Legenda Futian

Penghinaan



Penghinaan

2Ye Futian benar-benar membunuh kelompok penegak hukum dari Wilayah Dewa Penglai tanpa ragu-ragu. Ditambah lagi, dia nyaris membunuh mereka semua. Banyak sosok berjatuhan dari atas langit. Jumlah orang yang menyaksikan pemandangan itu juga terus meningkat; mereka semua ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di sana.     2

Apakah hal ini dilakukan karena mereka tersulut amarah?     

Namun, orang-orang di area sekitar beranggapan bahwa mereka juga akan sangat marah jika hal seperti itu terjadi pada mereka, tetapi mereka tidak akan bertindak seperti yang dilakukan oleh Ye Futian dan dengan sembrono membunuh begitu banyak orang. Sebagian besar dari mereka akan memendam ketidakadilan ini tanpa melakukan apa pun.     

Lagipula, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka tidak sekuat para penegak hukum itu; bagaimanapun juga, kekuatan sejati dibalik para penegak hukum itu adalah beberapa pasukan terkemuka di Benua Penglai. Pasukan-pasukan ini bukanlah sesuatu yang dapat dilawan oleh para kultivator dari benua lain.     

Jika para penegak hukum ini benar-benar bermaksud untuk membunuh Helian You dan Beigong Shuang, maka sudah jelas itu juga merupakan instruksi dari pasukan-pasukan asal dari para penegak hukum tersebut. Sudah jelas, Ye Futian telah menyinggung seseorang. Dalam kondisi seperti ini, tindakan paling bijaksana dan teraman untuk dilakukan adalah menahan amarah mereka dan pergi meninggalkan Benua Penglai.     

Jika ada yang bertindak sembrono seperti Ye Futian, maka ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa mereka tidak akan bisa pergi meninggalkan Benua Penglai hidup-hidup.     

"Beraninya kalian bertindak kurang ajar pada kami!" pria paruh baya itu berteriak saat dia menatap Beigong Ao di hadapannya. Nada bicaranya terdengar sangat dingin, dan sepertinya mengandung keinginan membunuh yang mengerikan di dalamnya. Mereka benar-benar berani membunuh para penegak hukum di depan matanya! Mereka sangat kurang ajar!     

"Hari ini, kami akan bertindak tegas." Beigong Ao sepertinya telah berubah menjadi satu sosok Dewa Petir yang mengerikan. Kedua matanya berubah warna menjadi ungu, dan kilat serta petir yang keluar dari matanya melesat menuju tubuh lawannya. Sementara itu di atas langit, sebuah badai yang dahsyat muncul secara tiba-tiba. Seolah-olah hari kiamat telah tiba.     

Setelah menyaksikan bagaimana putrinya hampir tewas terbunuh, Beigong Ao jelas menjadi marah besar.     

Hal yang membuatnya semakin ketakutan adalah fakta bahwa pihak lawan bahkan tidak ragu sedikit pun dan mulai melakukan pembunuhan begitu mereka tiba. Alasan yang mereka sampaikan juga sangat tidak masuk akal. Mereka hanya mencari-cari alasan; dapat terlihat dengan jelas bahwa mereka memang ingin membunuh putrinya.     

Jika Ye Futian terlambat sepersekian detik saja, Beigong Shuang kemungkinan besar sudah tewas terbunuh sekarang.     

"Apakah kalian tahu bahwa orang-orang yang kalian bunuh adalah para penegak hukum dari Wilayah Dewa Penglai?" Pria paruh baya itu memancarkan aura yang mengerikan. Saat ini dia tampak seperti seekor binatang buas, yang auranya menekan seluruh tempat, mengintimidasi semua orang yang berada di area sekitarnya.     

Ye Futian memandangnya dan berkata, "Para penegak hukum dari Wilayah Dewa Penglai telah berkomplot dengan kultivator lain untuk membunuh para kultivator yang telah datang berkunjung ke Wilayah Dewa Penglai untuk berkultivasi di Pulau Dewa Timur. Sehingga tidak ada salahnya untuk membunuh para penegak hukum seperti itu. Hari ini, kami akan membantu Wilayah Dewa Penglai dan Pulau Dewa Timur mengeksekusimu. Senior Beigong, mohon bantuannya."     

"Serahkan padaku," ujar Beigong Ao sambil mengangguk. Dalam sekejap, untaian rantai petir dan kilat muncul di atas langit, kemudian diayunkan ke arah lawan-lawan mereka. Sementara itu di atas lawan mereka, muncul seekor monster yang sangat ganas. Itu adalah seekor naga api dengan tubuh berwarna merah yang mengerikan. Sisik-sisiknya berwarna merah darah; seolah-olah naga itu baru saja keluar dari dalam lautan magma. Bersamaan dengan munculnya naga itu, langit langsung berubah menjadi sangat panas.     

*Boom*     

Puluhan ribu sambaran petir melesat di sekitar mereka, menyegel seluruh area tersebut. Tidak lama kemudian semua sambaran petir itu berubah menjadi cincin-cincin petir yang langsung terbang menuju lawan-lawan mereka. Naga api itu meraung keras, mengeluarkan bayangan dari sosoknya sendiri yang mencoba menyerang Beigong Ao. Namun, area itu telah disegel dengan sempurna oleh Jalur Agung Petir, dan kekuatan petir menyelimuti seluruh tempat.     

Pada saat yang bersamaan, Kaisar Helian juga bergerak. Beigong Shuang bukanlah satu-satunya orang yang hampir menemui ajalnya. Putrinya juga nyaris kehilangan nyawanya. Puteri tertua dari Keluarga Helian.     

Dia melayang ke depan dan menghadapi lawan-lawannya. Dia memandang naga itu dan melihat bahwa naga itu sepertinya telah terjebak, serta terlihat kebingungan. Seolah-olah naga itu akan memasuki dunia mimpi.     

Dengan adanya dua kultivator yang sangat kuat bertarung bersama-sama, pria paruh baya itu langsung merasakan tekanan yang luar biasa. Kedua matanya berubah warna menjadi merah, memaksa dirinya untuk kebal terhadap efek dari Jalur Agung Mimpi. Namun, dia melihat sebuah telapak tangan yang sangat mengerikan menerjang ke arahnya dengan kecepatan tinggi, tentu saja berniat untuk membunuhnya.     

Itu adalah teknik Thunder Palm milik Beigong Ao. Telapak tangannya diselimuti oleh kekuatan Jalur Agung Petir, dan telapak tangan itu memancarkan aura penghancur yang mencengangkan. Ketika merasakan kekuatan penghancur di dalam telapak tangan itu, pria paruh baya itu mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, di hadapannya, dia mengeluarkan sebuah cakar naga raksasa. Dengan tingkat kekuatan dan kecepatan yang sama, dia mengerahkan cakar itu pada Beigong Ao.     

Kedua pria itu bertabrakan satu sama lain dalam jarak dekat. Pada saat itu juga, kekuatan penghancur dari kedua serangan itu berubah menjadi sebuah badai dari Jalur Agung yang terbentuk dari tabrakan antara keduanya, sehingga membuat banyak orang terhempas ke kejauhan. Badai itu juga meratakan semua bangunan di permukaan tanah, menghancurkan semuanya menjadi debu. Bahkan para kultivator tingkat Renhuang harus menanggung tekanan yang sangat dahsyat.     

Pada saat ini, pihak lawan melihat sepasang mata lainnya. Kedua mata yang mengerikan itu berusaha memaksanya memasuki dunia mimpi. Di dalam area magis itu, sebuah serangan yang dahsyat menyerangnya secara langsung, sehingga menyebabkan pria paruh baya itu merasa sangat tidak nyaman.     

Dia berteriak dengan keras dan melesat ke atas langit. Naga api itu berputar-putar di sekitar tubuhnya, membakar seluruh penjuru langit. Dalam sekejap, area itu berubah menjadi sebuah dunia yang dipenuhi oleh api neraka. Ketika naga yang mengerikan itu terbang di atas langit, itu adalah sebuah pemandangan yang bisa menimbulkan ketakutan bahkan di hati orang-orang yang paling berani sekalipun.     

Meskipun ada pemandangan yang sangat mengerikan di depan matanya, Beigong Ao terus bergerak menuju pria paruh baya itu. Dengan setiap langkah yang diambilnya, sebuah badai petir dan kilat yang mengerikan berputar-putar di sekelilingnya.     

Dua kultivator tingkat atas, Beigong Ao dan Kaisar Helian, kembali melancarkan serangan mereka secara bersamaan, dimana pria paruh baya itu terjebak di antara mereka. Kali ini, tiga bilah pedang tampak berputar-putar di atas langit, dan masing-masing pedang itu memancarkan aura pembunuh dari Jalur Pedang yang sangat mengerikan. Aliran kekuatan pedang muncul di atas langit, yang kemudian bergabung menjadi aura pedang.     

"Tiga pedang itu sangat kuat." Banyak orang mengamati penampilan kedua belah pihak yang sedang bertarung, sehingga mengabaikan keberadaan tiga pedang yang melayang di atas langit. Ketiga pedang itu mulai mengumpulkan aura yang semakin mengerikan seiring berjalannya waktu. Ketika kedua belah pihak bertabrakan lagi, aura pedang itu meledak secara bersamaan. Aura pedang itu berubah menjadi aliran kekuatan dari Jalur Pedang yang menembus ke bawah dari atas langit.     

*Boom* Badai yang muncul dari tabrakan itu menyebar ke seluruh tempat. Bahkan Wilayah Dewa Penglai tampak bergetar untuk beberapa saat. Pada saat ini, banyak orang di Wilayah Dewa Penglai mendongak dan memandang langit di kejauhan. Di atas langit, tiga bilah pedang yang mengerikan melesat ke bawah. Samar-samar, mereka bisa melihat tiga aliran pedang di atas sana, dimana setiap aliran pedang mengandung kekuatan pedang yang tak tertandingi di dalamnya.     

Sementara itu di kejauhan, Jun Qiuyan sedang minum-minum dan tertawa bersama teman-temannya di sebuah bar ketika dia melihat aliran-aliran pedang yang tampak spektakuler dan indah itu; meskipun lokasinya berjauhan dari aliran pedang tersebut, dia masih bisa merasakan keanggunannya.     

Namun, Jun Qiuyan mengerutkan keningnya, berdiri dari kursinya, dan bergegas terbang menuju ke suatu lokasi.     

Bagaimana bisa? Kenapa rencana ini bisa gagal?     

Membunuh beberapa kultivator lemah dari benua lain bukanlah masalah besar baginya. Hal yang perlu dia lakukan hanyalah mencari alasan, lalu semuanya akan terselesaikan.     

Banyak kultivator kuat mengikuti Jun Qiuyan dari belakang. Mereka melesat melintasi langit dengan kecepatan tinggi.     

Banyak orang mengarahkan pandangan mereka pada medan pertempuran. Badai Jalur Agung yang mengerikan itu perlahan-lahan menghilang. Semua orang menatap pria paruh baya itu. Dia adalah seorang penegak hukum yang telah mencapai Roda Ilahi tingkat ketujuh. Aura pedang tampak mengelilingi tubuhnya; setelah ditusuk oleh aura pedang, tubuhnya perlahan-lahan mulai menghilang. Kedua matanya menyiratkan ketakutan, ketidakpercayaan, serta kemarahan dan kesedihan di dalamnya.     

Dia tidak menyangka akan mati di sini. Dia akan kehilangan nyawanya hanya untuk menjalankan sebuah rencana.     

*Whoosh* Aura pedang menyebar di udara, tubuh pria itu memudar dan menghilang di antara langit dan bumi. Dia telah binasa.     

Saat dia tewas terbunuh, area di sekitarnya menjadi sunyi. Bahkan para kultivator bisa merasakan getaran di dalam hati mereka. Dia benar-benar membunuhnya. Bahkan pemimpin dari kelompok penegak hukum itu juga tewas terbunuh, padahal dia adalah seorang Renhuang tingkat atas.     

Beberapa aura yang kuat bergerak mendekat dari kejauhan, bahkan ada semakin banyak orang yang datang kemari hanya untuk menyaksikan pertunjukan ini. Orang-orang dari Wilayah Dewa Penglai bisa merasakan bahwa sebuah pertempuran telah terjadi dan mereka bergegas kemari, jadi karena itulah ada semakin banyak orang yang berkumpul di sini.     

Jun Qiuyan juga datang bersama rekan-rekan dan pengikutnya. Saat menyaksikan sosok yang memudar itu, ekspresinya berubah menjadi muram. Rekan-rekannya juga menunjukkan ekspresi yang sama, dan tatapan mata mereka yang sedingin es tertuju pada Ye Futian dan kelompoknya.     

"Kau yang melakukan semua ini?" ujar seorang Renhuang muda yang berdiri di samping Jun Qiuyan dengan keras, nada bicaranya terdengar sedingin es.     

"Ya, kami yang melakukan semua ini," jawab Ye Futian sambil memandang pemuda itu.     

"Tangkap mereka." Melihat bahwa Ye Futian masih menunjukkan sikap yang dingin dan sombong terhadapnya, sama seperti apa yang dia lakukan di Teras Dewa Hujan, Jun Qiuyan langsung merasakan dorongan yang kuat untuk membunuhnya.     

Beigong Ao dan Kaisar Helian mengeluarkan aura yang mengerikan. Sambil memandang kultivator-kultivator kuat yang berkumpul di sekitar mereka, mereka bergerak pada saat yang bersamaan sambil memancarkan hawa dingin yang menusuk tulang.     

Meskipun mereka sudah menduga bahwa Jun Qiuyan adalah dalang dibalik semua ini, namun mereka tidak menyangka Jun Qiuyan untuk mengungkapkan kedoknya yang sesungguhnya dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap mereka. Mungkin kesombongannya telah membuatnya dia tidak memiliki rasa peduli sedikit pun.     

Dia terlalu sombong dan sangat percaya diri terhadap kemampuannya.     

"Apa kau tidak ingin menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi terlebih dahulu?" Beigong Ao bertanya sambil menatap Jun Qiuyan.     

"Mereka telah membunuh para penegak hukum, jadi tangkap dan bawa mereka kembali untuk memulai proses penyelidikan. Jika ada yang melawan, bunuh mereka tanpa terkecuali." Jawaban yang diterima Beigong Ao adalah suara sedingin es yang dipenuhi dengan keinginan membunuh di dalamnya. Jika mereka melawan, mereka akan dibunuh tanpa terkecuali.     

Jun Qiuyan tidak perlu menanyakan apa yang telah terjadi di sana. Dia adalah orang yang paling mengetahui detail mengenai apa yang telah terjadi. Dia hanya menginginkan hasil. Hanya saja situasinya sedikit berbeda dari apa yang dia rencanakan. Akan tetapi, hasil akhirnya tidak akan berubah.     

*Whoosh* Saat dia selesai berbicara, tiga bilah pedang melesat melintasi ruang hampa dan terbang ke arahnya dalam sekejap.     

"Hati-hati." Seseorang langsung bertindak untuk menangkis serangan tersebut. Jejak telapak tangan miliknya berhenti tepat di depan aura pedang milik Ye Futian. Disertai dengan suara ledakan yang keras, serangan yang dimaksudkan untuk menangkis serangan pedang itu berhasil dihancurkan dengan mudah oleh aura pedang tersebut. Tekanan menyesakkan yang dihasilkan membuat wajah Jun Qiuyan menjadi pucat. Dia bergegas mundur dan bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Pada saat yang bersamaan, beberapa sosok berdiri di hadapannya. Sudah jelas, mereka tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Jun Qiuyan.     

Namun, aura pedang itu tidak lagi bergerak ke depan. Sebaliknya, aura pedang itu terbang membentuk lengkungan yang elegan di udara, berbalik, dan langsung kembali ke atas kepala Ye Futian.     

Melihat pemandangan ini, ekspresi Jun Qiuyan berubah menjadi sangat muram. Dia berjalan melewati orang-orang yang berdiri di depannya, sementara kedua matanya menatap tajam ke arah Ye Futian.     

Ye Futian sedang mempermainkannya.     

Namun, dia bisa merasakan dengan jelas ancaman kematian yang dipancarkan dari aura pedang tersebut.     

"Kau ingin aku mendampingimu ke Pulau Dewa Timur. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau layak melakukan hal tersebut?" ujar Ye Futian dengan nada menyindir. Orang-orang yang mendengar kata-katanya tampak tercengang. Sepertinya dua pria ini saling mengenal satu sama lain.     

Kemudian, berdasarkan pesan yang tersirat dibalik kata-kata Ye Futian, pasti hal inilah yang menjadi penyebab dari konflik di antara mereka.     

Jun Qiuyan ingin Ye Futian menjadi bawahannya dan mendampinginya ke Pulau Dewa Timur!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.