Legenda Futian

Pemimpin Pulau Kedua



Pemimpin Pulau Kedua

0Pemimpin Pulau menatap Ye Futian dengan tajam. Tekanan dari Jalur Agung yang menimpa tubuhnya masih sangat kuat; 'apakah ramuan itu telah menyatu ke dalam tubuh pria ini?'     
3

"Apa yang kau dapatkan di sana?" dia bertanya.     

"Ramuan itu serta kekuatan kehidupan dari Jalur Agung." Begitu Ye Futian berbicara, cahaya suci berwarna hijau zamrud bersinar terang. Tubuhnya seperti telah berubah menjadi sebuah pohon ilahi dengan cabang-cabang dan dedaunan yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke seluruh tempat dan berayun-ayun di area ini. Aura Jalur Agung Kehidupan yang dipancarkan sangat pekat dan menakjubkan.     

Tubuh Ye Futian juga dipenuhi dengan cahaya hijau zamrud itu, dengan tingkat kekuatan tertinggi.     

"Ada lagi?" Pemimpin Pulau terus bertanya padanya, dan tatapan matanya tetap tertuju padanya.     

Ye Futian menatap sepasang mata yang dalam itu dan menjawab, "Dan saya telah mewarisi semua yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai."     

Begitu dia selesai berbicara, tekanan dari Jalur Agung yang tak terlihat menyelimuti area ini. Bukan hanya Pemimpun Pulau saja, namun beberapa kultivator di sebelahnya juga memancarkan aura yang sangat kuat. Dewa Tertinggi Donglai adalah tokoh panutan dari Pulau Dewa Timur. Meskipun dia telah binasa bertahun-tahun lamanya, namun orang-orang di Pulau Dewa Timur tahu bahwa dia belum sepenuhnya menghilang dari dunia ini. Mereka selalu berharap bahwa dia akan terus hidup untuk selama-lamanya, sehingga suatu hari nanti, dia bisa muncul kembali di hadapan mereka semua.     

Tapi sekarang, semua itu telah diwariskan pada Ye Futian.     

"Beliau kini telah tiada?" Kekuatan dari Jalur Agung yang mengerikan terpancar dari tubuh wanita itu, dan kekuatan yang dipancarkan terasa dingin.     

"Dia sudah tiada," jawab Ye Futian secara terang-terangan. "Dewa Tertinggi Donglai mengatakan bahwa saya sudah bisa dianggap sebagai muridnya dan dia memintaku untuk menjaga Pulau Dewa Timur di masa depan."     

"Kau, menjaga Pulau Dewa Timur?" ujar lawan bicaranya itu sambil memandang Ye Futian.     

"Saya tidak bisa melakukannya sekarang," jawab Ye Futian, "Tetapi apakah Pemimpin Pulau merasa hal itu tetap tidak mungkin terjadi, bahkan di masa depan?"     

Wanita itu terdiam saat mendengar kata-kata Ye Futian. Dia telah menyaksikan penampilan Ye Futian selama berada di Pulau Dewa Timur. Bahkan dengan kehadiran Jiang Jiuming, Ye Futian masih menjadi kultivator yang tampil paling luar biasa di Pulau Dewa Timur.     

"Jadi, reaksi yang ditunjukkan oleh Pohon Berbunga saat itu juga karena ulahmu." Dia melanjutkan kata-katanya, dan Ye Futian mengangguk, tidak menyangkal pernyataan tersebut.     

"Sebenarnya kau ini siapa? Tidak ada klan terkemuka dengan nama belakang 'Ye' di benua di sekitar Pulau Dewa Timur," Pemimpin Pulau menatap Ye Futian. Dia mencurigai identitas Ye Futian dan bertanya-tanya apakah pria ini juga datang kemari untuk mengincar ramuan dari Jalur Agung seperti Jiang Jiuming.     

"Saya adalah pemimpin dari Paviliun Dongyuan," jawab Ye Futian.     

"Paviliun Dongyuan tidak akan menerima orang sepertimu," kultivator lainnya memberikan tanggapan secara terang-terangan.     

Ye Futian menatap orang-orang di sebelah Pemimpin Pulau, yang menarik perhatiannya. Apakah dia bermaksud menyuruh bawahannya untuk pergi sebelum dia menjelaskan lebih jauh?     

"Kalian boleh pergi sekarang," Pemimpin Pulau memberi perintah. Beberapa orang memandang Ye Futian dengan tatapan dingin, lalu mereka berbalik untuk pergi. Setelah mereka pergi, Pemimpin Pulau memandang Ye Futian dan berkata, "Kau bisa menceritakan semuanya sekarang."     

Benar saja, sesuai dugaannya, pria ini bukanlah sosok biasa. Dia memiliki masa lalu yang luar biasa, karena jika tidak, dia tidak akan memintanya berbincang-bincang secara pribadi seperti ini.     

Kekuatan dari Jalur Agung yang tak terlihat menyelimuti area ini dan menyegelnya. Ye Futian memandang ke arah Pemimpin Pulau, "Karena saya telah mewarisi semua yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai, tentu saja saya mengetahui seperti apa masa lalunya. Sama seperti apa yang dia katakan, saya memang sudah bisa dianggap sebagai muridnya. Saya tidak bisa memutuskan koneksi antara saya dengan Pulau Dewa Timur. Oleh karena itu, saya dapat memberitahukan rahasia ini pada Pemimpin Pulau untuk menunjukkan ketulusan saya, tetapi saya juga berharap Pemimpin Pulau bersedia menjaga rahasia ini untuk saya."     

"Tentu saja." Lawan bicaranya itu mengangguk.     

"Sebenarnya saya datang dari Dunia Asal," ujar Ye Futian.     

"Mustahil." Pemimpin Pulau terkejut. "Bagaimana mungkin kau berasal dari Dunia Asal dengan kultivasi sekuat ini?"     

Sudah jelas, dia pernah mendengar tentang Dunia Asal sebelumnya. Karena bagaimanapun juga, Pulau Dewa Timur pernah mengalami masa kejayaan. Ayahnya memiliki reputasi yang luar biasa, dan mereka pernah membicarakan tentang hal ini sebelumnya.     

"Entah Pemimpin Pulau percaya atau tidak, saya memang berasal dari Dunia Asal; dan itu adalah fakta," lanjut Ye Futian, sementara sepasang mata yang indah dari wanita di depannya itu masih tertuju padanya. Meskipun dia mengetahui informasi tentang Dunia Asal, namun bagi sebagian besar pasukan di Prefektur Ilahi, Dunia Asal hanya dikenal sebagai mitos di mata mereka.     

Dan sekarang, pemuda di hadapannya ini berasal dari Dunia Asal.     

"Bahkan jika aku mempercayaimu, apakah hal ini juga dianggap rahasia?" Pemimpin Pulau berkata pada Ye Futian.     

"Saat itu, saya diburu oleh pasukan-pasukan terkemuka dari Prefektur Ilahi di Dunia Asal, termasuk pasukan-pasukan seperti Tanah Suci Taichu," lanjut Ye Futian, dan saat mendengar hal ini, lawan bicaranya itu tampak terkejut. Dia pernah mendengar informasi tentang Tanah Suci Taichu, meskipun mereka tidak pernah ada berurusan dengan Pulau Dewa Timur, namun sebagai salah satu pasukan terkemuka di Prefektur Ilahi, dia tahu bahwa ada pasukan bernama Tanah Suci Taichu di Prefektur Ilahi.     

Kenapa pasukan seperti itu mengejar-ngejar Ye Futian?     

"Nama asli saya adalah Ye Futian; Ye Liunian hanyalah nama samaran saya. Karena suatu masalah yang terjadi di Dunia Asal, saya menjadi sasaran bagi pasukan-pasukan di Dunia Asal dan mereka yang berasal dari Prefektur Ilahi, jadi saya melarikan diri ke Prefektur Ilahi," ujar Ye Futian.     

"Bagaimana caranya kau bisa melarikan diri dengan tingkat kultivasimu saat ini?" Pemimpin Pulau bertanya.     

"Puteri Donghuang tidak ingin melihat saya mati," jawab Ye Futian.     

"Puteri Donghuang?" Pemimpin Pulau kini mulai mempercayai cerita Ye Futian, tetapi semakin dia mendengarkan kisahnya, dia merasa bahwa kisah ini semakin tidak masuk akal. Dia merasa cerita Ye Futian hampir seperti mimpi. Seorang Renhuang tingkat bawah datang ke Pulau Dewa Timur untuk melewati ujian dan memperoleh peluang dari Jalur Agung. Namun, sosok-sosok dan pasukan yang dia sebutkan tidak dapat dijangkau oleh orang-orang di Pulau Dewa Timur; bagaimana mungkin hal ini tidak membuatnya meragukan kebenaran dari cerita Ye Futian?     

"Anda bisa melihatnya sendiri." Ye Futian mengirimkan sebuah pemikiran dari area di antara alisnya menuju lawan bicaranya itu. Dia tidak menolaknya dan melihat banyak gambaran muncul di depan matanya. Pertempuran di Dunia Asal juga ditampilkan di sana.     

Setelah menyaksikan semuanya, aura Pemimpin Pulau sedikit bergejolak saat dia menatap pria di hadapannya itu.     

Pria ini benar-benar seorang jenius. Di Dunia Asal, dia telah berinteraksi dengan pasukan-pasukan terkemuka dan dikagumi oleh Puteri Donghuang. Tidak heran sosok yang sangat berbakat seperti dirinya mampu tampil mendominasi di Pulau Dewa Timur, mendapatkan peluang dari Jalur Agung, dan mengambil ramuan dari Jalur Agung.     

"Apakah anda mempercayai saya sekarang?" Ye Futian bertanya sementara Pemimpin Pulau masih menatapnya.     

"Kenapa kau memberitahuku sebanyak ini?" Pemimpin Pulau bertanya padanya.     

Ini adalah rahasia yang dimiliki oleh Ye Futian; seharusnya dia tidak perlu menceritakan semuanya padanya.     

"Saya telah mendapatkan ramuan dan warisan dari Dewa Tertinggi Donglai; Saya sudah bisa dianggap sebagai penerusnya. Jika saya tidak bisa meyakinkan Pemimpin Pulau terkait bakat yang saya miliki, mungkin saya akan berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Sebaliknya, jika Pemimpin Pulau mengetahui semua ini, hasil akhirnya mungkin justru berkebalikan dari kondisi sebelumnya," jawab Ye Futian dengan jujur. Dia telah mempelajari segala sesuatu yang dialami oleh Pulau Dewa Timur melalui warisan dari Dewa Tertinggi Donglai.     

Pulau Dewa Timur sekarang sangat membutuhkan kekuatan, dan inilah alasan mengapa mereka menggunakan peluang dari Jalur Agung untuk menarik perhatian sosok-sosok berbakat dari dunia luar.     

Namun, tidak peduli bagaimana cara mereka dalam merekrut anggota baru, bahkan jika kekuatan Pulau Dewa Timur meningkat, masih akan ada batasan yang menghalangi mereka. Selama Pulau Dewa Timur tidak mampu menghasilkan sosok terkemuka, batasan itu akan selalu ada.     

Karena itulah, pria ini bisa saja menjadi sosok yang akan memberikan harapan baru bagi Pulau Dewa Timur.     

Setelah mewarisi semua yang dimiliki oleh Dewa Tertinggi Donglai, dan berjanji untuk menjaga Pulau Dewa Timur di masa depan, dia tidak keberatan untuk mendapatkan bantuan dari Pulau Dewa Timur.     

"Kau bisa kembali lebih dulu," ujar Pemimpin Pulau setelah berpikir sejenak. Pikirannya saat ini campur aduk, dan dia belum bisa memilah semuanya dengan baik.     

"Baiklah." Ye Futian mengangguk pelan dan pergi.     

Setelah dia pergi, Pemimpin Pulau masih menatap sosoknya yang memudar ke kejauhan dengan bingung.     

Ye Futian dari Dunia Asal.     

Ye Liunian, pemimpin dari Paviliun Dongyuan.     

Selama ini dia telah merekrut para jenius untuk Pulau Dewa Timur. Akhirnya, pada hari ini, seorang jenius yang luar biasa telah muncul, yang bakatnya bahkan dikagumi oleh putri dari Kaisar Agung. Bakat Ye Futian sudah tidak perlu diragukan lagi.     

Pria ini adalah seseorang yang mampu membuat Pohon Berbunga bereaksi hingga sedemikian rupa, menggabungkan pohon ilahi ke dalam tubuhnya, dan mampu meyakinkan Zi Feng mengikutinya untuk berkultivasi.     

Tidak peduli dari sudut pandang mana pun dia memandang masalah ini, Ye Futian adalah kandidat terbaik untuk Pulau Dewa Timur.     

Tapi, apakah dia bisa diandalkan?     

Sebelumnya saat berada di lokasi perjamuan, Ye Futian memberikan Pil Penguasaan Petir pada salah satu rekannya dengan begitu mudahnya. Dia telah tampil dengan luar biasa di Pulau Dewa Timur sebelumnya. Dia memiliki kepribadian yang lembut dan berwawasan luas, tetapi sangat kejam terhadap musuh-musuhnya.     

Mungkin hal ini sudah ditakdirkan untuk terjadi.     

Ye Futian ditakdirkan pergi mengunjungi Pulau Dewa Timur.     

"Pemimpin Pulau." Pada saat ini, sekelompok orang mendarat di samping pemimpin dari Pulau Dewa Timur. Tatapan mata mereka dipenuhi dengan kecurigaan dan pertanyaan.     

Apa yang dibicarakan oleh pria berambut abu-abu itu dengan Pemimpin Pulau?     

"Mulai hari ini dan seterusnya, Ye Liunian adalah pemimpin kedua dari Pulau Dewa Timur, dan kalian semua harus berusaha semaksimal mungkin untuk membantunya. Namun, masalah ini hanya diketahui oleh kalian dan tidak boleh dipublikasikan. Statusnya saat ini setara denganku," ujar wanita itu. Mendengar hal ini, semua orang di sekitarnya tampak sedikit terkejut, tatapan mata mereka tertuju padanya.     

Apakah hal ini mengkonfirmasi bahwa Renhuang berambut abu-abu itu adalah penerus dari Pulau Dewa Timur?     

Bahkan jika dia telah mendapatkan warisan dari Dewa Tertinggi Donglai, haruskah keputusannya dibuat secepat ini?     

"Pemimpin Pulau, apakah kita perlu mendiskusikan masalah ini lebih lanjut?" seseorang bertanya.     

"Tidak perlu, keputusanku sudah bulat, jadi tidak ada yang perlu dibicarakan lagi." Nada bicara Pemimpin Pulau terdengar tegas, dan semua orang tampak penasaran, tidak menyadari apa yang telah dibicarakan oleh keduanya. Tapi mereka tahu bahwa Pemimpin Pulau adalah sosok pemimpin yang luar biasa, yang selalu cepat dalam bertindak. Karena dia sudah membuat keputusan, mereka tidak akan meragukannya. Mereka semua mengangguk sebagai tanggapan dan pergi meninggalkan tempat tersebut.     

Pemimpin kedua dari Pulau Dewa Timur?     

Ye Futian tidak tahu apa pun tentang semua ini. Setelah dia kembali, Zi Feng bertanya padanya, "Apa yang dikatakan oleh kakak senior padamu?"     

"Tidak ada apa-apa, dia hanya menanyakan kondisiku," jawab Ye Futian sambil tersenyum.     

"Menanyakan kondisimu?" Kedua mata Zi Feng yang indah menatapnya dengan sinis. Pemimpin Pulau tidak pernah peduli pada siapa pun, apalagi pada seorang pria.     

"Mmm," Ye Futian mengangguk. "Meskipun kau berencana untuk mengikutiku berkultivasi, mungkin kau akan sering berkunjung ke Pulau Dewa Timur."     

Zi Feng tidak begitu memahami maksud dari ucapan Ye Futian barusan, dan Ye Futian tidak repot-repot menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya, pilihan seperti itu cukup berisiko. Namun, sosok sepintar pemimpin dari Pulau Dewa Timur pasti akan membuat penilaian terbaik mengenai apa pun.     

Ketika dihadapkan pada pilihan yang akan menguntungkan kedua belah pihak, tidak ada seorang pun yang akan memilih untuk kalah.     

"Kapan kita akan pergi dari sini?" Beigong Shuang menghampirinya dan bertanya pada Ye Futian.     

"Pergi?" Ye Futian memandang Beigong Shuang dan berkata, "Anggur dan hidangan dari Pulau Dewa Timur sangatlah enak. Kenapa kita harus pergi dari sini?"     

Bukankah menyenangkan untuk tinggal beberapa hari lagi dan menikmati perjamuan di sini?     

"Kau tidak berniat untuk pergi?" Beigong Shuang tampak bingung, dia tidak begitu mengerti maksud dari sikap Ye Futian ini.     

Ye Futian tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Tentu saja dia tidak akan pergi; mulai sekarang, tempat ini akan menjadi seperti halaman belakang rumahnya sendiri!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.