Legenda Futian

Dewa Pohon



Dewa Pohon

2Ketika Jiang Jiuming mengatakan hal ini, banyak tatapan mata langsung tertuju ke arahnya.      3

Benda yang dicari oleh Dewa Tertinggi Donglai kala itu?     

Memangnya benda apa itu?     

Ekspresi Ye Futian tampak penasaran. Dia memandang ke arah Beigong Ao dan yang lainnya di sampingnya. Dia juga melihat Beigong Ao menggelengkan kepalanya. Sudah jelas, Beigong Ao juga tidak mengetahui hal tersebut.     

'Apakah ramuan legendaris itu benar-benar ada di sini?' Sebuah pemikiran muncul di dalam benak Shangguan Qiuye. Memang benar bahwa rumor itu sempat beredar di Benua Penglai. Ada desas-desus bahwa Pulau Dewa Timur memiliki ramuan dari Jalur Agung dan Dewa Tertinggi Donglai belum benar-benar binasa saat itu. Sebaliknya, dia berusaha bertahan hidup dengan menggunakan bantuan dari ramuan tersebut.     

Namun, banyak orang tidak mempercayai rumor tersebut. Bertahun-tahun telah berlalu. Mustahil Dewa Tertinggi Donglai masih hidup hingga saat ini.     

Pemimpin Pulau juga menatap Jiang Jiuming dengan tajam. Sepasang mata yang indah itu tiba-tiba memancarkan tekanan tak berbentuk yang mendarat pada Jiang Jiuming.     

Beberapa tahun terakhir, banyak orang memiliki rencana tersendiri untuk berkunjung ke Pulau Dewa Timur.     

Klan Jiang adalah keluarga kerajaan kuno; tidak aneh bagi Jiang Jiuming untuk mengetahui tentang hal ini.     

Hanya saja karena ada begitu banyak orang yang gagal saat itu, sudah lama sekali tidak ada orang yang mengajukan permintaan seperti itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Jiang Jiuming akan datang kemari untuk hal ini. Mungkinkah dia mengira bahwa dirinya adalah sosok yang istimewa?     

"Tingkat kultivasimu masih terlalu rendah. Jika Renhuang Jiang datang kemari, mungkin saja hal itu bisa terjadi," ujar Pemimpin Pulau sambil tersenyum. Nada bicaranya terkesan tidak ramah. Jiang Jiuming benar-benar datang kemari untuk mencari ramuan dari Jalur Agung.     

"Bagaimana saya bisa mengetahuinya jika saya tidak mencobanya?" Jiang Jiuming bertanya, tidak menghiraukan sikap yang ditunjukkan oleh Pemimpin Pulau. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Bahkan jika saya tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkannya, setidaknya saya bisa memperluas wawasan saya. Setidaknya saya ingin melihatnya secara langsung."     

"Kau yakin ingin melihatnya secara langsung?" Pemimpin Pulau terus bertanya.     

Jiang Jiuming mengangguk dan menjawab, "Sebelum datang kemari, saya telah mendengar betapa menakjubkannya ramuan tersebut. Karena itulah, saya ingin melihatnya. Saya datang ke Pulau Dewa Timur karena alasan ini. Saya berharap Pemimpin Pulau dapat mengabulkan permintaan saya ini."     

Pemimpin Pulau mengangkat gelas anggur di dekatnya dan menyeruputnya dengan bibirnya yang berwarna merah. Kemudian dia meletakkan gelas tersebut dan memandang ke arah Jiang Jiuming. Dia berdiri dari tempatnya dan berjalan ke depan. Gaunnya menjuntai di belakangnya. Dia tampak anggun dan bermartabat, seolah-olah dia adalah seorang permaisuri yang tak tertandingi.     

"Baiklah, karena tuan muda dari Klan Jiang ingin melihatnya, aku akan mengabulkan permintaanmu," ujar Pemimpin Pulau dengan lantang. "Ikutlah denganku ke area terlarang dari Pulau Dewa Timur."     

"Baik," banyak dewi memberikan tanggapan saat mereka berdiri dan mengikuti Pemimpin Pulau. Banyak kultivator saling memandang satu sama lain. Banyak orang juga mengetahui tentang masalah ini. Namun, tidak ada seorang pun yang menyinggung hal ini sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar seseorang membahasnya secara terang-terangan.     

Apakah Pemimpin Pulau akan mengizinkan mereka untuk melihatnya juga?     

Seperti apa ramuan itu sebenarnya?     

Di tempat Ye Futian berada, kelompok mereka juga saling berbisik satu sama lain. Mereka semua sedang membicarakan tentang ramuan itu. Sudah jelas, bagi sebagian besar dari mereka, ramuan dari Pulau Dewa Timur itu hanyalah sebuah rumor belaka dan tidak nyata.     

Namun, sepertinya ramuan itu benar-benar ada di sini.     

Pemimpin Pulau juga sedang memandu mereka untuk melihatnya sekarang.     

Sebagian besar dari kerumunan kultivator itu mengikuti Pemimpin Pulau dari belakang. Dalam waktu singkat, sekelompok orang tengah melintasi langit di atas Pulau Dewa Timur. Setelah beberapa saat, mereka tiba di hamparan hutan yang luas.     

Banyak kultivator bertugas menjaga tempat ini. Berbagai macam tanaman obat yang berharga dan langka tumbuh di sini.     

Mereka melesat melewati tempat ini. Ye Futian memandang ke bawah, dan dia melihat banyak tanaman langka yang pernah mereka lihat sebelumnya di Pulau Dewa Timur.     

Wilayah ini dipenuhi dengan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah.     

Saat mereka terus melaju, mereka tiba di depan sebuah gunung kuno yang menjulang tinggi. Sebuah celah terbentuk di sisi gunung ini, dan aura yang mengerikan terpancar dari dalam sana. Itu adalah aura kehidupan yang membuat semua orang merasa sangat nyaman.     

"Ramuan itu ada di dalam sana. Jika kalian menginginkannya, kalian bisa masuk untuk mengambilnya," ujar Pemimpin Pulau. Hal ini membuat orang-orang menunjukkan ekspresi aneh di wajah mereka.     

Akankah Pulau Dewa Timur mengizinkan orang asing mengambil ramuan itu dengan begitu mudahnya?     

Tentu saja, hal ini tidak mungkin terjadi.     

Pemimpin Pulau bersikap seperti ini karena ramuan itu tidak mudah diambil oleh siapa pun.     

Namun, kenapa hanya ramuan itu yang tidak bisa diambil?     

Banyak orang merasa penasaran. Ye Futian memandang ke arah Jiang Jiuming. Dia melihat bahwa ekspresi pemuda itu terlihat sangat serius. Karena dia datang kemari untuk mendapatkan ramuan tersebut, sudah jelas dia tahu lebih banyak tentang ramuan itu daripada kultivator lainnya. Dia pasti mengetahui segala sesuatu tentang ramuan tersebut.     

Dari ekspresinya, Ye Futian tahu bahwa ramuan itu tidak akan mudah didapatkan.     

Pemimpin Pulau tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya berdiri dengan tenang di bagian samping dan mengamati mereka. Kemudian, Jiang Jiuming memimpin para kultivator dari Klan Jiang untuk melangkah ke depan. Kultivator lainnya ingin mengikuti mereka, namun mereka agak ragu untuk melakukannya. Mereka khawatir Pemimpin Pulau akan marah, jadi mereka memutuskan untuk menunggu di luar.     

Kelompok kultivator dari Klan Jiang memasuki celah dari gunung kuno itu dalam sekejap. Di dalam sana, aura dari Jalur Agung yang mengerikan langsung menghalangi laju aura mereka. Mereka tidak dapat merasakan apa yang ada di dalamnya. Mereka hanya bisa melihat dengan mata mereka sendiri, tetapi mereka sama sekali tidak bisa melihat semuanya dengan jelas.     

*Boom* Suara tabrakan yang keras terdengar dari dalam retakan itu. Seolah-olah ada aliran Jalur Agung yang kuat di dalam sana.     

Berbagai macam suara terus menerus terdengar dari dalam retakan itu. Rentetan suara gemuruh terus menerus bergema. Di samping Ye Futian, Zi Feng menatap ke depan dengan dingin. Dia pernah memasuki tempat ini sebelumnya.     

Bahkan seorang kultivator dari keluarga kerajaan kuno tidak akan bisa mengambil ramuan itu.     

Seperti yang diharapkan, tidak lama berselang, orang-orang melihat beberapa sosok muncul dari dalam retakan tersebut. Mereka adalah Jiang Jiuming dan kelompoknya. Penampilan mereka tampak berantakan. Pakaian mereka tampak compang-camping, bahkan ada yang terluka di antara mereka. Seolah-olah mereka telah menjalani sebuah pertempuran besar.     

Hal ini membuat ekspresi Ye Futian tampak aneh. Bukankah ramuan itu tersimpan di dalam sana?     

Kenapa mereka muncul dalam kondisi seperti itu? Mungkinkah ramuan itu bisa memberikan perlawanan?     

Hal itu tidak mungkin terjadi. Atau mungkinkah ada monster penjaga yang melindungi ramuan itu?     

Jiang Jiuming tampak kecewa. Dia memberi hormat dengan menangkupkan tangannya pada Pemimpin Pulau dan berkata, "Terima kasih banyak atas kebaikan anda, Pemimpin Pulau."     

"Tidak masalah," jawab Pemimpin Pulau dengan santai. "Jika ada lagi yang tertarik untuk mengambilnya, kalian dapat terus mencobanya. Selama kalian bisa mengambilnya, ramuan itu akan menjadi milik kalian."     

Kata-kata ini seperti tamparan di wajah semua orang. Sudah jelas bahwa mereka tidak akan bisa mengambil ramuan itu.     

Pemandangan ini membuat ekspresi Ye Futian tampak aneh. Dari perbincangan di antara mereka, sudah jelas bahwa ramuan itu memang ada di dalam sana. Jika tidak, para kultivator dari Klan Jiang tidak akan bersikap sesopan ini.     

Meskipun ramuan itu berada di dalam sana, tidak ada seorang pun yang bisa mengambilnya.     

Bukan hanya Ye Futian. Semua orang juga merasa penasaran. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam sana.     

Pemimpin Pulau tentu saja menyadari ketertarikan yang ditunjukkan oleh semua orang. Dia memandang ke arah retakan itu dan berkata, "Jika kalian penasaran, kalian bisa masuk ke dalam dan melihatnya secara langsung. Namun, kalian harus berhati-hati."     

"Apakah benda ilahi yang ditempa oleh Dewa Tertinggi Donglai saat itu benar-benar berada di dalam sana?" seseorang bertanya.     

"Kau akan mengetahuinya jika kau masuk dan melihatnya sendiri. Karena aku telah mengizinkan kalian masuk, maka aku tidak akan keberatan. Jika kalian bersedia, kalian dapat masuk untuk melihat-lihat. Jika kalian bisa mengambil ramuan itu, aku juga tidak akan keberatan," ujar Pemimpin Pulau. Dia terlihat sangat percaya diri bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengambil ramuan itu dari area terlarang di Pulau Dewa Timur ini.     

"Kalau begitu, tidak ada salahnya bagi lelaki tua sepertiku untuk masuk dan melihat-lihat," ujar seorang Tetua sambil berjalan ke dalam retakan tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar suara tabrakan yang keras. Tidak lama kemudian, Tetua itu juga muncul kembali. Kondisinya juga tidak kalah berantakan, dan dia tersenyum masam. Banyak orang menatapnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkomentar, "Penciptanya sungguh sosok yang luar biasa. Kalian akan memahami maksud dari kata-kataku saat melihatnya secara langsung."     

Setelah mendengar kata-katanya, semakin banyak kultivator yang penasaran. Banyak sosok masuk ke dalam retakan itu satu per satu, namun tidak butuh waktu lama sebelum mereka melangkah keluar dengan kecewa. Tentu saja selain merasa kecewa, mereka juga merasa takjub. Hanya saja tidak ada satu pun dari mereka yang mengungkapkan apa yang mereka lihat di dalam sana, sehingga membuat kultivator lainnya masuk ke dalam retakan itu untuk melihatnya secara langsung.     

Melihat sosok-sosok yang keluar dari dalam retakan itu, Shangguan Qiuye, yang berada di samping Ye Futian, bertanya padanya, "Apakah kau tidak ingin masuk untuk melihatnya?"     

Ye Futian memiliki bakat yang luar biasa. Sebelumnya, dia telah mendapatkan peluang dari Jalur Agung di permukaan tebing. Jika dia memasuki retakan di gunung ini, apakah hasil akhirnya akan sama seperti sebelumnya?     

"Apakah kau ingin masuk ke dalam sana?" Ye Futian justru balik bertanya.     

"Hmm," jawab Shangguan Qiuye sambil menganggukkan kepalanya.     

"Kau bisa masuk duluan. Aku akan menunggu dan melihat perkembangan situasi," jawab Ye Futian. Shangguan Qiuye sama sekali tidak ragu-ragu dan benar-benar berjalan memasuki retakan itu.     

Namun, tidak lama kemudian, Shangguan Qiuye juga muncul kembali seperti kultivator lainnya. Kedua matanya yang indah menyiratkan kekaguman di dalamnya.     

"Apa yang ada di dalam sana?" Ye Futian bertanya.     

"Lihatlah sendiri," jawab Shangguan Qiuye tanpa memberitahu Ye Futian apa yang dilihatnya di dalam sana. Ye Futian juga tidak bertanya lagi dan menunggu di tempatnya dengan tenang. Saat sosok-sosok keluar-masuk secara bergantian, tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil mengambil ramuan tersebut. Namun yang jelas, mereka semua dibuat takjub oleh sesuatu di dalam sana.     

Ketika mereka yang telah masuk sebelumnya melihat kultivator lain muncul seperti apa yang mereka alami, mereka menghela napas lega.     

Kemungkinan besar, tidak ada seorang pun yang bisa mengambil ramuan ini. Apa yang dikatakan oleh Pemimpin Pulau memang benar adanya. Jika pemimpin dari Klan Jiang datang kemari, mungkin hanya dia yang memiliki kesempatan untuk mengambil ramuan tersebut.     

Akhirnya, tidak ada lagi yang memasuki retakan itu. Melihat hal ini, Pemimpin Pulau bertanya dengan suara keras, "Apakah ada lagi yang ingin masuk untuk melihat-lihat?"     

Tidak ada seorang pun yang menjawab. Namun pada saat ini, Ye Futian melangkah ke depan dan berkata, "Saya juga ingin memperluas wawasan saya."     

"Silahkan mencoba," jawab Pemimpin Pulau. Ekspresinya tidak berubah. Dia tidak begitu peduli akan kemunculan Ye Futian. Kemudian Ye Futian melangkah ke depan dan memasuki retakan di gunung kuno tersebut. Dia langsung memasuki gunung itu dan tiba di sebuah area yang luas.     

Ketika Ye Futian tiba di tempat ini, dia langsung merasakan aura yang sangat kuat. Ketika dia menyaksikan pemandangan di hadapannya, dia tampak takjub.     

Ada sebatang pohon berdiri di hadapannya. Itu adalah sebuah pohon ilahi raksasa dengan cabang dan dedaunan yang tak terhitung jumlahnya.     

Pohon ini tampaknya mencakupi semua jenis Jalur Agung dan memancarkan berbagai jenis aura dari Jalur Agung. Seolah-olah pohon itu mampu menampung banyak hal di dalamnya. Di dalam pohon kuno tersebut, aura Jalur Agung yang paling kuat adalah aura dari Jalur Agung Kehidupan. Ini adalah aura yang dimiliki oleh pohon kuno itu sejak awal.     

Namun, hal yang membuat Ye Futian takjub adalah fakta bahwa pohon kuno raksasa ini benar-benar menyerupai manusia. Seolah-olah pohon itu adalah satu sosok Dewa Pohon yang berukuran sangat besar.     

Pohon ilahi berbentuk manusia ini memiliki kepala, mata, lengan, tubuh, serta sepasang kaki. Penampilannya benar-benar menyerupai manusia. Saat ini, aura kehidupan yang menakjubkan bersinar dari kepala pohon berbentuk manusia ini. Sepertinya ada sebuah ramuan di sana!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.