Legenda Futian

Not-Not Musik di Lereng Gunung



Not-Not Musik di Lereng Gunung

2Saat ini, Ye Futian tampak duduk bersila di depan Gunung Pedang. Tidak ada lagi kultivator yang duduk di atas sembilan lempengan batu di sana.     
1

Dengan kehadiran Ye Futian di tempat tersebut, tidak ada seorang pun yang berhak untuk duduk di atas lempengan-lempengan batu itu untuk berkultivasi. Segala sesuatu yang telah terjadi di sana membuat para kultivator lainnya mengetahui batasan masing-masing. Berusaha duduk di atas lempengan-lempengan batu itu untuk berkultivasi hanya akan mempermalukan diri mereka sendiri.     

Banyak orang telah pergi sebelumnya. Namun, banyak pula yang tetap tinggal dan menyaksikan Ye Futian berkultivasi di sana.     

Seiring berjalannya waktu, mereka melihat Gunung Pedang kembali diselimuti dengan cahaya yang menyilaukan. Sembilan pedang mengelilingi tubuh Ye Futian, dan satu sosok ilusi samar-samar terlihat sedang berlatih pedang di Gunung Pedang. Namun, semua ini tampak samar dan seolah-olah tidak nyata.     

Saat ini, kedua mata Ye Futian tertutup rapat. Dia sedang beresonansi dengan Gunung Pedang, dan aura pedang mengalir ke sekujur tubuhnya. Rasanya seolah-olah aura pedang di tubuhnya adalah aura pedang yang mengalir di sekitar Gunung Pedang tersebut.     

Sebuah gambaran muncul di dalam benaknya. Di area yang luas itu, dia berdiri di sana sendirian. Dia terus menerus mengayunkan pedang di tangannya. Setiap bentuk pedang yang dia gunakan berbeda dari sebelumnya. Setelah mengayunkan pedangnya tanpa henti, sembilan bentuk pedang itu tampaknya akan bergabung menjadi satu pedang.     

Setelah pedang ini diayunkan, puluhan ribu bayangan pedang muncul dalam sekejap. Di atas langit, banyak jalur berbentuk pedang bermunculan. Beberapa di antaranya bergerak dengan cepat, dan ada pula yang bergerak dengan lambat. Setiap jalur berbeda satu sama lain. Namun, bayangan-bayangan pedang yang mengerikan itu tetap menembus ruang hampa. Ketika bayangan-bayangan pedang itu bergabung menjadi satu kesatuan, puluhan ribu bayangan pedang itu membentuk satu pedang. Pedang ini sepertinya mampu menghancurkan segalanya.     

Saat ini, cahaya pedang mengerikan yang mampu menembus langit muncul di Gunung Pedang itu. Para kultivator bisa merasakan hati mereka tiba-tiba berguncang. Kemudian mereka menatap Ye Futian. Mereka juga melihat seberkas cahaya pedang pada sosok Ye Futian. Cahaya itu langsung bergerak menuju Gunung Pedang. Di antara Ye Futian dan Gunung Pedang, banyak sosok menyerupai dirinya bermunculan. Setiap sosok itu sepertinya membawa sebilah pedang.     

*Boom*     

Seberkas kilatan petir yang mengerikan menyambar dan sepertinya berusaha mengoyak langit dan bumi. Pada saat berikutnya, para kultivator mendapati bahwa Gunung Pedang itu telah hancur. Hanya seberkas aura pedang penembus langit yang terpancar di sana.     

Ye Futian, yang awalnya duduk di sana, telah menghilang dari tempatnya semula. Ketika orang-orang kembali melihat sosoknya, dia sudah berada di puncak Gunung Pedang yang runtuh, berdiri di antara aura pedang penembus langit. Seolah-olah saat pedang itu muncul, tubuhnya telah berubah menjadi sebilah pedang dan mengikuti pergerakan pedang itu. Bahkan beberapa Renhuang tingkat atas tidak mampu melihat pemandangan ini dengan jelas.     

Pedang itu sangat kuat. Apakah ini adalah bentuk pedang tertinggi yang tersimpan di dalam Gunung Pedang? Orang-orang tampak tercengang. Ye Futian sedang menjalani penyucian oleh aura pedang saat tubuhnya bermandikan cahaya pedang. Sepertinya aura pedang itu ingin bergabung dengan Ye Futian seutuhnya.     

Sekujur tubuhnya tampaknya telah berubah menjadi sebilah pedang yang sangat tajam. Dia tidak bisa dihancurkan dan sangat kuat sekarang.     

"Gunung Pedang telah hancur. Tidak ada seorang pun yang berhasil melakukannya selama bertahun-tahun. Gunung Pedang ini sudah lama berdiri di sini, dan sekarang semuanya telah hancur," gumam seseorang sambil meratapi apa yang mereka saksikan saat ini.     

"Aku sudah empat kali berkunjung kemari sebelumnya. Selama 30 tahun, Gunung Pedang selalu berada di sini. Setiap kali aku datang berkunjung ke Pulau Dewa Timur, aku pasti datang kemari untuk memahami aura pedang. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya aku mampu memahami tujuh dari sembilan aura pedang yang ada di sini. Pada awalnya aku berpikir bahwa dalam 20 tahun ke depan, mungkin aku akan memiliki kesempatan untuk memahami semua aura pedang di Gunung Pedang ini. Aku tidak pernah membayangkan bahwa seseorang akan membuat usahaku selama puluhan tahun tampak seperti lelucon dalam satu kali percobaan," gumam seorang Tetua. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Aku merasa malu."     

"Kita semua merasakan hal yang sama. Kita bertemu satu sama lain sepuluh tahun lalu," Tetua lainnya angkat bicara. Dia menghela napas dengan pelan. Dia menjadi emosional.     

Mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan ada hari dimana Peluang dari Jalur Agung yang diwariskan di tempat ini akan runtuh. Generasi mendatang tidak akan bisa lagi memahaminya.     

Renhuang tingkat bawah ini telah menguasai dan mewarisi semua aura pedang di dalamnya dalam waktu kurang dari sehari.     

"Aku ingin tahu pedang macam apa itu. Seorang pendekar pedang terkemuka meninggalkannya di sini. Jika seseorang berhasil memahaminya, kemampuan bertarung mereka pasti akan meningkat. Pria ini telah mewarisi aura pedang tersebut. Ilmu pedangnya kemungkinan besar akan menjadi beberapa kali lebih kuat daripada sebelumnya."     

Orang-orang membahas hal ini dengan penuh antusias. Mereka sangat bersemangat saat mengetahui munculnya seorang pendekar pedang yang mengerikan di Pulau Dewa Timur, namun mereka juga kehilangan salah satu peluang dari Jalur Agung, yang kini telah dihancurkan untuk selama-lamanya. Pria ini memang memiliki bakat yang luar biasa, tetapi dia juga telah menghancurkan reruntuhan dari Jalur Agung dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Dia benar-benar kurang ajar.     

Namun, mereka juga ingin menjadi seperti dirinya. Sayangnya, mereka tidak dapat meniru kesuksesannya.     

Tubuh Ye Futian memancarkan cahaya pedang yang menyilaukan. Situasi itu berlangsung cukup lama sebelum cahaya itu perlahan-lahan meredup. Dia membuka matanya, dan bilah-bilah pedang yang tajam seperti melesat keluar dari matanya disertai dengan suara dentangan pedang.     

Satu pedang memiliki sembilan bentuk, dan sembilan pedang bergabung menjadi satu kesatuan. Tidak ada yang tahu dari mana teknik pedang ini berasal.     

Teknik pedang ini mampu mengabaikan jarak spasial dan membunuh targetnya dalam sekejap. Dengan esensi dari bentuk-bentuk pedangnya, Ye Futian mampu membunuh lawan-lawannya hanya dengan satu perintah dari pikirannya. Dia akan menamai teknik pedang ini sebagai 'Avici'.     

Ye Futian memikirkan nama dari teknik pedang ini dalam hatinya.     

Unending Void, Fleeting Divine Sword, dan Avici. Ketiga teknik pedang ini memiliki kekuatan yang luar biasa, dan pencapaian Ye Futian dalam ilmu pedang terus meningkat.     

Jika teknik Fleeting Divine Sword digabungkan dengan Avici, kekuatan yang dihasilkan mungkin akan semakin mengerikan. Dengan menggabungkan serangan jarak jauh dan jarak dekat, kombinasi keduanya pasti akan menghasilkan bilah-bilah pedang mengerikan yang akan membantai lawan-lawan mereka dalam sekejap.     

Ye Futian memandang Gunung Pedang yang telah menghilang. Kemudian dia menoleh ke arah kerumunan kultivator di sekitarnya. Melihat orang-orang memusatkan pandangan mereka padanya, dia tidak bisa menahan diri untuk tertawa dengan canggung. Dia berkata, "Maaf, Gunung Pedang hancur begitu saja!"     

Hancur begitu saja…     

Orang-orang memandang ke arah Ye Futian. Ketika mereka melihat pria ini meminta maaf dengan wajah polos, rasanya mereka benar-benar ingin menghajarnya.     

Apakah Gunung Pedang benar-benar hancur dengan sendirinya?     

Sudah jelas hal itu terjadi karena kultivasi Ye Futian. Namun, apa yang bisa mereka katakan ketika Ye Futian adalah orang yang mampu memahami aura pedang di Gunung Pedang dan memperoleh Peluang dari Jalur Agung tersebut?     

Mereka hanya bisa menghela napas dalam-dalam.     

Ye Futian kembali ke tempat Xia Qingyuan dan kelompoknya berada. Kaisar Helian dan Beigong Ao juga tersenyum saat mereka menatap Ye Futian. Pria ini bisa saja berkultivasi di tempat lain. Sekarang, dia bahkan telah merampas kesempatan orang lain untuk berkultivasi.     

"Kau benar-benar kejam," ujar Beigong Ao.     

"Saya hanya berkultivasi sendirian," ujar Ye Futian sambil mengangkat bahunya.     

"Hmm. Kau memang berkultivasi sendirian, tetapi tindakanmu itu menyebabkan orang lain tidak lagi memiliki tempat untuk berkultivasi. Untungnya, kau hanya menghancurkan Gunung Pedang ini, dan masih banyak peluang dari Jalur Agung yang tersebar di Wilayah Langit Ilusi, sehingga kultivator lain bisa menguji keberuntungan mereka di tempat lain," lanjut Beigong Ao.     

Ye Futian mengangguk dan berkata, "Kita juga harus menguji keberuntungan kita di tempat lain."     

"Hmm." Anggota kelompok Ye Futian mengangguk setuju dan pergi. Ye Futian menyebarkan auranya ke seluruh tempat. Dia ingin menemukan tempat yang cocok bagi mereka untuk berkultivasi, dan tempat itu memiliki Peluang dari Jalur Agung yang mereka butuhkan.     

Dalam waktu singkat, kelompok Ye Futian tiba di lokasi lain. Tidak jauh berbeda, ada banyak orang yang berdiri di sekitar area tersebut. Pandangan mereka tertuju pada sesuatu yang berada di depan mereka.     

Apa yang ada di depan kerumunan kultivator itu adalah sebuah lereng gunung yang berukuran sangat besar. Pada sebuah tebing, simbol-simbol berwarna emas terukir di sana. Ukiran simbol-simbol itu tampak samar dan sepertinya diukir dalam bahasa khusus. Namun, saat berdiri di sana, orang-orang bisa mendengar rapalan sutra dari Jalur Agung yang berasal darinya. Suara rapalan itu memancarkan tekanan yang kuat.     

"Bukankah ini adalah teknik Buddha?" ujar Ye Futian ketika dia merasakan aura dibalik simbol-simbol ini. Kekuatan ini sepertinya berasal dari suatu teknik Buddha.     

Melihat situasi saat ini, sepertinya para kultivator Buddha juga datang ke Pulau Dewa Timur untuk mempelajari alkimia. Hal ini membuktikan betapa menakutkannya pengaruh yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai pada masa itu.     

"Ada beberapa teks di bagian samping," Xia Qingyuan berseru sambil memandang ke sudut kanan bawah dari permukaan tebing tersebut. Ada sebaris huruf yang diukir di sana. Ye Futian mengalihkan pandangannya ke arah teks itu. Sesuai dugaannya, simbol-simbol emas ini ditinggalkan oleh seorang biksu Buddha. Dia terluka parah dan karena itulah, dia datang kemari untuk mencari pengobatan. Dewa Tertinggi Donglai telah menyembuhkan luka-lukanya. Jadi, biksu Buddha tersebut telah meninggalkan teknik Buddha disini sebagai bentuk terima kasih.     

Ada banyak orang yang berusaha memahami simbol-simbol itu dengan tenang. Ye Futian melihat seorang wanita dengan temperamen luar biasa sedang duduk bersila di antara mereka. Banyak rune Buddha yang mengelilingi tubuhnya, sehingga membuat sosoknya dikelilingi oleh Cahaya Buddha. Sosoknya tampak agung dan suci.     

Ye Futian memandang simbol-simbol yang samar itu. Dia mulai merasa seolah-olah simbol-simbol itu bukanlah teks biasa.     

Aura Jalur Agung terpancar dari tubuhnya. Dia bisa merasakan simbol-simbol emas di permukaan tebing itu dengan lebih jelas. Tatapan matanya kini menjadi sangat dalam, dan dia bisa menembus semua jenis ilusi.     

Dalam sekejap, simbol-simbol itu seperti menjadi nyata dan muncul di hadapannya.     

Ini adalah...not-not musik.     

Ye Futian berseru dalam hati. Sesuai dugaannya, simbol-simbol ini bukanlah teks biasa, melainkan not-not musik.     

Ajaran yang ditinggalkan di permukaan tebing itu adalah sebuah teknik musik. Orang-orang yang tidak mengkultivasi Jalur Agung Musik kemungkinan besar akan kesulitan untuk memahami apa pun di sana. Mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa mengenai hal tersebut.     

"Kenapa aku tidak bisa merasakan apa pun dari simbol-simbol ini?" Beigong Shuang bergumam pelan. Sebelumnya, dia masih bisa memahami aura pedang dari Gunung Pedang. Namun kali ini, dia tidak bisa merasakan apa pun yang ada di permukaan tebing ini.     

"Wajar saja jika kau tidak bisa memahaminya," ujar seseorang di bagian samping sambil tersenyum. Berapa banyak orang yang dapat memahami apa yang mereka saksikan?     

"Aku juga tidak bisa memahaminya," Beigong Ao angkat bicara. Beigong Shuang mengangguk pelan. Bahkan ayahnya juga tidak bisa memahaminya. Maka dari itu, teknik ini pasti bukan teknik biasa. Dia bertanya-tanya apakah Ye Futian bisa memahaminya atau tidak.     

Dia memandang ke depan dan melihat Ye Futian berdiri di sana. Dia berkata, "Ini adalah Jalur Agung Musik. Wajar saja jika kau tidak bisa memahaminya."     

"Jalur Agung Musik?" Beigong Shuang bertanya sambil menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya. "Apakah simbol-simbol ini berhubungan dengan suatu teknik musik?"     

"Semua ini bukanlah simbol biasa, melainkan not-not musik. Jika kau bukan seorang kultivator yang mengkultivasi Jalur Agung Musik, akan sulit bagimu untuk memahami apa pun. Kalian semua tidak perlu memahaminya," ujar Ye Futian. Beigong Shuang menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan. Dia menatap Ye Futian dan tidak bisa berkata-kata. Sebelumnya, Ye Futian pernah memainkan sebuah lagu dengan menggunakan guqin di Pulau Wutong. Berdasarkan fakta ini, sepertinya dia memang mahir dalam Jalur Agung Musik.     

Beberapa sosok di belakang seorang Renhuang perempuan mengalihkan pandangan mereka ke arah Ye Futian dan berkata, "Kau..."     

"Apakah kalian semua mengenalku?" Ye Futian bertanya.     

"Kita pernah bertemu di Wilayah Dewa Penglai," ujar orang itu sambil tersenyum. Sebelumnya, ketika perselisihan terjadi antara Ye Futian dan Jun Qiuyan di Wilayah Dewa Penglai, mereka semua berada di sana.     

Ye Futian tidak mengatakan apa pun sebagai tanggapan.     

"Aku baru saja memikirkan 'dia', dan 'dia' benar-benar datang kemari," orang itu berbicara lagi. Ye Futian mengerutkan keningnya. Dalam jangkauan auranya, sekelompok orang dalam jumlah besar mendekati mereka. Pada saat yang bersamaan, hawa dingin mengalir ke arahnya dan mengandung keinginan membunuh di dalamnya.     

Ye Futian tidak berbalik, tapi dia mengetahui siapa yang baru saja datang. Itu adalah Jun Qiuyan.     

Jun Qiuyan telah membawa banyak orang bersamanya. Sebelumnya, dia telah membeli banyak tiket masuk ke Pulau Dewa Timur. Karena itulah, ada banyak kultivator yang berada di pihaknya. Ketika mereka tiba, rombongan besar itu membuat kultivator lain yang berada di area ini merasa tertekan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.