Legenda Futian

Membunuh Tanpa Pandang Bulu



Membunuh Tanpa Pandang Bulu

0Di kejauhan, banyak kultivator kuat menyaksikan pemandangan di depan mata mereka dengan terkejut. Meskipun para kultivator dari berbagai macam benua ini tidak memiliki koneksi dengan sosok-sosok terkemuka, namun setelah mereka mencapai Renhuang Plane, mereka telah melihat banyak kultivator jenius sebelumnya.      1

Akan tetapi, mereka belum pernah melihat Renhuang tingkat bawah sekuat ini sebelumnya.     

Orang-orang yang menyerangnya semuanya adalah Renhuang tingkat ketujuh, dan mereka juga anggota inti dari Klan Jun, yang merupakan salah satu pasukan terkemuka dari Benua Penglai. Beberapa kultivator kuat mengepungnya, dan mereka menyerang secara bersamaan dengan resonansi Jalur Agung di antara mereka, namun serangan mereka langsung dibalas dan mereka pun tewas terbunuh. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa melarikan diri.     

Sejak kapan seorang Renhuang tingkat bawah bisa memiliki kekuatan yang begitu luar biasa?     

Hal ini membuat mereka merasa bahwa wawasan mereka belum cukup luas.     

"Teknik macam apa itu?" Para kultivator dari berbagai macam benua saling berdiskusi satu sama lain, terkejut dengan kemampuan bertarung yang ditunjukkan oleh Ye Futian.     

"Dalam serangan mendadak yang dia keluarkan, dia telah menunjukkan setidaknya tiga kemampuan dari Jalur Agung." Beberapa orang tampak tidak bisa berkata-kata. Apalagi, setiap kemampuan dari Jalur Agung yang dia gunakan sangat mengerikan.     

"Ada lebih dari..." bisik orang di sebelahnya, dan kultivator-kultivator lainnya setuju dengannya.     

Ilmu pedang, Jalur Agung Musik, Jalur Agung Api, Kekuatan Yin... dan Pohon Ilahi itu.     

Setiap kemampuan yang dia tunjukkan sangat mengerikan. Terlebih lagi, Roda Ilahi dari Jalur Agung miliknya pasti sempurna. Tidak ada seorang pun yang meragukan hal itu. Kalau tidak, mustahil baginya untuk memiliki kemampuan bertarung semacam ini.     

Jangankan mereka, bahkan para kultivator yang telah menyaksikan serangan Ye Futian sebelumnya di Pulau Dewa Timur juga tampak tercengang. Meskipun Ye Futian mampu membunuh Renhuang tingkat ketujuh ketika dia berada di Pulau Dewa Timur, namun dia mampu melakukannya dengan lebih mudah sekarang. Atau lebih tepatnya, dia bisa melakukannya dengan cara yang lebih kejam dan tak kenal ampun.     

Hal ini membuat orang-orang berpikir bahwa Renhuang tingkat ketujuh hanya seperti kawanan semut di mata Ye Futian dan bisa dihancurkan dengan satu jentikan jari.     

Namun, pada kenyataannya, Renhuang tingkat ketujuh termasuk dalam golongan Renhuang tingkat atas dan berdiri di jajaran Renhuang terkuat. Dalam cakupan Prefektur Ilahi, mereka pasti sudah bisa dianggap sebagai sosok-sosok terkuat di Prefektur Ilahi. Namun pada saat ini, mereka terlihat sangat rapuh.     

Namun pandangan mengenai siapa yang dianggap kuat juga akan bergantung pada siapa sosok yang menjadi pembandingnya.     

Melihat tewasnya kultivator-kultivator kuat itu, ekspresi para Renhuang dari Klan Jun juga tampak muram. Apakah dia benar-benar sekuat itu? Seberapa besar potensi dari kekuatan yang mampu membuat tubuh mereka merinding ini?     

Tidak heran Pulau Dewa Timur bersikeras melindunginya dan tidak ragu-ragu untuk menyatakan perang dengan mereka.     

Jun Qiuyan berada di barisan paling belakang. Orang-orang yang baru saja tewas terbunuh adalah anggota klannya, anggota keluarganya sendiri. Karena insiden ini, mereka semua tewas di tangan Ye Futian. Hatinya kini terasa campur aduk. Ada kebencian, dendam yang mendalam, dan semua ini disebabkan oleh Ye Futian.     

Tapi ada juga penyesalan di dalam hatinya. Jika dia tidak bersikap sombong saat berada di Danau Dewa Penglai dan tidak memprovokasi Ye Futian, atau tidak lagi membahas masalah tersebut, maka semua ini tidak akan pernah terjadi.     

Saat menyaksikan situasi yang ada di hadapannya, dia menyadari bahwa dia telah membawa bencana bagi keluarganya, bencana yang akan menghancurkan seluruh keluarganya.     

Apalagi, mereka sudah ditakdirkan untuk tidak bisa melarikan diri dari situasi tersebut. Mereka hanya bisa menghadapinya.     

Di dunia kultivasi, ketika seseorang menjadi rapuh, tidak ada seorang pun yang akan memaafkan kesalahan mereka dan menunjukkan belas kasihan; mereka akan dibasmi hingga ke akar-akarnya untuk menghilangkan potensi terjadinya masalah di masa depan.     

"Bunuh dia!" Jun Xiaoyao, yang sedang bertarung, berteriak dengan keras. Meskipun dia sedang sibuk bertarung, dia masih bisa melihat medan pertempuran tempat Ye Futian berada. Dia mampu melakukan hal tersebut hanya dengan membagi jiwa spiritualnya. Melihat kekuatan yang dimiliki oleh Ye Futian, selain dia tidak ingin mundur, tekadnya justru menjadi semakin bulat. Ye Futian harus dibunuh agar Pulau Dewa Timur mundur dari pertempuran ini. Jika tidak, Pulau Dewa Timur akan berperang habis-habisan demi kultivator jenius ini.     

Bahkan sebagai seorang Renhuang tingkat kesembilan, setelah menyaksikan pertempuran Ye Futian dengan mata kepalanya sendiri, Jun Xiaoyao harus mengakui bahwa pria ini mungkin adalah Renhuang tingkat bawah paling hebat yang pernah dia temui.     

"Kenapa kau menghalangi jalanku?" Dia menatap lelaki tua di hadapannya. Matriks yang dibentuk oleh lawannya menutupi langit dan menahannya di area ini. Tidak ada cara baginya untuk membunuh Ye Futian, jadi dia hanya bisa memerintahkan kultivator-kultivator kuat lainnya untuk melakukannya.     

"Jun Xiaoyao, kali ini kau berada di pihak yang salah," lelaki tua itu menjawab. Memang benar bahwa Klan Jun adalah salah satu pasukan terkemuka di Benua Penglai, namun mereka seharusnya tidak memilih untuk memulai perang di luar Pulau Dewa Timur. Meskipun dia bisa memahami sikap yang ditunjukkan oleh Klan Jun, dimana banyak sosok-sosok terkemuka mereka tewas terbunuh di Pulau Dewa Timur. Selain itu, Jun Qiuyan, putra dari Jun Xiaoyao, dihancurkan kultivasinya, jadi Klan Jun merasa sangat penting bagi mereka untuk membunuh Ye Futian.     

Namun waktunya tidak tepat. Jun Xiaoyao seharusnya tidak bertindak sembrono. Kecuali dia berharap bahwa Pulau Dewa Timur tidak akan berani bertarung, kehadirannya akan memaksa Pulau Dewa Timur mengerahkan kekuatan terbaik mereka. Dengan cara itu, dia akan membuat Klan Jun tidak punya cara untuk melarikan diri.     

Sekarang, Pulau Dewa Timur telah memilih untuk berperang, dan Klan Jun tidak bisa mundur, bahkan jika mereka ingin melakukannya.     

"Apakah ada pihak yang benar atau pihak yang salah di dunia ini?" Jun Xiaoyao berkata dengan suara keras. Suaranya mengguncang udara, dan kekuatan Jalur Agung miliknya menyebar ke seluruh tempat. Istana ilahi yang tak terhitung jumlahnya turun dari atas langit, mencoba untuk menekan dan menghancurkan ruang hampa.     

Para kultivator kuat dari Klan Jun tewas terbunuh di Pulau Dewa Timur. Bisakah Klan Jun memilih untuk menghindari pertarungan karena keterlibatan Pulau Dewa Timur di dalamnya?     

Bahkan jika kedua belah pihak berhadapan, dalam peraturan yang dibuat oleh Pulau Dewa Timur, pembantaian tetaplah pembantaian. Tentu saja mereka ingin membalas dendam. Dunia kultivasi memang seperti ini. Tidak ada pihak yang benar maupun pihak yang salah, yang ada hanyalah perbedaan dalam sudut pandang.     

"Karena pemikiran satu orang, situasi di Benua Penglai akan mengalami perubahan. Kenapa kau memilih cara seperti ini?" lelaki tua itu memberikan tanggapan. Dalam sekejap, sihir matriks yang tak terbatas dikeluarkan dengan disertai oleh seberkas cahaya yang melesat ke arah langit dan bertabrakan dengan istana ilahi yang bergerak ke bawah.     

Di sisi lain, pertarungan antara Shangguan Hong dan Yun Mu juga berlangsung sengit. Keduanya adalah Renhuang tingkat kesembilan. Langit dan bumi berguncang saat mereka bertarung. Sementara itu, para kultivator dari Keluarga Shangguan dan Klan Yun juga bertarung dengan sengit di lokasi yang berbeda-beda.     

Area perbatasan dari Pulau Dewa Timur kini berubah menjadi medan pertempuran yang mengerikan.     

Setelah Jun Xiaoyao memberi perintah, semakin banyak kultivator kuat yang bergerak ke arah Ye Futian, berniat untuk membunuh Ye Futian dengan mengepungnya. Beberapa dari mereka menyerang dengan kemampuan Jalur Agung masing-masing dari udara, tetapi ada banyak kultivator kuat di sekitar Ye Futian yang menghadang mereka. Pulau Dewa Timur jelas tidak akan kekurangan kultivator. Karena bagaimanapun juga, ini adalah wilayah kekuasaan mereka.     

Bai Mu memandang ke arah medan pertempuran sambil memikirkan perintah dari gurunya. Hawa dingin terlintas di matanya, dan dia membuka mulutnya, "Hari ini, Klan Jun dan Klan Yun ingin membunuh tamu terhormat dari Pulau Dewa Timur, yang merupakan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di Pulau Dewa Timur. Sekarang karena perang telah dimulai, kalian semua tidak perlu lagi menahan diri. Bunuh semua orang yang melawan Pulau Dewa Timur."     

Dari semua Renhuang yang diundang kemari oleh Pulau Dewa Timur, banyak yang tidak bertarung secara maksimal dan menyembunyikan kekuatan mereka; mereka semua seperti menahan diri. Bagaimanapun juga, mereka tidak tahu bagaimana masalah ini akan berakhir, dan tanpa adanya perlindungan dari Pulau Dewa Timur, jika Klan Jun ingin berurusan dengan mereka di masa depan, itu akan menjadi ancaman yang mengerikan bagi mereka.     

Namun, kata-kata Bai Mu sepertinya mampu meyakinkan mereka.     

Bunuh semua orang yang melawan mereka.     

Di masa depan, Klan Jun mungkin akan lenyap.     

Ketika mereka memikirkan hal ini, mereka juga mengambil keputusan, dan aura yang terpancar dari tubuh mereka menjadi semakin mengerikan. Mereka tidak lagi menahan diri dan mulai membunuh tanpa pandang bulu.     

Dari suatu arah, beberapa Renhuang sedang bergerak ke arah Ye Futian untuk membunuhnya, tetapi mereka dihadang oleh sederet kultivator yang mengeluarkan kobaran api dari Jalur Agung pada saat yang bersamaan. Dalam sekejap, langit dan bumi berubah menjadi dunia api, membakar deretan pegunungan dan membuat lautan mendidih. Pancaran api ilahi yang mengerikan melesat ke atas langit saat lawan mereka tampaknya telah terkubur di dalam lautan api.     

Para kultivator kuat itu juga mengeluarkan kekuatan dari Jalur Agung yang mengerikan, namun kobaran api itu menyebar ke arah yang berbeda-beda. Kultivator-kultivator kuat itu bergegas membentuk segel pada saat yang bersamaan, dan dalam sekejap, sebuah tungku dari Jalur Agung muncul di area yang dipenuhi oleh kobaran api dari Jalur Agung yang mampu melebur segalanya.     

Dari arah lainnya, langkah kelompok kultivator kuat lainnya yang juga mengincar Ye Futian terhenti. Sekelompok dewi dari Pulau Dewa Timur menghadang mereka. Mereka juga mengeluarkan aura masing-masing, dan kekuatan kehidupan yang kuat terpancar dari tubuh mereka. Beberapa dewi mengeluarkan pohon-pohon kuno dari Jalur Agung; itu adalah Roda Ilahi milik mereka yang langsung bergerak menuju kelompok lawan dan memenuhi seluruh tempat.     

"Sepertinya Klan Jun tidak akan bisa membunuhnya." Para penonton dapat membaca situasi pertempuran tanpa berpihak pada siapa pun. Para kultivator dari berbagai macam benua ikut menyaksikan pertempuran dari kejauhan dan dapat melihat situasi pertempuran dengan jelas. Kubu Pulau Dewa Timur berada dalam posisi yang menguntungkan karena tempat ini merupakan wilayah kekuasaan mereka. Dari sudut pandang para penonton, Pulau Dewa Timur memiliki keuntungan mutlak. Dapat dikatakan bahwa mereka telah memegang jalannya pertempuran ini. Jika mereka tidak mengirimkan sekelompok dewi untuk menghampiri Ye Futian sebelumnya, para kultivator kuat itu mungkin tetap tidak akan bisa mendekatinya.     

Melihat situasi saat ini, orang-orang dapat melihat bahwa setelah Ye Futian membunuh kelompok kultivator kuat itu, dia berdiri sendirian di tengah-tengah medan pertempuran. Kecuali beberapa hembusan angin dari kemampuan Jalur Agung yang bertiup ke arahnya, tidak ada Renhuang atau serangan yang mampu mendekatinya; mereka semua langsung dihancurkan.     

Hal ini menciptakan suasana yang aneh. Ye Futian berdiri di sana sendirian, dan tidak ada seorang pun yang mampu bertarung melawannya. Saat dia berdiri di tengah-tengah medan pertempuran, dia tampak seperti tidak tahu harus berbuat apa...     

Ye Futian sendiri juga merasa tertekan. Pulau Dewa Timur telah merencanakan semuanya dengan matang dan melindunginya dengan sangat baik sehingga pertahanannya tidak bisa ditembus. Tapi hal ini membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa di tengah badai pertempuran yang terjadi di sekitarnya. Dia tidak melakukan apa-apa saat dia menyaksikan pertempuran di sekelilingnya.     

Beigong Ao dan Kaisar Helian masih mendampinginya. Mereka melindungi Ye Futian dari sisi kiri dan kanannya. Namun pada kenyataannya, mereka tahu bahwa dengan kemampuan Ye Futian, dia tidak lagi membutuhkan perlindungan dari mereka. Beigong Ao mungkin masih lebih kuat darinya, tetapi Kaisar Helian jelas bukan tandingan bagi Ye Futian. Pertempuran yang terjadi sebelumnya sudah bisa membuktikan hal ini.     

Tatapan mata Ye Futian tertuju pada salah satu medan pertempuran, lalu tubuhnya bergerak. Meskipun Pulau Dewa Timur melindunginya, dia tidak bisa berdiri di sini dan menyaksikan pertempuran dengan tenang. Dengan kekuatannya saat ini, hanya segelintir orang dari kubu lawan yang mampu mengancam nyawanya. Selama pergerakan kultivator terkuat di kubu lawan dapat ditahan, maka tidak seorang pun yang bisa menjadi ancaman baginya.     

Saat ini, tubuhnya berubah menjadi seberkas cahaya, dan di satu arah, para kultivator dari kedua belah pihak saling bertarung ketika mereka tiba-tiba merasakan sebuah aura pedang yang kuat mendekati mereka. Ekspresi para kultivator kuat dari Klan Jun langsung berubah. Ketika mereka menoleh, mereka melihat sebilah pedang cahaya melintas. Setelah itu, darah bercipratan saat banyak orang tewas terbunuh secara berurutan.     

Namun, tubuh Ye Futian tidak berhenti. Pedang cahaya yang menakjubkan itu menembus ruang hampa dan muncul di medan pertempuran lainnya dalam sekejap. Pedang cahaya ilahi lainnya muncul di area tersebut. Suara sayatan terus menerus terdengar saat darah bercipratan di udara. Beberapa Renhuang lainnya langsung tewas terbunuh karena pergerakan pedang cahaya itu terlalu cepat.     

Di kejauhan, mereka yang menyaksikan pertempuran ini hanya bisa melihat pedang cahaya ilahi itu melesat mengitari medan pertempuran, dan kemana pun cahaya itu melintas, darah akan bercipratan, disertai dengan tewasnya para Renhuang dari pasukan lawan.     

Pemandangan ini membuat hati mereka menjadi gelisah. Saat ini para Renhuang terlihat seperti kawanan semut dan dibantai tanpa ampun. Dalam waktu singkat, mereka tidak tahu berapa banyak Renhuang yang telah dibunuh oleh Ye Futian.     

Jika situasi ini terus berlanjut, maka tidak ada satu pun Renhuang dari Klan Jun yang tersisa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.