrakan satu sama lain. Dalam sekejap, cahaya penghancur yang menakjubkan menyebar di udara. Di luar medan pertempuran yang mengerikan itu, Ye Futian dan kelompoknya masih berusaha melarikan diri secepat mungkin.     

"Jangan biarkan Ye Futian melarikan diri," tiba-tiba terdengar suara dengan nada dingin di suatu tempat.     

Dalam sekejap, para kultivator yang awalnya menyebar ke berbagai arah, kini bergerak ke depan satu per satu. Mereka menunjukkan tanda-tanda akan berkumpul saat mereka terus mengejar Ye Futian dan kelompoknya.     

"Menyebar," Ye Futian memberi perintah.     

"Jangan menyebar. Kau adalah target utama mereka," seorang kultivator menentang perintah Ye Futian dengan tegas. Jika kelompok mereka melarikan diri ke arah yang berbeda-beda, kultivator itu yakin bahwa semua lawan mereka akan mengejar Ye Futian.     

Lagipula, bagi pasukan lawan, membunuh Ye Futian jauh lebih penting daripada membunuh siapa pun yang berada di kelompok mereka.     

"Pemimpin Istana Divine dan Kaisar Cang berusaha menahan pergerakan pasukan lawan di Istana Divine. Kaisar Nan juga berada di sana," Jiang Chengzi dari Celestial Gate of Vast Heaven mencoba membaca situasi saat ini. "Meskipun mereka kalah jumlah, mereka tidak akan kalah dengan mudah. Mereka cukup kuat untuk memukul mundur pasukan gelombang pertama dari pertempuran ini. Para kultivator lainnya harus berkumpul bersama. Selama tidak ada sosok terkemuka yang datang kemari, kita pasti bisa memberikan perlawanan." Anggota kelompok lainnya mengangguk setuju; lagipula mereka datang kemari memang untuk bertarung.     

"Baiklah," Ye Futian merasakan kehangatan di dalam hatinya. Dia tidak menolak niat baik yang ditunjukkan oleh anggota kelompoknya. Dia hanya berharap Istana Divine tidak akan kalah dalam pertempuran terpentingnya ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.