Legenda Futian

Kepercayaan Diri Elang Angin Hitam



Kepercayaan Diri Elang Angin Hitam

1Ye Futian dan kelompoknya sama sekali tidak berbasa-basi, dimana mereka mengambil semua barang berharga di pulau itu sebelum mereka pergi. Para dewa dari Pulau Dewa Timur mengundang orang-orang dari berbagai macam dunia untuk berkultivasi di pulau tersebut untuk memungkinan mereka menemukan Peluang dari Jalur Agung. Karena itulah, seiring berjalannya waktu, Pulau Dewa Timur mampu mendapatkan dan mempertahankan reputasi mereka. Setiap kali Pulau Dewa Timur mengirimkan undangan, para kultivator dari ribuan benua yang berbeda-beda akan berkumpul di Pulau Dewa Timur. Bahkan jika beberapa dari mereka akan kehilangan nyawa di tengah-tengah proses latihan, kematian mereka pasti memiliki alasan tersendiri. Peluang-peluang itu ada di sana, dan entah para kultivator dapat mendapatkannya atau tidak, semua itu bergantung pada setiap individu, karena para dewa dari Pulau Dewa Timur tidak bisa begitu saja menyerahkan semua hadiah itu pada mereka.      3

Teratai Iblis Neraka dan Teratai Neraka lainnya semuanya diberikan pada Xia Qingyuan. Dengan menempa semua teratai ini, kekuatan Jalur Agung milik Xia Qingyuan akan mencapai tingkatan yang belum pernah dia capai sebelumnya.     

"Ada berapa banyak pulau yang ada di wilayah Pulau Dewa Timur?" Ye Futian bertanya.     

"Banyak sekali," jawab Beigong Ao. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Di masa lalu, Dewa Tertinggi Donglai adalah salah satu kultivator terbaik di dunia ini. Dia adalah penguasa dari Benua Penglai. Bahkan dapat dikatakan bahwa benua-benua yang berada di sekitar Pulau Dewa Timur memperlakukannya dengan hormat. Banyak orang datang mengunjunginya di setiap tahun. Bertahun-tahun yang lalu, status yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai benar-benar tidak ada duanya. Kemampuan alkimia miliknya juga meningkatkan pengaruh dari Pulau Dewa Timur. Bisa dibilang tempat ini dipenuhi dengan peluang yang sangat menguntungkan. Menurut sepengetahuanku, kekayaan yang dimiliki oleh Pulau Dewa Timur saat itu adalah sesuatu yang tidak dapat diperkirakan oleh kebanyakan orang."     

Ye Futian mengangguk pelan. Pengaruh yang dimiliki oleh seorang Grandmaster Alkimia terkemuka adalah sesuatu yang tidak perlu dijelaskan panjang lebar.     

Para Grandmaster Alkimia sudah sangat langka di dunia ini; banyak orang ingin bertemu dengan mereka. Jadi, mudah untuk memahami posisi dan status yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai.     

"Ayo kita cari peluang lainnya," ujar Ye Futian. Perjalanan kali ini adalah sebuah kesempatan langka untuk berkultivasi bagi mereka.     

"Dewa Tertinggi Donglai adalah seorang Grandmaster Alkimia. Terlepas dari Peluang Jalur Agung yang ditinggalkan di Pulau Dewa Timur oleh beberapa sosok terkemuka lainnya, masih ada banyak lokasi yang mirip dengan Pulau Kematian sebelumnya. Tempat-tempat ini memiliki tanaman yang aneh dan menarik, selain itu apa yang tersembunyi di dalamnya adalah kekuatan Jalur Agung, yang bermanfaat untuk kultivasi seseorang," ujar Beigong Ao. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Dulu, ketika aku mengunjungi Pulau Wutong, sebuah pulau yang dipenuhi pohon wutong di dalamnya, ada juga Raja Pohon Wutong di sana. Raja Pohon Wutong ini adalah tempat peristirahatan dari monster iblis milik Dewa Tertinggi Donglai, yaitu Phoenix Magma. Burung phoenix itu mengkultivasi Api Ilahi Wutong, yaitu kobaran api ilahi dari Jalur Agung yang menentukan hidup dan mati. Itu juga merupakan kobaran api ilahi dari Jalur Agung yang digunakan oleh burung phoenix tersebut. Menurut rumor yang beredar, Api Ilahi Wutong mirip dengan Kobaran Api Matahari; terlebih lagi, kobaran api itu mengandung kekuatan penyembuh di dalamnya."     

"Kobaran api itu tidak bisa dibawa pergi?" Ye Futian bertanya.     

"Sulit untuk melakukan hal tersebut." Beigong Ao menggelengkan kepalanya. "Pulau Wutong dijaga oleh seekor binatang legendaris, yang masih termasuk dalam keturunan burung phoenix, dan monster itu sangat kuat. Aku mendengar informasi bahwa monster itu sudah memiliki Roda Ilahi tingkat keempat bertahun-tahun yang lalu. Ketika aku datang ke Pulau Dewa Timur terakhir kali, monster itu telah memiliki Roda Ilahi tingkat kelima."     

"Monster itu memiliki Roda Ilahi tingkat kelima?" ujar Ye Futian.     

"Api Ilahi Wutong dianggap sebagai kobaran api ilahi. Itu adalah kobaran api ilahi tingkat sempurna dari Jalur Agung," ujar Beigong Ao pada Ye Futian sambil menatapnya.     

Ye Futian tiba-tiba memahami maksudnya. Kekuatan phoenix yang menjaga Pulau Wutong itu setara dengan seseorang dengan Roda Ilahi tingkat kelima yang sempurna.     

Sekuat apakah seorang Renhuang dengan Roda Ilahi tingkat kelima yang sempurna?     

Sebelumnya, Ye Futian bertarung melawan seorang kultivator dari Gunung Kosong dengan tingkat kultivasi yang sama di Dunia Asal. Kepalan tinju kultivator itu benar-benar tak tertandingi dan tak tergoyahkan. Ye Futian bahkan tidak memiliki kekuatan yang mumpuni untuk melawan balik. Namun, tingkat kultivasi orang itu lebih tinggi darinya. Dia memiliki Roda Ilahi tingkat keenam yang sempurna.     

Berdasarkan apa yang dia rasakan saat itu, kultivator itu mungkin mampu mengalahkan Renhuang tingkat kedelapan dengan Roda Ilahi yang tidak sempurna.     

Hal ini menunjukkan bahwa phoenix itu mungkin berada pada tingkat kultivasi yang sama. Paling tidak, para Renhuang di tingkat ketujuh tidak akan bisa berbuat banyak untuk menghadapinya.     

"Selain itu, phoenix itu bisa meminjam kekuatan api ilahi dari Pohon Wutong," Beigong Ao menambahkan.     

"…"     

Ye Futian terdiam setelah mendengar hal itu. Beberapa pemikiran sempat terlintas di dalam benaknya sebelumnya, tetapi sekarang, semua pemikirannya itu dihancurkan tanpa ampun. Bahkan seorang Renhuang dengan Roda Ilahi tingkat kedelapan akan menghadapi bahaya saat bertarung melawan burung phoenix itu.     

"Itu benar." Kaisar Helian mengangguk dan berkata, "Menurut sepengetahuanku, seorang Renhuang biasa di tingkat kesembilan mungkin dapat menekan burung phoenix itu, tetapi masih sangat sulit untuk mengambil Api Ilahi Wutong darinya. Beberapa kultivator tingkat atas yang datang ke Benua Penglai pernah mencoba melakukan hal yang sama sebelumnya. Namun pada akhirnya, mereka jatuh ke dalam keputusasaan, dan jarang sekali ada kultivator yang berniat melakukan hal itu sekarang. Sebagian besar kultivator yang datang ke Pulau Wutong berniat untuk merasakan kekuatan kobaran api itu secara langsung, tentu saja selain berusaha membujuk burung phoenix tersebut. Namun, mereka hanya bisa bermimpi. Tidak ada seorang pun yang mampu mengimbangi perlawanan burung phoenix itu."     

Ye Futian telah menguasai Kekuatan Yin. Sudah jelas, dia mengetahui betapa mengerikannya Kekuatan Yin. Selain itu, Kobaran Api Matahari juga sama kuatnya, dimana kobaran api itu memiliki kekuatan penghancur yang bisa membakar semuanya menjadi abu. Api Ilahi Wutong pasti tidak lebih lemah dari Kobaran Api Matahari. Hal ini menunjukkan bahwa kobaran api itu jelas merupakan kobaran api dari Jalur Agung yang sangat kuat.     

"Ayo kita pergi ke sana," ujar Ye Futian. Beigong Ao mengangguk sebagai tanggapan. Kemudian kelompok itu pergi menuju lokasi lainnya. Di sepanjang perjalanan, mereka dapat melihat banyak kultivator mencari Peluang Jalur Agung mereka masing-masing di seluruh penjuru Pulau Dewa Timur.     

Lokasi Pulau Wutong mudah untuk ditemukan. Dari kejauhan, orang-orang dapat dengan mudah melihat sebuah pulau yang diselimuti oleh bayangan dari kobaran api ilahi keemasan. Seluruh bagian pulau itu dipenuhi dengan pohon wutong. Sinar-sinar dari cahaya keemasan yang tampak seperti kobaran api menerangi pulau itu, sehingga membuat penampilannya tampak luar biasa. Terlebih lagi, aura dari Jalur Agung Api yang kuat mengalir di sekitar pulau tersebut. Aura itu terasa tidak nyata, namun pada saat yang bersamaan, aura itu dapat dirasakan dengan sangat jelas.     

Kelompok Ye Futian mempercepat langkah mereka dan terus bergerak ke depan. Mereka pergi menuju bagian dalam dari Pulau Wutong. Gelombang hawa panas menyelimuti seluruh penjuru pulau, dan aura Jalur Agung Api yang menakjubkan itu memenuhi udara, sehingga membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Namun, bagi para kultivator yang berkultivasi dalam Jalur Agung Api, pulau ini dapat dianggap sebagai sebuah tempat suci.     

Mereka memandang ke depan dan samar-samar bisa melihat kerumunan kultivator di sana. Mereka mempercepat langkah dan melanjutkan perjalanan mereka ke bagian dalam pulau tersebut. Aura api di sekitar mereka menjadi semakin kuat. Bahkan ketika mereka berada di atas langit, mereka masih bisa merasakan gelombang hawa panas itu.     

Terdapat sebuah area yang berdiri sendiri di bagian tengah dari Pulau Wutong. Di area itu, berdiri sebuah paviliun api. Di sisinya terdapat sebatang Pohon Wutong yang berukuran sangat besar. Setiap helai daun dari pohon itu berwarna keemasan, seperti magma yang membeku, dan area itu dipenuhi dengan hawa panas yang menyengat.     

Dari kejauhan, Ye Futian bisa merasakan aura mengerikan yang berasal dari Pohon Wutong. Jiwa spiritualnya ingin menerobos masuk, tetapi lokasinya saat ini masih terlalu jauh, jadi jiwa spiritualnya langsung dihancurkan. Jiwa spiritualnya pun tidak bisa mendekat.     

Di samping Pohon Wutong itu, seekor burung phoenix berbulu emas yang berapi-api beristirahat di sana. Sepertinya dia sedang bermalas-malasan. Meskipun banyak kultivator berada di langit di atasnya, burung itu tampak sangat malas sehingga dia bahkan tidak memandang mereka sedikit pun. Sepertinya dia sama sekali tidak peduli pada mereka.     

Setiap sepuluh tahun sekali, kultivator-kultivator manusia akan berdatangan kemari. Dia sudah terbiasa dengan situasi ini. Tentu saja, jika seseorang ingin mati, dia juga tidak mempermasalahkan hal tersebut.     

Ye Futian memandang para kultivator yang berada di atas Pohon Wutong. Ada cukup banyak orang di sana. Terlebih lagi, jika dibandingkan dengan para kultivator di Pulau Kematian, orang-orang yang berada di sini jauh lebih kuat. Di antara mereka, ada beberapa orang dengan aura yang mengintimidasi, dan mereka mungkin telah mencapai Renhuang Plane tingkat kedelapan.     

Jika mereka tidak memiliki kekuatan yang mumpuni, mereka mungkin tidak akan berani datang ke tempat ini.     

Ketika Ye Futian dan kelompoknya tiba di sana, banyak orang memandang ke arah mereka. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena mereka segera mengalihkan pandangan mereka dan mengabaikan kelompok Ye Futian.     

"Phoenix, aku berasal dari Benua Canghai, dan aku berasal dari salah satu pasukan terkemuka di Benua Canghai. Aku juga memiliki Roda Ilahi yang sempurna. Meskipun belum tentu sebanding dengan Pulau Dewa Timur, bagaimana kalau kau ikut bersama kami menjelajahi dunia luar untuk sementara waktu? Pasti kau merasa bosan setelah berkultivasi begitu lama di sini. Ayo kita pergi ke dunia luar dan menikmati petualangan di luar sana." Pada saat ini, seorang kultivator yang masih muda berbicara pada sang phoenix.     

Benua yang memiliki nama dianggap memiliki reputasi tersendiri. Setidaknya mereka jauh lebih kuat daripada benua tempat Paviliun Dongyuan berada. Orang ini memiliki Roda Ilahi yang sempurna. Mungkin dia adalah penerus dari pasukan terkuat di Benua Canghai, yang menjelaskan dari mana dia mendapatkan kepercayaan dirinya dan bagaimana dia berani untuk meminta phoenix itu untuk pergi meninggalkan pulau ini.     

Phoenix itu menatapnya dengan sedikit mengejek. Apakah ada tempat berkultivasi lain yang bisa dibandingkan dengan Pulau Dewa Timur?     

Roda Ilahi tingkat ketiga. Bahkan jika itu adalah Roda Ilahi yang sempurna, ketika dia menerobos ke tingkat berikutnya untuk menjadi Renhuang tingkat menengah, tidak ada jaminan bahwa Roda Ilahi-nya itu akan tetap sama. Faktanya, ada kemungkinan yang cukup tinggi untuk menurunnya tingkatan dari Roda Ilahi. Apakah orang seperti ini cukup layak untuk mengundangnya pergi meninggalkan Pulau Dewa Timur?     

"Nona Phoenix memiliki bakat yang luar biasa. Sudah jelas, kau tidak akan tertarik dengan para kultivator yang datang untuk berlatih di Pulau Dewa Timur. Kami tidak ingin mengambil Api Ilahi Wutong; kami hanya mencari peluang di sini. Jika Nona Phoenix menginginkan sesuatu, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhinya," ujar seorang Renhuang tingkat kedelapan yang berdiri di samping pemuda yang berbicara sebelumnya. Meskipun dia sudah mencapai Renhuang tingkat kedelapan, dia berbicara dengan sopan, berharap dia bisa membantu juniornya untuk menemukan Peluang dari Jalur Agung.     

Meskipun ada secercah harapan, ini akan menjadi peluang besar bagi juniornya jika mereka berhasil membujuk sang phoenix.     

"Hei, phoenix betina?"     

Tiba-tiba terdengar sebuah suara di suatu tempat yang mengejutkan semua kultivator yang berada di atas langit. Dalam sekejap, semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara itu. Kemudian, mereka melihat bahwa sosok yang baru saja berbicara adalah seekor monster iblis: dia adalah hewan tunggangan Ye Futian, Elang Angin Hitam.     

Banyak orang tampak tercengang. Mereka memandang Elang Angin Hitam dengan terkejut. Phoenix ini sangat sombong. Induknya adalah rekan kultivasi dari Dewa Tertinggi Donglai di masa lalu. Sudah jelas dia sangat kuat, dan telah merasakan serta mengkultivati Api Ilahi Wutong di Pulau Wutong selama bertahun-tahun. Dia memiliki reputasi yang menakjubkan.     

Dan sekarang, Elang Angin Hitam baru saja memanggilnya...phoenix betina?     

Ketika Ye Futian mendengar apa yang dikatakan Elang Angin Hitam, dia mengerutkan keningnya. Ini benar-benar merepotkan. Sepertinya b*jingan ini telah diperlakukan terlalu baik akhir-akhir ini; dia menjadi terlalu percaya diri!     

Bulu-bulu di tubuh phoenix itu menegang. Dia mengangkat kepalanya untuk memandang Elang Angin Hitam. Kobaran api ilahi terpancar dari kedua matanya, dan dia perlahan-lahan berdiri dari tempatnya. Ekspresinya tampak serius.     

Elang Kecil merasa sangat tidak nyaman saat ditatap oleh phoenix itu. Dia melangkah mundur sampai akhirnya dia berada di belakang Ye Futian dan menundukkan kepalannya. "Phoenix betina ini sangat galak. Aku mengakui bahwa aku adalah seorang pecundang."     

Dengan demikian, Ye Futian-lah yang berada di hadapan sang phoenix.     

Ye Futian tiba-tiba memiliki dorongan untuk memukul b*jingan itu sampai mati. Hewan tunggangannya telah menimbulkan masalah, dan dia yang harus membereskan semuanya?     

"Elang satu ini memang tidak tahu sopan santun. Dia jarang didisiplinkan belakangan ini. Aku pasti akan memberinya pelajaran nanti. Nona Phoenix, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati," Ye Futian menangkupkan kedua tangannya dan membungkuk hormat ke arah sang phoenix. Elang Kecil-lah yang menimbulkan masalah ini, jadi dia tidak punya pilihan selain meminta maaf. Bagaimanapun juga, ucapan itu jelas dianggap tidak sopan terhadap sang phoenix.     

"Biarkan dia mendekat," ujar phoenix itu dengan suara manusia. Suaranya terdengar jelas, namun ada hawa dingin tersirat di dalamnya. Gelombang hawa panas mengalir di sekitar mereka dan menyelimuti area itu, bahkan suhu udara ikut meningkat.     

Tubuh Elang Angin Hitam gemetar di belakang Ye Futian. "Phoenix betina ini sangat kuat. Aku tidak mampu mengalahkannya. Aura itu terlalu mengerikan. Kami berada di tingkatan yang berbeda."     

Ye Futian merasa kesal. Dia belum melakukan apa pun sejak dia tiba di sini, tetapi mereka sudah menyinggung perasaan sang phoenix. Ini benar-benar sebuah bencana. Awalnya dia berencana untuk mengobrol santai dengan phoenix itu dan berbicara tentang kehidupannya selama ini, tetapi sekarang, dia harus membuang jauh-jauh rencananya itu.     

"Serahkan monster tak tahu sopan santun itu agar kami bisa membunuhnya," ujar seseorang di bagian samping. Dia adalah sang kultivator dari Benua Canghai. Ada kesempatan bagi mereka untuk meninggalkan kesan baik terhadap sang phoenix. Mereka mengambil kesempatan ini dan berharap upaya mereka ini bisa merebut hati sang phoenix.     

"Kata-katanya benar-benar tidak sopan, monster itu pantas mati," ujar sosok lainnya. Hal ini membuat Ye Futian mengerutkan keningnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.