Legenda Futian

Tidak Ada Jalan Keluar



Tidak Ada Jalan Keluar

0Ye Futian mengerutkan keningnya. Para kultivator dari Prefektur Ilahi mulai mundur, dan saat ini, pasukan musuh mulai mengejar kelompok Ye Futian. Sama seperti yang lainnya, mereka juga berencana untuk mundur. Namun saat ini, mereka dikejar dari berbagai arah.     2

Di antara orang-orang yang mengejar mereka, beberapa kultivator dengan kecepatan yang mencengangkan kini berubah wujud menjadi badai-badai mengerikan yang mengoyak ruang dan waktu saat mereka menerjang menuju kelompok Ye Futian.     

Sosok Ye Futian tiba-tiba berbalik secepat kilat. Hanya dengan satu pandangan mata, sihir mata miliknya menyelimuti para Renhuang yang mengejar mereka. Selain itu, gambaran bulan yang dingin menerobos masuk ke dalam benak lawan-lawannya, sehingga membuat mereka memasuki dunia yang dibentuk oleh sihir mata miliknya.     

Hampir pada saat yang bersamaan, pedang ilahinya ditembakkan dalam sekejap dan menembus tubuh lawannya, membunuh mereka saat itu juga.     

Pemandangan ini membuat ekspresi para pengejar lainnya di kejauhan menjadi waspada. Tidak heran kelompok Ye Futian mampu membunuh orang-orang di pihak mereka secara berurutan. Sesuai dugaan, kemampuan mereka memang luar biasa. Kemampuan bertarung pemuda berambut abu-abu ini sangat mengerikan. Pedang ilahi miliknya telah membunuh targetnya tanpa perlu menunjukkan wujudnya.     

"Hati-hati. Dia mahir dalam menggunakan sihir mata," sebuah suara yang dalam dan tegas berseru. Di kedua sisi dari kelompok Ye Futian, orang-orang bermunculan satu per satu, bersiap-siap untuk mencegat mereka dari samping. Sementara itu, beberapa orang melewati mereka dari atas. Pergerakan mereka sangat cepat. Karena bagaimanapun juga, banyak dari Renhuang mereka mahir dalam menggunakan kekuatan Jalur Agung Ruang dan Waktu. Hanya dengan satu langkah, mereka mampu melintasi ruang hampa.     

Ye Futian tidak sendirian, dia dan rekan-rekannya berkumpul dalam satu kelompok. Karena itulah, mereka menjadi mangsa empuk bagi pasukan musuh. Melarikan diri dari kejaran pasukan musuh bukanlah tugas yang mudah bagi mereka.     

"Yu Sheng, Kakak Ketiga, serang!" Hawa dingin terlintas di kedua mata Ye Futian. Dia juga menyadari bahwa pihak lawan tidak berani menyerang mereka dengan sembrono. Mereka hanya mencoba menahan pergerakan mereka untuk sementara dan kemudian mengepung mereka. Bagaimanapun juga, saat pasukan-pasukan Prefektur Ilahi memutuskan untuk mundur, sudah jelas pihak lawan memiliki keuntungan besar atas hal ini. Jika mereka bisa mengepung kelompok Ye Futian, kelompok itu akan dipaksa berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.     

Mereka yang mendengar kata-kata Ye Futian bisa memahami maksudnya. Kelompok yang berusaha mundur itu langsung berhenti bergerak.     

Ye Futian berbalik dan melayang ke udara. Pergerakannya sangat cepat. Dalam sekejap, dia tiba di bagian belakang. Pada saat yang bersamaan, Yu Sheng dan Gu Dongliu mulai bergerak dan menyerang orang-orang yang berada di bagian samping. Selain mereka, Nan Luoshen dan yang lainnya juga tidak tinggal diam. Mereka semua menyerang secara bersamaan.     

Dalam sekejap, area ini berubah menjadi medan pertempuran, dan sebuah pertempuran yang sengit terjadi di sana.     

Daerah di sekitar mereka bergetar hebat. Setelah kemampuan Ye Futian diaktifkan, dia tampak mengerikan. Tidak lama kemudian, di antara para kultivator yang mengejar mereka dari belakang, beberapa orang tewas dibunuh oleh pedang ilahi milik Ye Futian. Sementara itu di bagian samping, Yu Sheng dan yang lainnya juga mulai membantai lawan-lawan mereka. Hal ini menyebabkan pasukan lawan mulai mundur. Area pengepungan mereka kini semakin meluas.     

Di arah lainnya, pasukan-pasukan dari Prefektur Ilahi masih berusaha melarikan diri. Beberapa kultivator dari Divisi Phoenix Kegelapan melintas dan berbicara pada Ye Futian dengan suara keras, "Jangan terlalu lama bertarung menghadapi musuhmu. Mundur sekarang juga!"     

Dalam pertempuran ini, pasukan dari Prefektur Ilahi berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Jika mereka terus bertarung, pada akhirnya mereka akan dikalahkan. Kemampuan bertarung yang dimiliki oleh Ye Futian benar-benar luar biasa. Selama mereka bisa mundur untuk sementara waktu dari medan pertempuran, mereka masih memiliki kesempatan di lain waktu. Karena itulah, menjaga kultivator terbaik mereka agar tetap hidup adalah pilihan yang tepat untuk dilakukan.     

"Aku tahu. Aku akan menghadapi orang-orang ini terlebih dahulu," jawab Ye Futian dengan nada datar. Dia ingin semua orang melarikan diri. Namun, sulit bagi mereka untuk melarikan diri di situasi seperti ini.     

"Tidak ada waktu lagi. Beritahu mereka yang bisa mundur untuk segera mundur," ujar lawan bicaranya dengan suara keras. Dia ingin Ye Futian melupakan pemikiran bahwa dia harus membuat semua orang bisa melarikan diri. Ini adalah keinginan yang tidak realistis. Kelompok-kelompok yang lebih besar telah mundur. Banyak orang pasti akan tertinggal di medan pertempuran.     

Saat ini, orang-orang yang perlu mereka pastikan keselamatannya adalah para kultivator tingkat atas.     

"Kalian semua bisa pergi lebih dulu," jawab Ye Futian dengan acuh tak acuh. Saat dia mengatakan hal ini, pedang ilahi miliknya kembali membunuh salah satu lawannya. Kelompoknya telah mengikutinya ke medan pertempuran ini, terutama para murid dari Pondok Heavenly Mandate. Dia pasti akan membawa mereka semua pergi dari sini dengan selamat. Tidak ada seorang pun yang akan tertinggal.     

"Kau tidak tahu mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu," lawan bicaranya itu menegurnya, nada bicaranya terdengar tidak puas. Kemampuan Ye Futian memang luar biasa, namun dia tidak tahu bagaimana menyikapi situasi saat ini. Dalam situasi seperti itu, dia masih berkeinginan untuk bertarung. Begitu dia dikepung, dia tidak akan bisa melarikan diri bahkan jika dia ingin melakukannya.     

"Kalian semua tidak akan bisa pergi dari sini," tiba-tiba terdengar sebuah suara dari kejauhan. Kemudian, jauh di atas langit, muncul dua sosok di sana. Mereka adalah kultivator-kultivator dari Gunung Kosong di Dunia Evil Emperor dan anggota dari Istana Kegelapan.     

Di antara orang-orang ini, sosok terkemuka dari Dunia Evil Emperor sebelumnya juga berada di sini, dan dia memegang sebilah pedang ilahi di tangannya. Putra Kebanggaan Neraka, Qi Ye, juga hadir. Mereka menatap tempat dimana kelompok Ye Futian berada. Di hadapan mereka, orang-orang berbondong-bondong melesat ke depan, bergerak menuju tempat Ye Futian berada. Pergerakan mereka sangat cepat.     

Di atas langit, cahaya ruang dan waktu menghujani seluruh tempat. Seolah-olah ada sebuah peralatan ritual yang kuat sedang digunakan. Beberapa orang mendongak dan memandang ke arah langit. Sinar-sinar dari cahaya suci keemasan yang mengerikan menghalangi pandangan mereka dan menyegel area tersebut. Beberapa pancaran cahaya suci bahkan berubah menjadi pilar-pilar cahaya mengerikan yang menyelimuti para kultivator dari Divisi Phoenix Kegelapan dan kelompok Ye Futian di dalamnya.     

Tatapan mata sosok yang memimpin Divisi Phoenix Kegelapan tampak dingin saat dia memandang ke arah Ye Futian. Mereka terseret ke dalam masalah ini karena ulah Ye Futian.     

Tekanan yang sangat kuat menyelimuti tubuh mereka. Sosok-sosok terkemuka dari pasukan musuh berjalan menuju medan pertempuran ini satu per satu. Sekelompok Renhuang yang mengerikan juga bergerak ke arah mereka. Divisi Phoenix Kegelapan adalah pasukan utama dari Prefektur Ilahi. Kelompok Ye Futian juga telah membunuh banyak orang. Pasukan musuh jelas tidak akan membiarkan mereka kabur begitu saja.     

Membunuh mereka akan mengakhiri perang ini. Bahkan jika beberapa dari mereka berhasil melarikan diri, itu tidak akan menjadi masalah karena hal tersebut tidak dapat mempengaruhi situasinya secara keseluruhan.     

Di kejauhan, sosok yang memimpin pasukan dari Dunia Evil Emperor, begitu pula dengan Qi Ye, menatap ke arah Ye Futian. Sebelumnya, banyak anggota mereka telah tewas di tangannya. Sekarang, mereka akan membalaskan dendam mereka dengan membunuh Ye Futian.     

Di dunia luar, para kultivator dari Dunia Kegelapan dan Istana Kegelapan tampak tersenyum. Melihat situasi saat ini, perang akan segera berakhir. Mungkin tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menuntaskan semuanya.     

Pada akhirnya, puteri yang tak tertandingi dari Prefektur Ilahi itu masih terlalu muda. Meskipun jajaran anggota yang mereka kirim kemari tidaklah lemah, namun semua itu masih belum cukup kuat. Dengan bergabungnya dua pasukan besar, apakah Prefektur Ilahi benar-benar berpikiran bahwa mereka dapat mencegah Dunia Asal terpecah belah?     

Era dimana Donghuang Agung dan Kaisar Ye Qing berkuasa berlangsung lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Mereka juga telah menguasai Dunia Asal dalam jangka waktu yang sama. Sekarang setelah muncul rumor yang mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini akan dimulai dari Dunia Asal, pasukan-pasukan asing harus menyebarkan kekuasaan mereka di Dunia Asal dan berada di posisi yang setara dengan Prefektur Ilahi di Dunia Asal.     

Sayangnya, sang Puteri dari Prefektur Ilahi tidak ikut berpartisipasi dalam pertempuran ini secara pribadi. Jika dia melakukannya, mereka mungkin bisa meraih kemenangan, beberapa kultivator dari Istana Kegelapan berpikir dalam hati.     

Pada saat yang bersamaan, di dalam Istana Kekaisaran Kosong, ekspresi para kultivator berubah. Junior-junior mereka saat ini berada di atas medan pertempuran. Situasi saat ini kemungkinan besar akan berubah menjadi sebuah bencana.     

Beberapa orang memandang ke arah Puteri Donghuang. Situasi ini tidak dapat diubah. Akankah sang Puteri mengaku kalah dan dengan sukarela membagi Dunia Asal untuk dua kubu lainnya?     

Jika dia melakukannya, dia bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.     

Namun, dia adalah Puteri Donghuang, putri semata wayang dari Kaisar Agung. Sepertinya sulit baginya untuk mengakui kekalahannya, dan tidak akan ada seorang pun yang berani menasihatinya untuk melakukan hal tersebut.     

Pada saat ini, Puteri Donghuang masih menyaksikan jalannya pertarungan dengan tenang. Hingga saat ini, dia masih belum mengungkapkan emosi apa pun di wajahnya. Hal ini menyebabkan para kultivator dari berbagai macam pasukan merasa cemas. Apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh sang Puteri?     

"Pasukan utama telah berniat untuk mundur. Ye Futian-lah yang telah menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk melarikan diri," ujar salah satu anggota dari Klan Dewa sambil menunjuk ke arah Ye Futian. Sebelumnya, mereka sudah berencana untuk memojokkan Ye Futian dengan tuduhan-tuduhan ini. Sekarang, di atas medan pertempuran, Ye Futian telah melakukan kesalahan lainnya; mereka tentu tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.     

"Dia tidak peduli dengan hasil perang ini. Dia hanya peduli pada kelompoknya sendiri, "seorang kultivator dari Negeri Ilahi Emas juga angkat bicara.     

Kali ini, Cao Jun juga tidak berkomentar apa-apa. Ye Futian memang sosok yang ceroboh. Dia bertindak seenaknya sendiri. Karena itulah, dia akan bertarung bersama rekan-rekannya. Namun, semua orang juga terjebak bersama dirinya, dan jumlah korban akan semakin bertambah.     

Sekarang, mereka telah melewatkan kesempatan untuk melarikan diri. Sulit bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan lainnya dan kabur dari tempat ini.     

Di atas medan pertempuran, kelompok Ye Futian kini telah dikepung oleh sebuah pasukan besar. Baik itu sisi atas, bawah, kiri dan kanan, ada banyak Renhuang yang kuat di sana. Peralatan-peralatan ritual yang kuat melayang di udara. Di hadapan mereka, sebuah pasukan besar telah berkumpul dan siap menerjang untuk menyingkirkan mereka.     

Sementara itu, jauh di belakang mereka, biksu yang mengenakan jubah putih itu menoleh untuk memandang ke arah dimana Ye Futian berada. Langkah kakinya terhenti. Ye Futian dan yang lainnya sepertinya berada dalam bahaya.     

Ye Futian mengerutkan keningnya. Di atas langit, banyak peralatan ritual muncul di atas kepalanya. Salah satunya adalah sebuah payung emas berukuran besar, yang berputar-putar di udara dengan kecepatan yang mengerikan. Payung ini mengeluarkan kilatan petir penghancur yang menyambar ke bawah.     

Ada juga sebuah lonceng kuno raksasa yang terbang di udara. Lonceng kuno itu memancarkan cahaya suci yang mengancam. Setiap sinar cahaya suci itu mengandung kekuatan yang tak tertandingi di dalamnya, yang mampu menekan dan membunuh lawan-lawannya.     

Selain dua peralatan ritual ini, kekuatan ilahi terpancar dari peralatan ritual lainnya pada saat yang bersamaan. Dalam sekejap, area yang luas itu dipenuhi dengan kekuatan penghancur yang tak ada habisnya.     

"Bunuh mereka."     

Tiba-tiba terdengar suara bernada dingin. Setelah kata-kata ini diucapkan, beberapa peralatan ritual berbentuk drum perang raksasa berbunyi pada saat yang bersamaan di atas langit. Suara dentuman drum yang mengerikan itu langsung bergema ke seluruh penjuru langit. Irama tak berbentuk dan mengerikan itu menyebabkan gendang telinga banyak orang terluka akibat getaran yang ditimbulkan. Rasanya seolah-olah jiwa spiritual mereka akan dicabik-cabik.     

*Uhuk, Uhuk, Uhuk* Satu per satu, orang-orang mulai memuntahkan darah. Bagaimanapun juga, di antara anggota kelompok Ye Futian, mereka memiliki anggota dari Klan Xiao, Suku Dou, dan Kerajaan Nantian. Banyak di antara anggota pasukan aliansi mereka bukanlah pemilik Roda Ilahi yang sempurna. Sulit bagi mereka untuk menahan serangan dengan kekuatan semengerikan itu.     

Namun, jangankan pemilik Roda Ilahi yang tidak sempurna, bahkan untuk pemilik Roda Ilahi yang sempurna, jika tingkat Plane mereka terlalu rendah, maka akan sulit bagi mereka untuk menahan serangan semacam itu.     

*Whoosh* Sosok Ye Futian kini berubah menjadi sambaran petir. Pergerakannya sangat cepat saat dia menerjang menuju drum-drum perang itu seperti seberkas cahaya.     

Namun pada saat ini, tepatnya di atas langit, sebuah peralatan ritual berbentuk jubah hitam raksasa menghisap kekuatan Jalur Agung di sekitarnya dan berubah menjadi bayangan dari Dewa Neraka. Bayangan itu memegang tombak Neraka di tangannya dan kemudian dikerahkan menuju Ye Futian. Sosok itu dikendalikan oleh Putra Kebanggaan Neraka, Qi Ye. Dia bertugas menangani Ye Futian dalam pertempuran ini. Di sisi lain, sosok yang memimpin pasukan Dunia Evil Emperor itu sedang mengendalikan pedang ilahi miliknya untuk menangani para kultivator dari Divisi Phoenix Kegelapan.     

Pedang ilahi milik Ye Futian langsung diayunkan menuju tombak tersebut. Hawa dingin yang mengerikan menyerang tombak itu. Namun, selain bayangan dari sang Dewa Neraka, dua tubuh raksasa dari Jalur Agung lainnya telah muncul. Tinggi mereka mencapai seribu zhang. Salah satu dari mereka memegang sebuah kapak perang ruang dan waktu sementara satu sosok lainnya memegang sebuah gada surgawi. Kedua senjata itu dikerahkan menuju Ye Futian pada saat yang bersamaan. Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh yang keras; seolah-olah langit telah runtuh dan bumi terbelah menjadi dua bagian.     

*Boom* Terdengar suara yang keras dari suatu tempat, dan sosok Ye Futian terdorong dari atas langit. Lengannya gemetar hebat. Pedang ilahi miliknya juga berdentang sambil terus bergetar.     

Pada saat ini, terdengar suara teriakan yang mengerikan dari bagian samping. Berbagai macam peralatan ritual lainnya menyerang pada saat yang bersamaan. Di medan pertempuran yang sangat kacau itu, banyak Renhuang tewas terbunuh oleh serangan lawan-lawan mereka. Yu Sheng dan yang lainnya juga menghadapi sebuah serangan yang sangat kuat.     

 *Uhuk*     

Disertai dengan suara keras, Yaya, yang berada paling jauh di depan, berhasil membunuh salah satu lawannya dengan aura pedang yang kuat. Namun, dia juga menerima serangan dari lawannya. Dia memuntahkan darah, dan tubuhnya terlempar ke belakang.     

Ketika Ye Futian melihat pemandangan ini, tatapan matanya menjadi sangat dingin dan dipenuhi dengan keinginan membunuh di dalamnya.     

Melihat situasi saat ini, mereka tidak akan bisa melarikan diri bahkan jika mereka ingin melakukannya.     

Dia mengalihkan pandangannya ke arah sosok-sosok terkemuka dari Dunia Evil Emperor serta Istana Kegelapan di kejauhan. Saat ini, sepertinya hanya ada satu jalan keluar bagi mereka: yaitu membunuh lawan-lawan mereka!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.