Legenda Futian

Perang Dimulai



Perang Dimulai

2Setelah pedang ilahi membunuh targetnya, pedang itu kembali melesat ke depan, menembus langit dengan kecepatan yang mengejutkan. Sepertinya pedang itu telah menetapkan targetnya pada sosok-sosok di antara bayangan di medan pertempuran tersebut.     
1

Banyak suara retakan terdengar, dan satu per satu, beberapa Renhuang tewas terbunuh oleh pedang ini, sehingga membuat banyak orang mengalihkan perhatian mereka pada Ye Futian.     

Seberkas cahaya yang menyilaukan bersinar saat pedang itu kembali ke sisi Ye Futian dan melayang di sekitarnya. Dia membuka matanya dan memandang ke kejauhan. Di sana, dia bisa melihat dua aura yang mengerikan.     

Seseorang yang berada di pihak lawan telah memberitahu keberadaan pasukan dari Prefektur Ilahi kepada para kultivator lainnya. Sehingga sekarang, anggota pasukan lainnya sedang dalam perjalanan menuju tempat Ye Futian dan pasukannya berada.     

Saat ini, area tersebut dipenuhi dengan tekanan yang kuat dan aura pembunuh yang mengerikan. Dua pasukan besar kini telah muncul dalam jangkauan jiwa spiritual miliknya. Mereka bergerak dengan kecepatan tinggi. Terlebih lagi, mereka bukanlah pasukan kecil yang datang lebih dulu sebelumnya, tetapi mereka datang dengan membawa anggota terbaik mereka.     

Kedua pasukan itu tampak sangat berbeda satu sama lain. Cahaya keemasan bersinar dari langit di atas pasukan Dunia Evil Emperor. Mereka membentuk sebuah jaring ruang dan waktu di udara, dimana muncul badai-badai ruang dan waktu yang mengerikan darinya dan kini menyelimuti langit.     

Di sisi lain, sang Putra Kebanggaan Neraka, Qi Ye, memimpin pasukan dari Istana Kegelapan secara langsung. Kekuatan kegelapan yang tak terbatas berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah wajah raksasa yang muncul di atas langit, terlihat seperti seorang dewa dari neraka. Dalam sekejap, area itu dipenuhi oleh aura kematian dan kehancuran yang mampu menyerang siapa pun targetnya.     

Tujuan yang dimiliki oleh kedua pasukan itu sudah bisa ditebak. Mereka datang kemari untuk menghancurkan para kultivator dari Prefektur Ilahi. Semua ini terjadi sesuai dugaan mereka. Prefektur Ilahi memegang kendali atas Dunia Asal, dan dua pasukan besar ini ingin merebutnya dari mereka. Dunia Evil Emperor dan Istana Kegelapan ingin menghancurkan kekuatan mereka dan memecah belah Dunia Asal.     

Kedua pasukan pasti telah membicarakan hal ini sebelumnya.     

Namun, pasukan dari Prefektur Ilahi juga sangat besar. Mereka semua berada di tingkat Renhuang. Perlu diketahui bahwa sebuah pasukan yang didominasi oleh Renhuang mampu menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Pertempuran antara tiga pasukan dengan kekuatan sebesar ini kini telah memicu munculnya badai-badai yang mengerikan di atas langit.     

Semua kultivator dari Prefektur Ilahi bisa merasakan sebuah tekanan yang sangat dahsyat menimpa tubuh mereka.     

Ini bukanlah sebuah pertempuran biasa. Tidak peduli sekuat apa pun seseorang, masih ada kemungkinan bagi mereka untuk tewas terbunuh di medan pertempuran ini.     

*Whoosh* Sebilah pedang ruang dan waktu melesat menembus udara, lalu memasuki badai-badai tersebut. Semua orang bisa melihat pedang itu berputar-putar di sekitar badai, seolah-olah ada jutaan sambaran petir yang berjatuhan dari atas langit. Pemandangan yang dihasilkan sangatlah mengerikan.     

*Krak* Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang menusuk telinga. Kilatan petir itu melesat di udara dan menutupi cakupan area yang luas, sehingga membentuk sebuah wilayah yang dipenuhi dengan bilah pedang penghancur.     

Pedang ini adalah sebuah senjata ilahi yang pernah digunakan oleh Kaisar Agung. Dia diperbolehkan menggunakan peralatan ritual ini dalam pertempuran ini, tapi dia tidak bisa menggunakan kekuatan eksternal dalam bentuk apa pun. Hal ini menunjukkan bahwa pedang itu tidak dapat diperkuat oleh kekuatan eksternal, seperti aura Kaisar atau aura dari sosok-sosok terkemuka. Pedang itu harus mengandalkan kekuatannya sendiri.     

Jika tidak, pertempuran akan menjadi tak terkendali karena semua orang akan bertarung menggunakan peralatan-peralatan ritual yang mengandung kekuatan Kaisar di dalamnya.     

Meskipun aura Kaisar tidak ada di dalamnya, namun pedang yang pernah dia gunakan itu tetaplah mengerikan. Pedang itu pernah menjadi senjata dari murid Evil Emperor, Shi Xie. Saat ini, pedang itu telah dipinjamkan pada seorang kultivator dari Gunung Kosong, salah satu rekan Shi Xie yang memiliki Roda Ilahi tingkat ketiga. Sekarang dia tampak menunjuk ke arah langit dengan pedangnya, dan dalam sekejap, pancaran cahaya suci yang mengerikan berputar-putar di sekitar pedang tersebut.     

Di sisi lain dari medan pertempuran itu, sang Putra Kebanggaan Neraka, Qi Ye tampak melesat ke depan, yang kemudian muncul di bawah sosok dewa neraka yang baru saja muncul dan sepertinya sosok Qi Ye telah menyatu ke dalam sosok dewa tersebut. Dia juga memiliki sebuah peralatan ritual yang sangat kuat, yang merupakan pemberian dari gurunya. Itu adalah sebuah jubah yang kini telah dia kenakan di tubuhnya.     

Di dalam jubah itu, terdapat sebuah lubang hitam yang terlihat sangat dalam, begitu dalam sehingga mampu menghisap semua kekuatan kegelapan penghancur di sekitarnya. Saat dia menyatu dengan sosok dewa neraka tersebut, jubahnya berkibar di belakang sosok sang dewa. Energi kegelapan tampak mengalir dari dalam lubang hitam di bagian dadanya. Tampaknya lubang hitam itu telah menempa kekuatan penghancur di sekelilingnya dan menggunakannya untuk kepentingan Qi Ye sendiri.     

Dia memiliki sebuah tombak neraka yang mengerikan di tangannya. Tombak ini juga merupakan sebuah peralatan ritual yang kuat.     

Para kultivator dari Prefektur Ilahi menyaksikan pemandangan mengerikan yang ditampilkan oleh dua pasukan yang semakin mendekati mereka, dan hati mereka berguncang. Aura mereka bergejolak saat mereka berdiri dalam formasi bertarung. Pemimpin dari Divisi Phoenix Kegelapan berdiri di barisan terdepan, dan pagoda hitamnya melayang di atas langit. Kekuatan penghancur yang sangat kuat terpancar dari tubuhnya saat dia berkata, "Kalian semua memang berasal dari pasukan yang berbeda-beda, tapi kalian tidak boleh menahan diri dalam pertempuran ini. Jika tidak, maka kalian sebaiknya pergi sekarang juga."     

Ekspresi semua orang tampak sangat serius. Apa yang dikatakan oleh Pemimpin Divisi Phoenix Kegelapan itu memang benar. Bagaimana mungkin mereka berani menahan diri dalam pertempuran ini?     

*Krak*     

Cahaya suci yang menyilaukan mengalir dari atas langit. Semua orang mendongak dan melihat jutaan sinar-sinar cahaya berubah menjadi kilatan petir yang ditembakkan ke arah mereka. Cahaya yang berasal dari pedang ilahi itu mendistorsi ruang hampa di sekitarnya dan mengoyak udara. Saat ini semua orang berada dalam jangkauan serangan itu.     

Pemimpin Divisi Phoenix Kegelapan menyerang dengan pagoda hitamnya. Tiba-tiba, kilatan petir yang mengerikan melesat dari peralatan ritual itu dan menabrak cahaya suci yang semakin mendekat. Pagoda raksasa itu terbang menuju pedang ilahi yang melesat di udara. Tidak lama kemudian, dua kekuatan itu bertabrakan dan menghasilkan cahaya yang menyilaukan, menghalangi pandangan semua orang.     

Namun meski begitu, pagoda itu tidak bisa menghentikan serangan pedang ilahi itu sepenuhnya. Ruang hampa di sekitar para kultivator dari Prefektur Divine terdistorsi. Salah satu dari mereka dengan Roda Ilahi yang tidak sempurna melihat pancaran cahaya suci datang ke arahnya, dan cahaya di atas langit menghalanginya untuk melarikan diri. Sebuah badai penghancur yang berputar-putar di udara menimpanya. Dia mungkin seorang Renhuang, tetapi pada saat ini, dia tidak tahu bagaimana caranya dia bisa menghindari serangan itu.     

Atau mungkin lebih tepat untuk mengatakan bahwa tidak ada cara baginya untuk melarikan diri. Dia hanya bisa menerima serangan itu secara langsung.     

Namun, mengingat tingkat kultivasinya saat ini, dia tidak akan mampu menerima dampak dari serangan tersebut. Akhirnya, cahaya suci itu tiba dan mengoyak tubuhnya. Jiwa spiritual miliknya juga tidak bisa melarikan diri, dan dihancurkan pada saat itu juga.     

Banyak Renhuang yang relatif lemah mengalami nasib yang sama dengannya. Mereka tidak bisa menahan serangan sekuat itu.     

Di sisi lain, Qi Ye juga telah melancarkan serangannya. Arus kegelapan penghancur mengalir dari lubang hitam di dadanya, disertai dengan kobaran api kematian yang mengerikan. Seolah-olah hari kiamat telah tiba.     

Saat ini, langit diselimuti oleh arus kegelapan. Bagi mereka yang melihat pemandangan di atas langit, suasananya benar-benar terlihat seperti kiamat. Tidak ada cahaya yang tersisa, hanya ada kematian dan kehancuran di sana.     

Namun pada saat ini, sekelompok kultivator melesat memasuki badai penghancur itu. Akan tetapi, tubuh mereka tidak dihancurkan atau ditelan ke dalamnya. Cahaya suci menyelimuti tubuh emas mereka, dan seorang Buddha kini muncul di udara.     

Seorang biksu berjubah putih berdiri di depan kelompok tersebut, dan dia bergerak mengikuti angin. Dia tidak memiliki rambut, namun dia terlihat masih muda dan tampan. Terdapat keagungan di dalam matanya, dan dia tampak seperti bukan berasal dunia ini. Dia menyatukan kedua tangannya, sehingga membuat penampilannya tampak agung dan berkarisma. Tasbih di lehernya bergoyang tertiup angin, dan huruf-huruf Buddha melesat keluar darinya, sehingga memunculkan huruf-huruf Buddha kuno yang tak ada habisnya di atas langit. Huruf-huruf itu terlihat seperti gulungan kitab Buddha yang telah dibuka di medan pertempuran yang kacau ini. Tidak lama kemudian, huruf-huruf itu berubah menjadi cahaya penyucian yang menghancurkan kegelapan di sekelilingnya.     

"Kitab Suci Buddha!" semua orang berseru. Mereka bisa mendengar sutra Buddha bergema di atas langit, seolah-olah ada seorang Buddha yang sedang merapalkan sutra di atas sana dan memberikan ajaran dari Jalur Agung. Gulungan-gulungan itu semakin membesar hingga akhirnya menutupi langit. Satu sosok Buddha kuno tampak berjalan keluar dari gulungan-gulungan itu, dengan penampilan yang tampak agung dan suci. Huruf-huruf kuno yang tak terbatas mengelilinginya, dan cahaya suci di sekitarnya memurnikan kegelapan, sehingga membuat aura penghancur di tempat itu menghilang.     

Pemandangan ini membuat banyak orang memahami sesuatu. Sepertinya para Buddha dari Western Heaven tidak berniat untuk menahan kekuatan mereka. Sosok yang baru saja melangkah ke depan itu sangat kuat. Biksu berjubah putih dengan wajah yang tampan itu jelas merupakan seorang kultivator yang hebat.     

Kilatan cahaya yang mengerikan terlintas di mata sosok dewa neraka yang berada di atas langit. Tombak neraka di tangannya kini telah memanjang, dan dia mengerahkannya ke bawah. Kilatan petir kegelapan terpancar dari tombak itu dan menghancurkan semua yang mereka sentuh. Tombak itu dikerahkan menuju sosok sang Buddha yang baru saja keluar dari gulungan-gulungan di udara.     

Pada saat yang bersamaan sosok Buddha itu mengangkat kedua tangannya, dan udara berguncang hebat. Huruf-huruf Buddha yang tak terbatas kini membentuk sebuah lingkaran cahaya di sekelilingnya, dan sebuah jejak telapak tangan raksasa langsung menghantam tombak tersebut, sehingga membuat langit kembali berguncang. Akibatnya, kekuatan ini membentuk sebuah badai yang mengerikan di udara.     

Sepertinya ada seseorang yang mampu menghadapi Putra Kebanggaan Neraka ini.     

Para kultivator yang berada di belakangnya juga menerjang ke depan. Dalam sekejap, area itu diselimuti oleh sebuah badai penghancur.     

Pertarungan antar Renhuang dari tiga pasukan yang berbeda menghasilkan pemandangan yang sangat mengerikan untuk dilihat. Seolah-olah langit akan runtuh dan bumi akan terbelah. Dalam sekejap, area pegunungan di sekitar mereka hancur berantakan.     

Pertempuran besar telah terjadi dalam sekejap. Para kultivator di tingkat Renhuang mampu menyerang dari jarak yang sangat jauh. Tempat mereka bertarung saat ini tidak begitu luas, jadi mereka harus menahan diri dan tidak mengerahkan kekuatan mereka secara maksimal.     

Banyak Renhuang telah binasa dalam adu serangan pertama, yang membuat banyak orang menghela napas dengan penuh kesedihan. Para Renhuang akan dianggap sebagai sosok terkemuka kemana pun mereka pergi, tetapi mudah bagi mereka untuk mati dalam pertempuran seperti ini.     

Hal itu terjadi karena ini adalah pertempuran antara tiga pasukan terbesar di dunia ini.     

Jika para Buddha itu ikut dihitung, maka ada empat pasukan tingkat dewa yang sedang bertarung di sana.     

Tentu saja, ini bukanlah pertempuran yang dilakukan secara besar-besaran, mereka hanya berusaha merebut Dunia Asal, dan karena itulah mereka melaksanakan pertarungan mereka di dunia ini. Kalau tidak, siapa yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi?     

Ye Futian melayang ke udara. Para murid dari Pondok juga bergerak dan mulai bergabung dalam pertempuran. Sebuah area berisikan bilah-bilah pedang muncul dan bergemuruh di sekelilingnya. Pedang-pedang itu bisa menyerangnya kapan saja. Tapi dia justru tidak bergerak dari tempatnya dan menyelimuti medan pertempuran dengan jiwa spiritual miliknya.     

Tidak peduli apakah dia memiliki keluhan atau tidak terhadap Donghuang Agung, dia tetap mengakui bahwa sang Kaisar memang berupaya melindungi Dunia Asal. Tentu saja dia berharap pasukannya mampu memenangkan pertempuran ini, tetapi tujuan utamanya saat ini adalah untuk melindungi murid-murid Pondok dan tidak akan membiarkan mereka menemui bahaya di medan pertempuran ini.     

Ada banyak orang di medan pertempuran ini yang jauh lebih kuat daripada mereka, jadi dia harus berhati-hati.     

Contohnya, pada saat ini, satu sosok yang sangat kuat berada tepat di hadapannya. Kemana pun dia pergi, orang-orang hancur menjadi debu. Pria itu bermandikan cahaya suci, dan satu sosok petarung raksasa muncul di belakang tubuhnya. Tidak lama kemudian, bayangan kepalan tinju satu per satu dikerahkan dari Roda Ilahi miliknya.     

*Whoosh* Dia terbang di udara sambil mengerahkan kepalan tinjunya ke depan. Tidak lama kemudian, kepalan tinju itu menghantam tubuh seorang Renhuang dan membunuhnya di tempat.     

Dia adalah seorang kultivator dari Gunung Kosong, yang kemungkinan besar berasal dari pasukan yang sama seperti Renhuang tingkat menengah yang mengejar Ye Futian saat berada di Dunia Bayangan. Bahkan, mereka mungkin berkultivasi di bawah bimbingan guru yang sama.     

Pada saat ini, pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan langsung menerjang ke arah tersebut. Itu adalah tempat dimana para kultivator dari Klan Xiao berada, termasuk Xiao Muyu di dalamnya. Terdapat kilatan kebencian terlintas di mata kultivator tersebut.     

Kultivator dari Gunung Kosong itu pasti akan menjadi sosok yang sulit dikalahkan di pertempuran kali ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.