Legenda Futian

Bencana Bagi Klan Jun



Bencana Bagi Klan Jun

1Klan Yun juga mengalami kesulitan dalam pertempuran ini. Mereka berhadapan dengan Keluarga Shangguan, yang berada di tingkat yang sama dengan mereka. Para kultivator dari Pulau Dewa Timur juga sesekali menyergap mereka. Selain itu, kekuatan Ye Futian tiba-tiba meningkat secara drastis. Dia terus menerus membunuh para Renhuang dari Klan Jun dan membuat kesulitan yang mereka alami dapat terlihat dengan jelas.      1

Yun Mu, yang bertarung melawan Shangguan Hong, memiliki ekspresi muram di wajahnya. Aura Jalur Agung menekan mereka dari atas langit. Ekspresinya tampak dingin dan acuh tak acuh saat dia menatap Shangguan Hong di hadapannya. Dia berkata, "Keluarga Shangguan juga merupakan pasukan yang berasal dari Benua Penglai. Apakah klanmu berencana untuk duduk diam saat menyaksikan Pulau Dewa Timur kembali bangkit di Benua Penglai? Pulau Dewa Timur telah mengucilkan diri selama bertahun-tahun. Ambisi mereka kemungkinan berskala besar. Shangguan Hong, apakah kau bersedia menjadi budak mereka?"     

Shangguan Hong tetap terdiam di tempatnya, dan ekspresinya tampak acuh tak acuh. Yun Mu mencoba menghasutnya.     

Kedua belah pihak sudah lama menyimpan dendam terhadap satu sama lain. Sebelum mengetahui tentang sikap yang diambil oleh Pulau Dewa Timur, Klan Yun mungkin sudah berencana untuk bekerja sama dengan Klan Jun dan mencari kesempatan untuk melenyapkan Keluarga Shangguan. Sekarang, kata-kata yang diucapkan oleh Yun Mu menyiratkan bahwa Pulau Dewa Timur adalah musuh utama mereka.     

Shangguan Hong tentu saja mengetahui bahwa mereka bukanlah musuh dari Pulau Dewa Timur. Dia juga mengetahui alasan mengapa Pulau Dewa Timur begitu tertutup selama bertahun-tahun.     

Apalagi, jika Pulau Dewa Timur benar-benar memiliki kemampuan untuk menguasai Benua Penglai, siapa yang bisa menghalangi mereka? Bahkan pasukan-pasukan terkemuka tidak dapat melakukannya. Sekarang, Shangguan Hong hanya mengikuti perkembangan situasi.     

"Yun Mu, kenapa kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya?" Shangguan Hong bertanya. Serangan-serangan dahsyat lainnya menghantam pihak lawan dan menghempaskan tubuh Yun Mu ke belakang. Hal ini menyebabkan ekspresi Yun Mu menjadi sangat muram. Auranya menyebar ke seluruh penjuru medan pertempuran. Ye Futian masih melakukan pembantaian di medan pertempuran tempatnya berada. Seorang Renhuang tingkat kedelapan telah tewas terbunuh. Jika situasi ini terus berlanjut, maka para Renhuang dari Klan Jun perlahan-lahan akan tewas terbunuh, dan Klan Jun akan mengalami kekalahan yang menyedihkan.     

Pada saat ini, sebuah kekuatan yang dahsyat tiba-tiba menyebar dari atas langit. Cahaya suci keemasan menghujani seluruh tempat, disertai dengan munculnya istana-istana ilahi di atas langit. Ada seorang Tetua yang berdiri di antara istana-istana ilahi tersebut. Dia memusatkan pandangannya ke bawah. Auranya sangat kuat dan tak tertandingi.     

Itu adalah Tetua Agung dari Klan Jun. Mata para kultivator dari Klan Jun berbinar ketika mereka melihat siapa yang baru saja tiba. Leluhur mereka telah datang. Jun Xiaoyao memegang kekuasaan tertinggi di Klan Jun. Dia adalah pemimpin mereka saat ini. Namun, sosok terkuat di antara jajaran anggota Klan Jun adalah Tetua Agung ini. Setelah menyerahkan tongkat kepemimpinan Klan Jun pada Jun Xiaoyao, dia tidak lagi memedulikan urusan-urusan terkait Klan Jun dan menyerahkan semuanya pada Jun Xiaoyao. Tetua Agung itu kemudian pergi mengasingkan diri untuk berkultivasi dan melatih Jalur Agung miliknya. Dia ingin menerobos ke tingkat Plane berikutnya.     

Meskipun dia mengalami kegagalan selama bertahun-tahun, namun kultivasinya sudah berada di puncak Renhuang Plane. Kemampuan bertarungnya sangat mengerikan. Dia adalah sosok yang mengendalikan Klan Jun dari balik layar, sosok terkuat di antara anggota mereka.     

Selama masa-masa krisis ini, mereka tidak pernah membayangkan bahwa Tetua Agung akan datang kemari.     

Para kultivator dari Pulau Dewa Timur dan Keluarga Shangguan mengerutkan kening ketika mereka merasakan aura mengerikan yang menyebar di udara. Leluhur dari Klan Jun juga datang kemari? Auranya sangat mengerikan. Dalam sekejap, area yang luas itu diselimuti oleh kekuatan dari Jalur Agung yang dahsyat. Tetua Agung dari Klan Jun berteriak dengan penuh amarah. Kekuatan Jalur Agung yang dahsyat tampaknya telah dikerahkan ke arah mereka, menyerang pikiran banyak orang. Para kultivator bisa merasakan darah dan Qi spiritual mereka berguncang. Jalur Agung mereka juga ditekan. Semua pertarungan yang sedang terjadi di atas medan pertempuran terhenti karena teriakannya.     

Ekspresi Shangguan Hong juga sedikit berubah. Dia tidak pernah membayangkan bahwa lelaki tua ini akan keluar dari persembunyiannya dan menunjukkan bahwa dia belum mati. Sebaliknya, auranya terasa sangat kuat. Kehadirannya akan membuat mereka kesulitan.     

"Dewa Tertinggi Donglai telah binasa bertahun-tahun yang lalu. Benua Penglai saat ini sudah tidak seperti dulu lagi. Pulau Dewa Timur selama ini tidak pernah peduli dengan urusan dari dunia luar, jadi kenapa sekarang kalian semua muncul ke dunia luar?" Tetua Agung dari Klan Jun bertanya dengan suara yang mengandung kekuatan dari Jalur Agung di dalamnya dan bergema dari atas langit. Para kultivator dari Pulau Dewa Timur mengerutkan kening ketika mereka merasakan auranya. Mereka menyadari bahwa tidak ada satu pun orang di sini yang mampu melawan Tetua Agung dari Klan Jun ini.     

Saat Tetua Agung mengatakan hal ini, dia mengangkat telapak tangannya dan mengerahkannya ke bawah. Dalam sekejap, rasanya seolah-olah langit telah runtuh. Sebuah istana ilahi raksasa melesat ke bawah. Semua orang berada dalam cakupan wilayahnya. Beberapa kultivator kuat mengeluarkan kekuatan Jalur Agung masing-masing untuk menangkis serangan tersebut. Namun, upaya mereka berakhir sia-sia. Mereka tidak bisa menahan serangan yang dilancarkan oleh pihak musuh.     

"Benua Penglai memang tidak seperti dulu lagi. Meskipun Dewa Tertinggi Donglai telah binasa bertahun-tahun yang lalu, namun kau tidak pantas bersikap lancang di Benua Penglai," sebuah suara bernada dingin terdengar dari suatu tempat. Tidak lama kemudian, muncul satu sosok elegan dari pasukan Pulau Dewa Timur dengan penampilan seperti seorang permaisuri yang tak tertandingi.     

Dia mengambil satu langkah ke depan dan sosoknya langsung melintasi ruang hampa, muncul di hadapan lawannya. Seekor phoenix ilahi mengeluarkan suara pekikan yang panjang dan keras. Ilusi dari kawanan phoenix muncul di sekitar mereka. Pada saat yang bersamaan, muncul seekor phoenix yang sangat menakjubkan. Phoenix itu menyemburkan kobaran api ilahi dari Jalur Agung dan melebur segala sesuatu yang menghalangi jalannya saat dia menerjang ke arah Tetua Agung itu.     

Istana-istana ilahi mengitari tubuh sang Tetua Agung, mencegah kobaran api ilahi dari Jalur Agung itu menyentuhnya. Namun, phoenix ilahi yang berukuran sangat besar itu terus menerus menyemburkan api dan kobaran api itu menyebar ke seluruh tempat, hingga menyelimuti istana ilahi tersebut, yang langsung meleleh dan hancur.     

Itu adalah Api Ilahi Wutong. Semua orang memandang api ilahi tersebut. Itu adalah api ilahi yang diciptakan oleh Dewa Tertinggi Donglai. Kobaran api itu sangat mengerikan dan merupakan kobaran api penghancur yang tidak akan pernah padam. Namun, Api Ilahi Wutong juga memiliki kemampuan untuk memberikan energi kehidupan.     

"Apa yang kau katakan tidak salah. Karena kau telah mengasingkan diri untuk berkultivasi, akan jauh lebih baik jika kau tetap mengasingkan diri. Lagipula kau telah berhasil hidup begitu lama. Kenapa kau ingin menjemput ajalmu sendiri sekarang?" ujar wanita itu saat rambutnya berkibar tertiup angin. Penampilannya tampak anggun dan mengintimidasi. Suaranya mengandung ketegasan di dalamnya. Di bawah pengaruh kobaran api yang terus menyala, istana-istana ilahi itu dilebur dan dihancurkan sedikit demi sedikit, sehingga menyebabkan Tetua Agung dari Klan Jun itu mengerutkan keningnya.     

Kobaran api ini hampir mendekati kesempurnaan.     

Dia sangat kuat. Orang-orang tampak terkejut saat menyaksikan pemandangan ini. Tetua Agung dari Klan Jun mungkin tidak bisa menahan kekuatan dari kobaran api ini. Tetua Agung ini memang memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi dalam sekejap mata, dia telah dipojokkan oleh orang lain.     

'Apakah wanita itu adalah seorang Renhuang dengan Roda Ilahi yang sempurna?' Beberapa orang berpikir dalam hati.     

Sepertinya bukan. Jika dia adalah seorang Renhuang tingkat kesembilan dengan Roda Ilahi yang sempurna, maka dia akan menjadi sosok yang tak tertandingi. Tetua Agung dari Klan Jun tidak akan bisa melawannya dan akan dibunuh dalam sekejap. Dia pasti telah menggabungkan Api Ilahi Wuting ke dalam dirinya sehingga kekuatannya bisa menjadi semengerikan ini.     

*Boom*     

Tatapan mata Tetua Agung dari Klan Jun tampak sedingin es. Dia mampu ditekan oleh seorang gadis. Dia telah hidup begitu lama, bahkan Dewa Tertinggi Donglai berasal dari generasi yang sama dengannya. Tentu saja, meskipun mereka berasal dari generasi yang sama, status mereka jelas berbeda satu sama lain.     

Namun pada saat ini, penerus dari Dewa Tertinggi Donglai berhasil memojokkannya.     

Istana ilahi yang tak terhitung jumlahnya mengelilingi mereka. Sebuah pemandangan yang menakjubkan muncul di atas langit. Dia berteriak dengan keras dan mengangkat tangannya ke depan. Dalam sekejap, istana-istana ilahi yang mengelilingi mereka dikerahkan dengan membawa kekuatan yang tak tertandingi di dalamnya menuju tempat dimana pemimpin dari Pulau Dewa Timur berada.     

Namun, pada saat yang bersamaan, Pemimpin Pulau mendengus dengan dingin. Sebuah pohon ilahi muncul secara tiba-tiba. Itu adalah Raja Pohon Wutong. Pohon itu menutupi langit dan menghalangi matahari. Setiap helai daun yang tumbuh pada pohon tersebut mengandung kekuatan api ilahi di dalamnya. Seluruh bagian dari Raja Pohon Wutong diselimuti oleh kobaran api yang menyebar dengan cepat. Kobaran api itu menutupi langit dan menyelimuti istana-istana ilahi yang turun dari atas langit.     

Istana-istana ilahi itu menekan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Namun pada saat ini, mereka diselimuti oleh dahan-dahan dan dedaunan dari pohon kuno tersebut. Kekuatan dari istana-istana ilahi itu terus melemah. Selain itu, kobaran api tersebut membakar semua istana itu dan menyebabkan mereka melebur menjadi ketiadaan sebelum mereka berhasil mencapai tempat Pemimpin Pulau berada.     

*Whoosh* Jubah phoenix berwarna merah yang dikenakan oleh Pemimpin Pulau berkibar tertiup angin saat rambutnya menjuntai di udara. Raja Pohon Wutong semakin membesar. Dedaunan yang tak terhitung jumlahnya berguguran dari pohon ilahi yang terus membesar itu. Mereka bergerak menuju targetnya dan membentuk sebuah badai yang mengerikan.     

Dalam sekejap, dedaunan itu berubah menjadi bulu-bulu phoenix yang berapi-api. Seekor phoenix ilahi telah muncul dan langsung menyelimuti sosok Tetua Agung dari Klan Jun. Phoenix itu menyemburkan kobaran api yang menerjang tempat dimana Tetua Agung itu berdiri.     

Sosok Tetua Agung itu melesat, dan istana-istana ilahi masih mengitari tubuhnya. Dia ingin menerobos keluar dari area Jalur Agung ini. Namun, saat phoenix itu menyemburkan api, Raja Pohon Wutong yang menutupi langit dan menghalangi matahari itu mengincarnya. Pohon itu menyelimuti area ini dan menyegelnya dengan sempurna, membentuk sebuah area dari Jalur Agung yang dipenuhi oleh kobaran api ilahi di dalamnya.     

Nasib sang Tetua Agung dari Klan Jun tidak berakhir dengan baik. Para kultivator yang menyaksikan pemandangan ini berpikir dalam hati. Pemimpin dari Pulau Dewa Timur ini memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa. Area api ilahi dari Jalur Agung miliknya telah mengurung lawannya dengan sempurna. Teknik itu sudah cukup untuk membunuhnya.     

Ketika para kultivator dari Klan Jun menyaksikan pemandangan ini, mereka tampak sangat gelisah. Banyak dari mereka memiliki wajah yang pucat. Jika sang Tetua Agung dibakar sampai mati oleh kobaran api tersebut, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?     

Klan Jun akan menghadapi sebuah bencana.     

Tidak ada yang menyangka bahwa kekuatan Pulau Dewa Timur akan menjadi semengerikan ini. Pemimpin Pulau yang merupakan penerus dari Dewa Tertinggi Donglai ini tidak pernah muncul di hadapan publik, dan sekarang, dia telah menunjukkan bahwa kekuatannya sangatlah menakjubkan.     

Area api ilahi dari Jalur Agung itu kini tampak memudar. Di dalam area tersebut, Tetua Agung dari Klan Jun itu tampaknya mengalami kesulitan. Dia ingin melarikan diri, tetapi Roda Ilahi berbentuk Raja Pohon Wutong itu telah menutupi langit dan menyegel area ini. Jika dia tidak bisa menahan kekuatan api ini, hanya ada satu kemungkinan yang menantinya: kematian.     

"Sepertinya aku memang sudah tua. Klan Jun akan menyerah dan pergi dari sini. Jika kami bertemu dengan para kultivator dari Pulau Dewa Timur di masa depan, kami tidak akan mengganggu kalian," sebuah suara terdengar dari dalam area tersebut. Tetua Agung dari Klan Jun yang begitu mengintimidasi mulai menunjukkan kelemahannya dalam sekejap mata.     

Suara ini menyebabkan para kultivator dari Klan Jun tertegun. Sepertinya mereka memahami apa yang sedang terjadi saat ini.     

"Apakah kau sedang bermimpi?" Pemimpin Pulau menjawab dengan acuh tak acuh. Kobaran api miliknya menjadi semakin panas.     

"Apa yang kau inginkan?!" sang Tetua berteriak, suaranya sedikit berubah.     

"Karena kau telah datang kemari, maka tetaplah berada di sini," ujar Pemimpin Pulau dengan suara yang masih mengintimidasi. Tidak lama kemudian, terdengar jeritan penderitaan yang menyedihkan. Nada bicara sang Tetua menjadi semakin gelisah saat dia berkata, "Di masa depan, Klan Jun bersedia tunduk di bawah komando dari Pulau Dewa Timur."     

"Tidak perlu."     

Jawaban yang dia dapatkan masih disampaikan dengan nada sedingin es. Pada detik berikutnya, suara jeritan yang menyedihkan kembali bergema di udara. Para kultivator dari Klan Jun bisa merasakan jantung mereka berdegup kencang. Sepertinya mereka sudah bisa menebak hasil akhir dari konflik ini.     

Jika sang Tetua Agung tewas terbunuh, bagaimana caranya mereka bisa membalikkan keadaan?     

Di antara kerumunan kultivator, Ye Futian juga memandang ke arah pemimpin dari Pulau Dewa Timur. Apa yang dia saksikan hari ini mungkin hanya sebagian kecil dari kekuatan Pulau Dewa Timur yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, pertempuran berskala besar ini bukanlah masalah besar bagi Pulau Dewa Timur.     

Nasib Klan Jun sudah ditentukan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.