Legenda Futian

Menyerah



Menyerah

3"Pasukan lawan menerobos masuk ke dalam formasi mereka!" seseorang di kejauhan berseru ketika mereka menyaksikan medan pertempuran di atas langit. Ye Futian dilindungi di tengah-tengah kerumunan kultivator. Namun, setelah Kaisar Nan dibawa pergi dari medan pertempuran, Jian Ao dari Akademi Tianshen mulai bergerak. Celah di pertahanan mereka akhirnya berhasil ditembus. Satu per satu, kultivator dari pasukan lawan menerobos masuk ke dalam area pusat yang berusaha mereka lindungi.     0

Tentu saja, wilayah ini pada kenyataannya sangat luas. Semua orang yang berpartisipasi dalam perang ini adalah sosok-sosok yang sangat kuat. Meskipun mereka berusaha melindungi Ye Futian, gelombang kejut yang dihasilkan dari pertarungan itu tetaplah mengerikan. Serangan-serangan mereka seringkali menyebar hingga ratusan ribu mil jauhnya. Karena itulah, mereka tidak hanya berada di samping Ye Futian. Pada kenyataannya, mereka tersebar di berbagai tempat.     

Meskipun mereka telah berhasil memasuki formasi inti dari kubu Ye Futian, tempat itu masih cukup besar untuk menampung perang yang sangat sengit.     

Di wilayah terluar dari bagian langit tempat mereka bertarung, kilatan petir kemerahan yang mengancam muncul secara tiba-tiba. Di dalam kegelapan, sebuah badai berwarna merah bergerak ke bawah. Banyak orang menoleh dan memandang ke arah badai tersebut. Ada satu sosok yang muncul di sana.     

Sosok itu adalah Tetua Agung Tianhe. Banyak orang tampak takjub melihat hal ini. Arus kemerahan yang mengerikan menyebar ke seluruh penjuru langit. Dia memandang ke bawah, dan dalam sekejap, tubuhnya menghilang, berubah menjadi seberkas cahaya kemerahan.     

Di atas langit, pancaran cahaya kemerahan itu menyebar hingga beberapa ratus mil jauhnya. Puteri Donghuang juga menyaksikan pemandangan ini. Sementara itu, Kaisar Tombak Du You, yang berdiri di sampingnya, mengerutkan keningnya dan berkata, "Yang Mulia."     

Sepertinya Do You baru saja menanyakan sesuatu padanya.     

Namun, Puteri Donghuang tidak mengatakan apa-apa. Du You memahami maksudnya: sang Puteri tidak berencana untuk ikut campur dalam masalah ini.     

Karena Tetua Agung Tianhe telah bergabung dalam pertempuran, maka dia akan dianggap sebagai salah satu kultivator dari Akademi Heavenly Mandate.     

Di atas medan pertempuran, Shen Ji melancarkan serangan ke arah Ye Futian. Dua kultivator terkuat dari Klan Dewa telah membawa pergi Kaisar Nan dari sini dan meninggalkan Shen Ji sendirian. Namun pada saat ini, Lord Taixuan sedang memainkan guqin dari Jalur Agung di area di atas Ye Futian. Senar-senar guqin yang tak terhitung jumlahnya terbang menuju Shen Ji. Masing-masing senar guqin itu mengandung aura pedang yang mengerikan di dalamnya.     

Terlebih lagi, aura pedang itu kini telah berkumpul dan menyatu menjadi sebilah pedang ilahi, yang mampu membalikkan aliran Jalur Agung.     

*Boom* Serangan yang dilancarkan oleh kedua belah pihak bertabrakan di udara. Aura pedang penghancur itu menyelimuti tubuh Shen Ji. Dia mengerutkan kening saat dia merasakan bahaya yang tiba-tiba mendekatinya. Dia bergegas memancarkan aura dari Jalur Agung Ruang dan Waktu. Sosoknya langsung berubah menjadi ketiadaan saat dia bersiap untuk menghilang dari area ini.     

Saat tubuhnya menyatu ke dalam ruang hampa, sinar-sinar dari cahaya suci kemerahan melesat ke bawah. Pancaran cahaya itu tidak mendarat di tubuhnya; sebaliknya, mereka mendarat di sekitarnya. Sinar-sinar cahaya kemerahan itu berubah menjadi sebuah matriks raksasa berwarna merah yang mengerikan. Matriks tersebut menyegel area ini dan menyebabkan sosok Shen Ji kembali terwujud. Kali ini dia tidak berhasil kabur dari area ini. Jalur Agung Ruang dan Waktu miliknya dibelenggu secara paksa.     

*Whoosh, Whoosh* Suara lengkingan yang tajam terdengar saat area tersebut berubah menjadi sebuah matriks raksasa berwarna merah. Shen Ji saat ini berada di bagian pusat dari matriks tersebut. Matriks raksasa yang mengerikan itu menyerang Jalur Agung miliknya secara perlahan-lahan, dan bahkan menerobos masuk ke dalam tubuhnya.     

Tatapan mata Shen Ji tampak sedingin es. Lingkaran-lingkaran cahaya ruang dan waktu terpancar dari tubuhnya saat dia menggunakan teknik Tianshen Cleave. Dia mencoba untuk mengoyak matriks raksasa itu dengan kekuatan pengoyaknya yang menakjubkan. Namun, pada saat yang bersamaan, dua sinar cahaya penghancur muncul dari atas dan bawah tubuhnya.     

Suara guqin bergema di udara saat Jalur Agung mengalir berlawanan arah. Lord Taixuan menyerang dengan menggunakan teknik Fleeting Divine Sword. Ketika pedang itu melesat ke depan, rasanya seolah-olah waktu berjalan mundur, dan segala sesuatunya dihancurkan satu per satu.     

Di sisi lain, terdapat pedang ilahi kemerahan milik Tetua Agung Tianhe. Sebuah badai mengerikan yang mampu menghancurkan langit dan bumi telah dibentuk oleh pedang ilahi tersebut. Badai itu terlihat seperti sebuah pusaran yang akan menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya.     

Shen Ji pernah melihat teknik pedang ini sebelumnya. Kala itu, murid tertua dari Tetua Agung Tianhe dikenal sebagai pendekar pedang nomor satu di Dunia Tianhe. Murid ini tewas terbunuh di tangan Shen Ji. Murid itulah yang menggunakan teknik pedang ini. Namun, karena perbedaan dalam tingkat Plane di antara mereka, dia bukanlah tandingan Shen Ji. Namun, ketika Tetua Agung Tianhe mengeluarkan kekuatan dari teknik pedang ini, kekuatan yang dihasilkan tidak berada pada tingkatan yang sama seperti apa yang dilihat oleh Shen Ji sebelumnya.     

Ekspresi Shen Ji menjadi sangat buruk. Dua pedang ilahi yang menakjubkan melesat ke arahnya pada saat yang bersamaan. Melihat hal ini, dia mengerahkan kekuatan teknik Tianshen Divine Halo di tubuhnya hingga batas maksimal. Badai yang mampu mengoyak ruang hampa muncul dari tubuhnya. Dia mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah pada saat yang bersamaan, dan dalam sekejap, bilah-bilah pedang ruang dan waktu mencabik-cabik ruang hampa di area tersebut.     

Namun, dia masih belum bisa menangkis serangan dua arah dari atas dan bawah tubuhnya. Pedang-pedang ilahi itu langsung menebas ke arahnya. Dia hanya bisa menangkis salah satu dari serangan tersebut.     

Dia berdiri di bagian tengah dan menghadapi serangan dua arah itu. Cahaya yang mampu menghancurkan ruang hampa terpancar keluar dari matanya. Disertai dengan suara teriakan yang keras, dia mengulurkan kedua telapak tangannya ke samping. Dalam sekejap area itu bergetar hebat. Sebilah pedang ilahi melesat keluar dari tubuhnya dan menebas ke arah Fleeting Divine Sword yang semakin mendekat. Kemudian tangannya tiba-tiba mencengkeram ke udara, diiringi dengan suara teriakannya yang begitu keras. Bahkan ruang hampa pun terdistorsi. Ada rasa takut yang tersirat di kedua matanya.     

Dia merasa bahwa dia tidak bisa mengatasi dua serangan ini.     

Namun, pada saat ini, tidak ada seorang pun yang datang membantunya. Dua kultivator terkuat dari Klan Dewa tidak berada di sini. Para kultivator lainnya pun tampak tidak peduli saat melihat bahwa dia sedang dikepung. Satu-satunya tujuan mereka untuk datang kemari adalah membunuh Ye Futian. Ini adalah tujuan utama mereka.     

Adapun Shen Ji, jika dia binasa di sini hari ini, apakah hal itu akan menimbulkan kerugian bagi kultivator lainnya?     

Tidak sama sekali.     

Jika Shen Ji tewas terbunuh, kekuatan yang dimiliki oleh Klan Dewa akan melemah. Sementara bagi pasukan-pasukan dari Dunia Imperial dan pasukan lainnya, hal ini akan bermanfaat bagi mereka. Dengan begitu, dari tiga sosok terkuat yang dimiliki oleh Klan Dewa, hanya dua yang tersisa nantinya.     

Klan Dewa masih tampil begitu mendominasi. Jika Shen Ji binasa, kematiannya justru akan menyeimbangkan kekuatan di seluruh penjuru dunia.     

Karena itulah, pada saat ini, banyak orang diam-diam memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, mereka menggunakan kesempatan ini ketika dua kultivator menyerang Shen Ji untuk menerjang ke arah Ye Futian. Mereka ingin menyingkirkan Ye Futian sesegera mungkin sebelum segala sesuatunya menjadi rumit.     

Di atas medan pertempuran, pedang-pedang ilahi yang melesat dari atas dan bawah Shen Ji meninggalkan sinar-sinar dari cahaya pedang. Teriakan penuh amarah dan ketakutan bisa terdengar di sana. Kemudian, segala sesuatu yang berada di area itu dihancurkan menjadi debu dan menghilang. Bahkan sosok sekuat Shen Ji kini telah dihancurkan hingga tak bersisa.     

Di bawah pancaran cahaya pedang itu, jiwanya terkoyak dan akhirnya menghilang.     

Pada saat yang bersamaan, muncul retakan-retakan berwarna hitam pekat yang dalam dan tampak mengerikan. Hati banyak orang berguncang ketika mereka menyaksikan pemandangan ini.     

Dalam pertempuran hari ini, satu sosok terkemuka telah tewas terbunuh.     

Shen Ji dari Klan Dewa telah binasa.     

Mulai hari ini dan seterusnya, Klan Dewa hanya memiliki dua sosok terkemuka. Terlebih lagi, selama ini Shen Gao berlatih di Prefektur Ilahi.     

Siapa yang tahu apa yang akan dirasakan oleh Shen Gao dan Pemimpin Klan Dewa ketika mereka mengetahui apa yang telah terjadi di sini. Kemungkinan besar, mereka akan menyesali keputusan mereka untuk membawa pergi Kaisar Nan dari medan pertempuran ini.     

Jika mereka berada di sini, Shen Ji tidak akan tewas terbunuh. Namun, agar mereka bisa membunuh Ye Futian, mereka harus mengalihkan perhatian Kaisar Nan dari medan pertempuran ini. Tidak ada seorang pun yang bisa membantu Shen Ji dalam pertempuran yang dijalaninya, dan hal ini berujung pada kematiannya.     

Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan mereka ketika mereka kembali kemari.     

Setelah Tetua Agung Tianhe membunuh Shen Ji, kilatan kesedihan terlintas di kedua matanya. Di masa lalu, Shen Ji adalah sang pendosa yang memimpin para kultivator dari Klan Dewa untuk menyerang Dunia Tianhe. Tindakannya itu telah mengakibatkan banyak orang tewas terbunuh.     

Sekarang, Shen Ji akhirnya binasa di tangan Tetua Agung Tianhe. Namun, ini masih belum cukup. Klan Dewa harus dilenyapkan.     

Putrinya, murid-muridnya, dan banyak nyawa tak berdosa lainnya tewas terbunuh kala itu. Nyawa Shen Ji saja tidak cukup untuk menuntaskan dendam tersebut.     

Namun, tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu sekarang. Kekuatan iblis berwarna merah itu bergejolak saat dia melesat ke medan pertempuran lainnya. Tidak lama kemudian, satu sosok menghalangi jalannya. Dia adalah salah satu sosok terkemuka dari Klan Mo di Prefektur Ilahi.     

Kultivator dari Klan Mo itu hanya melirik Tetua Agung Tianhe, dan dia tahu bahwa sang Tetua memiliki benda ilahi di dalam dirinya.     

Di medan pertempuran tempat Ye Futian berada, sebuah Menara Pencakar Langit yang mengerikan muncul di atas Ye Futian. Menara setinggi 81 lantai itu berputar saat lingkaran-lingkaran cahaya suci menghujani medan pertempuran. Menara itu menyebabkan Dragon Master dan para kultivator lainnya mundur. Renhuang dari berbagai macam pasukan menerjang ke area ini dan terlibat pertempuran melawan Dragon Master dan yang lainnya.     

*Boom* Lingkaran-lingkaran cahaya suci itu menekan ke bawah. Kekuatan Jalur Agung menembus setiap lapisan pertahanan dan akhirnya menghantam Ye Futian. Cahaya suci yang menakjubkan berkilauan di tubuh Ye Futian saat dia mengeluarkan aura kaisar. Tubuhnya juga diselimuti oleh baju zirah ilahi. Namun meski begitu, serangan lingkaran cahaya suci yang berasal dari Menara Pencakar Langit itu masih tak tertahankan baginya. Gelombang kejut yang dihasilkan melukai tubuhnya. Bahkan organ-organ dalamnya kini berada di ambang kehancuran akibat gelombang kejut tersebut.     

Pemimpin dari Suku Dou mengangkat lengannya dan melancarkan sebuah serangan. Serangannya ini kembali menghantam Menara Pencakar Langit. Melihat hal ini, Dekan dari Akademi Sky Reaching mendengus. Dia mengambil satu langkah ke depan dan dalam sekejap berdiri di atas menara itu. Saat dia mengerahkan beban tubuhnya pada menara tersebut, menara itu langsung menerjang turun dari atas langit. Dia bermaksud untuk menghancurkan sosok-sosok yang ada di bawah menara itu.     

Pemimpin Istana Divine ingin membantu medan pertempuran ini. Namun, Dekan dari Akademi Tianshen, Jian Ao, mengulurkan kedua tangannya. Dalam sekejap, banyak gulungan berterbangan ke udara, dan saat gulungan-gulungan itu terbuka, mereka mengelilingi area tersebut. Serangan yang tak ada habisnya dikeluarkan dari gulungan-gulungan itu, menekan Pemimpin Istana Divine.     

"Kenapa kalian masih bertarung?" ujar Jian Ao. Tatapan matanya menembus langit. Banyak segel bermunculan dari gulungan-gulungan itu dan menyerang para kultivator. Salah satu segel yang mengerikan mendarat tepat di samping Ye Futian. Meskipun seseorang berhasil menangkisnya dan melemahkan kekuatannya, segel itu tetap menghempaskan Ye Futian ke udara akibat gelombang kejut yang dihasilkan dan membuatnya memuntahkan darah.     

Mereka tidak bisa menahan serangan dari lawan-lawan mereka. Bisa dibayangkan betapa sulitnya melindungi satu orang dari rentetan serangan yang dikeluarkan oleh sosok terkemuka sebanyak itu. Nyaris mustahil untuk bisa melakukan hal tersebut.     

Ye Futian juga memahami hal ini.     

Tidak ada seorang pun di area ini yang bisa mengatasi kemampuan Jian Ao, Dekan dari Akademi Tianshen. Dia adalah salah satu sosok terkuat di 3.000 Dunia dari Jalur Agung.     

Saat Ye Futian melihat orang-orang di sampingnya terluka satu per satu, dia mengangkat kepalanya dan menatap para kultivator di sekitar mereka yang menerjang ke arahnya. Kemudian dia berkata, "Senior, sudah cukup."     

Ketika Pemimpin Istana Divine dan yang lainnya mendengar kata-kata ini dari Ye Futian, mereka terdiam. Bahkan sebelum pertempuran hari ini dimulai, mereka sudah tahu bahwa hasil akhirnya telah ditetapkan.     

Sebuah badai dari Jalur Agung yang mengerikan menerjang langit. Suara-suara tabrakan kembali terdengar, dan tidak lama kemudian, beberapa kultivator tampak terluka.     

Dengan menjadikan sosok Ye Futian sebagai titik pusatnya, semua orang bergerak mendekatinya, mengelilingi area di sekitar tubuhnya.     

Selain Ye Futian, tatapan mata Lord Taixuan, Pemimpin Istana Divine, dan para kultivator lainnya tampak sedingin es saat mereka memandang orang-orang yang berada di udara.     

Namun, lawan-lawan mereka tidak peduli akan hal tersebut. Tatapan mata mereka yang mengarah pada Ye Futian dipenuhi dengan keinginan membunuh di dalamnya.     

Mereka juga menyadari bahwa sejak awal, tidak ada cara bagi Ye Futian untuk keluar hidup-hidup dari pertempuran ini. Karena hal inilah beberapa pasukan bersedia bergabung dalam pertarungan ini.     

"Karena Renhuang Ye memahami situasi saat ini, maka kita tidak perlu melanjutkan pertarungan ini lagi. Tidak ada gunanya menambah jumlah korban yang berjatuhan dan memengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh Sembilan Dunia Jalur Supremasi," ujar Jian Ao dengan suara keras. Para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate memandang ke arah Jian Ao. Dia benar-benar ingin melihat kematian Ye Futian.     

Apakah dia benar-benar melakukan semua ini demi perdamaian di Sembilan Dunia Jalur Supremasi?     

Tidak ada seorang pun yang mempercayai alasan tersebut.     

"Futian, kita masih bisa bertarung," ujar Lord Taixuan.     

Ye Futian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lord Taixuan, para senior, sudah cukup untuk melihat kalian semua melakukan semua ini untuk saya. Pemenang akan mendapatkan segalanya. Karena ada begitu banyak orang di Sembilan Dunia Jalur Supremasi yang ingin melihat kematian saya, sebaiknya kita mengabulkan keinginan mereka."     

Lord Taixuan dan yang lainnya melangkah ke depan. Aura mereka yang begitu menakjubkan menyelimuti tubuh Ye Futian, membentuk lapisan tirai cahaya yang menyilaukan. Sepertinya mereka masih belum bersedia untuk menyerah.     

Ye Futian memandang Lord Taixuan dan menggelengkan kepalanya. Kemudian Ye Futian tiba-tiba tersenyum dan menatap kerumunan kultivator di hadapannya. Dia berkata, "Ketua Jian, aku akan mengingatmu."     

Hari ini, dengan kehadiran Jian Ao, tidak ada seorang pun yang bisa membalikkan keadaan. Pertempuran ini benar-benar berada dalam kendali pasukan lawan.     

"Kau bisa menyalahkanku sesuka hatimu," jawab Jian Ao. "Di Sembilan Dunia Jalur Supremasi, kau telah menunjukkan bakat yang luar biasa. Aku juga tidak ingin menyaksikan pemandangan seperti ini. Namun, meski demikian, keinginan orang banyak tidak bisa dibantah. Setelah kau tewas terbunuh dan kekacauan ini berakhir, masa depan Sembilan Dunia Jalur Supremasi akan menjadi semakin makmur."     

"Huh, kau masih sangat munafik," ujar Ye Futian dengan nada mengejek. "Memangnya siapa yang akan membunuhku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.