Legenda Futian

Hadiah?



Hadiah?

2Setelah mendapatkan Cermin Zimu Yuanyang, Ye Futian dan Xia Qingyuan menggunakan jiwa spiritual mereka untuk memeriksanya saat itu juga. Setelah membeli sebuah benda yang sangat berharga, tentu saja mereka harus memeriksanya di tempat. Sesuai dugaan, tidak ada yang aneh dengan cermin tersebut. Setelah itu, mereka menyimpan cermin masing-masing. Di sisi lain, Kaisar Helian dan yang lainnya memandang dua sosok itu dengan pandangan penuh arti. Pemandangan ini jelas mengkonfirmasi seperti apa hubungan di antara keduanya.     
0

Selain itu, di mata mereka, Ye Futian telah menjadi satu sosok yang tak terduga.     

Sebuah peralatan ritual Renhuang tingkat kesembilan—sesuatu yang biasanya dianggap sebagai harta keluarga mereka—benar-benar telah digunakan oleh Ye Futian untuk ditukar dengan Cermin Zimu Yuanyang.     

Berdasarkan hal tersebut, dapatkah mereka membuat kesimpulan bahwa, bagi Ye Futian, peralatan ritual Renhuang tingkat kesembilan itu memiliki nilai yang lebih rendah dari Cermin Zimu Yuanyang? Kalau begitu, dia pasti masih memiliki peralatan ritual lain yang tingkatannya sama dengan tingkat kultivasinya.     

Sosok Ye Futian menjadi semakin misterius di mata mereka.     

Yang Dongqing memandang Ye Futian dengan tatapan serius. Dia terkejut saat mengetahui bahwa Ye Futian ternyata sangat kaya.     

Banyak orang di sekitar mereka juga memandang Ye Futian. Mereka telah menyaksikan transaksi yang baru saja terjadi sebelumnya. Banyak orang jadi bertanya-tanya tentang identitas Ye Futian. Karena bagaimanapun juga, orang yang mampu mengeluarkan sebuah peralatan ritual Renhuang tingkat kesembilan dengan mudah bukanlah orang biasa.     

"Anak muda, apakah kau ingin datang kemari dan melihat-lihat?" Sebelum Ye Futian pergi meninggalkan kios itu untuk melanjutkan perjalanannya, seseorang memanggilnya.     

"Tidak, terima kasih," jawab Ye Futian sambil tersenyum lembut. Kemudian, dia terus bergerak menuju Danau Dewa Penglai.     

Sinar-sinar cahaya terpancar dari berbagai tempat di depannya. Ini adalah cahaya suci dari Jalur Agung yang berasal dari harta karun itu sendiri, dan semua harta karun tersebut membuat paviliun itu terlihat semakin menakjubkan, seperti dunia mimpi. Ye Futian mengamati area itu dan dapat melihat bahwa tempat itu dipenuhi dengan harta karun yang sangat berharga, dan mustahil untuk mengambil semuanya sekaligus.     

Kemudian, pada saat ini, Ye Futian melihat wajah yang dikenalnya. "Hmm?" Seorang lelaki tua duduk di sana sambil meminum anggur dari labu di tangannya. Ekspresi terkejut dan rasa penasaran muncul di wajah Ye Futian.     

Lelaki tua yang dia temui saat memasuki Benua Penglai sebelumnya ternyata datang lebih cepat darinya. Apalagi, dia sudah mendirikan kios di Danau Dewa Penglai ini.     

Namun, hal yang membuat Ye Futian tidak bisa berkata-kata adalah salah satu benda yang dipajang di depan kiosnya. Itu adalah tiket masuk ke Pulau Dewa Timur.     

"Anak muda, kita bertemu lagi," ujar lelaki tua itu sambil terkekeh saat dia memandang ke arah Ye Futian.     

"Bagaimana kabarmu, Tetua yang terhormat?" jawab Ye Futian sambil tersenyum lembut.     

"Aku dengar kau datang kemari tanpa membawa undangan resmi. Jika kau ingin pergi ke Pulau Dewa Timur, Kau pasti membutuhkan tiket masuk ke Pulau Dewa Timur. Apakah kau menginginkannya, kawanku? Aku pasti akan menurunkan harganya untukmu karena kita sudah saling mengenal satu sama lain." Senyuman lelaki tua itu begitu lebar sehingga matanya tampak menyipit. Hal ini memberi kesan bahwa dia adalah sosok yang sangat cerdik.     

"Tidak perlu. Meskipun aku tertarik dengan penawaranmu, namun aku tidak dapat memberimu benda dengan nilai yang setara," Ye Futian menolak penawaran sang Tetua sambil tersenyum. Keduanya saling menawar dengan sopan tetapi tanpa ada ketulusan di dalamnya. Semua orang yang menyaksikan perbincangan mereka dari bagian samping bisa menebak bahwa keduanya tidak tulus.     

"Tidak masalah." Lelaki tua itu tidak mempermasalahkan penolakan Ye Futian. Kemudian, dia berkata, "Kau juga sosok yang menarik dan kuat; mungkin kita akan memiliki kesempatan untuk bertemu lagi di masa depan."     

"Aku akan menantikannya," jawab Ye Futian. Setelah itu, dia pergi menjauh dari lelaki tua itu. Tidak lama setelah Ye Futian pergi, sekelompok orang berhenti di depan kios lelaki tua itu. Sosok yang memimpin kelompok itu adalah seorang pemuda tampan dengan aura yang luar biasa. Dia langsung membeli tiket masuk ke Pulau Dewa Timur dari lelaki tua itu.     

Saat pemuda itu bersiap untuk pergi, lelaki tua itu tertawa dan berkata, "Sangat mudah untuk menebak bahwa kau adalah orang kaya. Kau memiliki aura yang luar biasa. Aku yakin kau juga memiliki latar belakang keluarga yang tidak biasa, bukan?"     

"Aku hanyalah seorang kultivator biasa. Apa gunanya membicarakan latar belakang keluarga seseorang?" Pemuda itu menjawab sambil tersenyum lembut.     

"Itu benar." Lelaki tua itu mengangguk. "Tapi aku masih memiliki tiket masuk ke Pulau Dewa Timur lainnya. Apakah kau juga ingin membelinya?"     

"…"     

Pemuda yang hendak pergi itu tiba-tiba berhenti melangkah. Dia berbalik untuk memandang lelaki tua itu, dan mengamatinya dengan seksama. Lelaki tua itu hanya tersenyum, sehingga membuat kedua matanya menyipit dan membuat sosoknya terkesan sangat licik.     

Lelaki tua ini tampak tidak berbahaya; namun pada kenyataannya, dia adalah seorang pemburu.     

Sudah jelas, tugas utama dari seorang pemburu adalah berburu. Sudah bisa ditebak bahwa lelaki tua itu pasti memiliki lebih dari dua tiket masuk ke Pulau Dewa Timur. Maksud yang tersirat dari hal ini… Apakah ada yang tidak bisa memahaminya?     

Bahkan Ye Futian, yang sudah pergi meninggalkan kios tersebut, menghentikan langkahnya dan berbalik. Dia memandang lelaki tua itu dan tiba-tiba teringat bahwa lelaki tua itu bertanya apakah dia memiliki tiket masuk ke Pulau Dewa Timur ketika dia memasuki Benua Penglai saat itu. Sepertinya maksud dibalik pertanyaannya tidak sesederhana itu. Lelaki tua ini benar-benar sosok yang kejam...     

"Tetua Seribu Bayangan?" Pemuda itu berteriak sambil tertawa setelah menatap lelaki tua itu untuk beberapa saat. Pada saat itu juga, semua orang di sekitar area itu sepertinya tertegun sejenak. Tatapan mata mereka kini beralih ke arah kios dari lelaki tua itu.     

Jadi, itulah identitas aslinya.     

Tetua Seribu Bayangan. Atau juga dikenal sebagai Tangan Suci Seribu Bayangan.     

Pria ini bisa berubah dalam puluhan ribu cara dan oleh karena itulah dia dijuluki sebagai Tetua 'Seribu Bayangan'. Tentu saja, itu bukanlah nama aslinya. Adapun 'Tangan Suci', itu juga merupakan gelar yang diberikan oleh orang-orang di dunia kultivasi. Karena lelaki tua ini adalah seorang pencuri yang terkenal, dia diberi julukan 'Tangan Suci'. Mengenai metode yang dia gunakan dalam mencuri, metodenya sudah dianggap sempurna, atau bahkan, ajaib.     

Namun, reputasinya tidak seburuk yang dibayangkan oleh orang-orang. Alasannya adalah, meskipun Tangan Suci Seribu Bayangan adalah seorang pencuri, dia tidak pernah menyakiti siapa pun. Dia memang mencuri, tetapi dia tetap menjunjung tinggi prinsipnya. Dia adalah orang aneh yang telah berkecimpung dalam 'dunia kultivasi' selama bertahun-tahun, sampai pada titik dimana banyak sosok terkemuka di berbagai macam benua telah menjadi korbannya… Karena itulah, reputasinya jelas tidak bisa diremehkan; bahkan, dapat dikatakan bahwa dia sangatlah terkenal.     

"Tuan Muda Jun jelas memiliki mata yang jeli," ujar lelaki tua itu sambil tertawa. Kata-katanya langsung mengungkap identitas pemuda itu. Pada saat itu juga, banyak orang di sekitar area itu kembali tercengang. Sebagian besar kultivator yang memasuki Wilayah Dewa Penglai berasal dari benua yang berbeda-beda dan karena itulah mereka tidak begitu akrab satu sama lain, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka tidak saling mengenal.     

Namun, mengenai pasukan-pasukan terkemuka yang ada di Pulau Dewa Timur, mereka mengetahui banyak hal tentang pasukan-pasukan itu. Karena mereka berniat datang ke pulau ini, mereka jelas sudah mempersiapkan diri dengan baik.     

Ada sebuah klan yang perlu diketahui informasinya jika seseorang ingin mengunjungi Pulau Dewa Timur, dan nama klan itu adalah 'Jun'. Itu adalah nama klan yang sangat kuat. Para kultivator dari Klan Jun sudah lama dinobatkan sebagai salah satu pasukan terkemuka di benua ini. Mereka tampil mendominasi di Benua Penglai dan mampu mempengaruhi klan terkemuka lainnya di Benua Penglai.     

Nama keluarga dari pemuda itu adalah 'Jun'. Saat melihat para pengikutnya, tidak sulit untuk menebak identitasnya. Lagipula, di antara pasukan-pasukan terkemuka di Benua Penglai, hanya ada satu klan yang memiliki nama keluarga 'Jun'. Mudah untuk mengenali identitas mereka.     

Jadi, dengan melihat identitas dan usia pemuda itu, kemungkinan besar dia adalah tuan muda dari Klan Jun, Jun Qiuyan.     

Banyak orang memandang mereka dengan antusias. Klan Jun juga memiliki pengaruh besar di area Danau Dewa Penglai ini. Mereka adalah salah satu pasukan yang memegang kendali atas area ini. Jun Qiuyan dan Tangan Suci Seribu Bayangan muncul di tempat ini pada waktu yang bersamaan… Danau Dewa Penglai jelas memenuhi reputasinya sebagai tempat berkumpulnya sosok-sosok terkemuka di dalamnya.     

"Berapa banyak tiket masuk ke Pulau Dewa Timur yang kau miliki, Tuan Seribu Bayangan? Bagaimana kalau kau keluarkan semua tiket yang kau miliki dan memberiku harga atas semua tiket itu? Aku membawa sumber daya cukup banyak, dan aku ingin membantu Tuan Seribu Bayangan dengan cara menyingkirkan beberapa di antaranya," Jun Qiuyan sangat menyadari bahwa tidak mungkin lawan bicaranya ini hanya memiliki satu tiket masuk ke Pulau Dewa Timur setelah mengetahui identitasnya.     

Memangnya siapa itu Tangan Suci Seribu Bayangan? Dia akan mencoreng reputasinya jika dia tidak memiliki setidaknya sepuluh tiket masuk ke Pulau Dewa Timur.     

Lelaki tua itu tersenyum setelah mendengar penawaran Jun Qiuyan. Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan mengeluarkan beberapa tiket masuk ke Pulau Dewa Timur. Jumlahnya memang tidak banyak, tapi yang pasti juga tidak sedikit—hanya sepuluh tiket.     

Para kultivator di sekitarnya menyaksikan pemandangan itu dengan tercengang. B*jingan tua ini pasti sangat kejam.     

"Karena Tuan Muda Jun berkata demikian, aku tidak akan berbasa-basi dan memberikan harga yang sesuai," ujar Tangan Suci Seribu Bayangan pada Jun Qiuyan. Kemudian, dia menyebutkan harga semua tiket itu pada Jun Qiuyan secara telepati. Setelah mengetahui harganya, ekspresi Jun Qiuyan berubah. Meskipun dia sudah mempersiapkan diri, dia tetap terkejut dengan harga yang diajukan oleh pihak lawan.     

"Tetua yang terhormat, tidak mudah untuk membeli tiket masuk ke Pulau Dewa Timur dalam jumlah banyak sekaligus. Tetua, harga yang kau tawarkan jauh lebih tidak masuk akal ketika kau menjualnya dalam jumlah besar. Ini agak membingungkan bagiku," ujar Jun Qiuyan.     

"Tidak masalah. Transaksi jual-beli membutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak. Jika tuan muda tidak setuju dengan harga yang kuajukan, wajar jika orang lain akan mengambil kesempatan ini. Aku bisa menunggu lebih lama. Aku mendengar informasi bahwa akhir-akhir ini, pasukan-pasukan terkemuka di Benua Penglai juga mencari tiket masuk ke Pulau Dewa Timur. Aku akan menawarkan tiket-tiketku pada mereka nanti." Kedua mata lelaki tua itu menyipit.     

Kata-katanya membuat Jun Qiuyan tertegun. Tatapan matanya tertuju pada sang Tetua. Lelaki tua ini…'Apakah dia mengetahui sesuatu?' pikirnya dalam hati.     

Tentu saja, apa yang dikatakan oleh Jun Qiuyan sebelumnya tidak benar. Alasan kenapa dia ingin mengumpulkan tiket masuk ke Pulau Dewa Timur bukan untuk membantu lelaki tua itu menyingkirkannya. Dia memiliki rencana tersendiri terhadap tiket-tiket tersebut. Jika lelaki tua itu benar-benar menjualnya ke pasukan-pasukan lainnya di Benua Penglai, hal itu akan sangat merepotkan.     

"Baiklah. Aku akan membeli semuanya." Jun Qiuyan mengangguk dan dengan tegas menyetujui penawaran lelaki tua itu. Setelah itu, dia benar-benar berani membayar mahal semua tiket itu.     

Pemandangan itu membuat banyak orang di sekitar area itu berpikir. Apakah dia menyimpannya untuk masa depan?     

Ye Futian menyaksikan pemandangan ini untuk beberapa saat sebelum kembali mencari benda-benda yang dia butuhkan. Dia masih belum menemukan benda yang dia inginkan. Namun pada saat ini, dia melihat sekuntum bunga. Itu adalah bunga yang tersegel dalam kegelapan. Kelopak bunga itu terus membuka dan menutup, dan tampaknya ada wajah yang muncul di kelopak-kelopak itu, dan ketika bermekaran, sepertinya bunga itu akan melahap orang-orang di sekitarnya.     

"Bunga apa ini?" Ye Futian bertanya.     

"Teratai Neraka," jawab sang pemilik kios. "Bunga ini memiliki aura kematian yang kuat dan sangat berbahaya. Ini adalah Teratai Neraka tingkat atas. Bahkan Renhuang tingkat atas dapat menggunakannya untuk membantu kultivasi mereka."     

"Berapa harganya?" Ye Futian bertanya.     

"Satu peralatan ritual tingkat kedelapan." Pemilik kios itu menjawab sambil menatap Ye Futian. Dia sama sekali tidak berbasa-basi.     

Ye Futian memandang Xia Qingyuan dan berkata, "Kau mengkultivasi Jalur Agung Kehidupan dan Kematian. Teratai ini dapat membantu meningkatkan kultivasimu. Gabungkan dengan kekuatanmu."     

"Baiklah," Xia Qingyuan mengangguk. Dia tidak menolak penawaran Ye Futian. Dia bisa merasakan kehangatan di dalam hatinya. Dua benda yang dibeli oleh Ye Futian ternyata ditujukan untuknya.     

Kemudian, pada saat ini, terdengar sebuah suara di suatu tempat. Jun Qiuyan memandang sang pemilik kios sambil tersenyum lembut dan bertanya, "Bolehkah kalau aku saja yang membeli harta karun ini?"     

Ye Futian mengerutkan keningnya setelah mendengar pertanyaan Jun Qiuyan. Dia berbalik untuk memandang Jun Qiuyan. Namun, Jun Qiuyan tidak menatapnya; sebaliknya, dia masih memusatkan perhatiannya pada sang pemilik kios dengan senyuman menghiasi wajahnya.     

"Karena Tuan Muda Jun yang menginginkannya, tentu saja tidak akan ada masalah." Pemilik kios itu juga seorang kultivator dari Benua Penglai.     

"Baiklah," Jun Qiuyan langsung membayarnya dengan sebuah peralatan ritual dan pergi untuk mengambil benda yang baru saja dia beli. Pada saat itu juga, Ye Futian berkata dengan acuh tak acuh, "Bolehkah aku bertanya apa tujuanmu untuk melakukan hal ini?"     

Jun Qiuyan menerima harta karun itu dan berbalik. Dia berdiri berhadapan dengan Ye Futian dan memahami pertanyaannya sambil tersenyum. Kemudian, dia menyerahkan harta karun itu pada Ye Futian dan berkata, "Anggap saja ini hadiah dariku untukmu. Mari kita berteman."     

"Teman?" Ye Futian tertegun sejenak. Namun, pria itu benar-benar telah membeli benda yang dia inginkan dan memberikannya kepadanya. Sayangnya, mungkin tindakannya ini menunjukkan bahwa dia memiliki motif tersembunyi.     

"Ya." Jun Qiuyan mengangguk. "Tinggal beberapa hari lagi sebelum Pulau Dewa Timur dibuka untuk umum. Ketika saat itu tiba, siapa yang tahu berapa banyak jenius dan sosok mengerikan yang akan melangkahkan kaki ke pulau itu. Aku bisa melihat bahwa kau memiliki aura yang luar biasa, dan aku yakin bahwa kau bukanlah orang biasa. Jadi, aku ingin bertanya apakah kau bersedia mendampingiku setelah kita tiba di Pulau Dewa Timur?"     

Ye Futian akhirnya memahami maksudnya setelah mendengar penawaran yang diajukan oleh Jun Qiuyan. Jadi, dia membeli dan menghadiahkan harta karun ini kepadanya untuk membujuknya.     

Sehingga, setelah dia memasuki Pulau Dewa Timur, mereka akan bepergian bersama-sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa, setelah mereka sampai di Pulau Dewa Timur, dia harus mengikuti Jun Qiuyan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.