Legenda Futian

Konflik Terselesaikan



Konflik Terselesaikan

2Jun Qiuyan merasa pengalamannya akhir-akhir ini terasa tidak nyata. Sebelumnya dia adalah tuan muda dari Klan Jun, yang merupakan salah satu pasukan terkemuka di Benua Penglai. Statusnya sangat tinggi, dan bakatnya begitu luar biasa. Dia juga seorang kultivator kuat yang berada di tingkat Renhuang Plane. Dia memiliki reputasi tersendiri di Benua Penglai.      3

Dia juga telah membuat persiapan dengan matang dalam menghadapi perjalanan ke Pulau Dewa Timur kali ini. Dia berharap bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan peluang dari Jalur Agung di Pulau Dewa Timur dan meningkatkan kemampuannya sendiri.     

Namun, dia justru berakhir dalam kondisi seperti ini.     

Tubuhnya lumpuh, dan klannya akan menghadapi bencana yang dapat melenyapkan mereka. Tetua Agung mereka sedang diselimuti oleh kobaran api sekarang. Jeritan kesakitan dari sang Tetua Agung bisa didengar di atas medan pertempuran. Hal ini membuat wajahnya menjadi pucat pasi. Apakah kehancuran Klan Jun disebabkan karena dia telah melibatkan mereka ke dalam masalah ini?     

Kenapa hal ini bisa terjadi?     

Bagaimana mungkin seorang Renhuang tingkat bawah, yang tingkat kultivasinya berada di bawah Jun Qiuyan, mampu memengaruhi nasib Klan Jun, yang merupakan salah satu pasukan terkemuka di Benua Penglai?     

*Boom* Di atas langit, kobaran api ilahi melahap segalanya. Dedaunan dari pohon wutong yang tak terhitung jumlahnya menari-nari di udara. Saat dedaunan itu beterbangan ke permukaan tanah, tidak ada sosok yang terlihat di dalamnya. Sosok Tetua Agung dari Klan Jun telah menghilang. Hanya ada pemimpin dari Pulau Dewa Timur yang masih berdiri di atas langit. Di belakangnya, ada sebuah bayangan raksasa dari phoenix ilahi yang telah menyatu dengan langit.     

Semuanya telah berakhir.     

Selain tidak mampu mengubah jalannya pertempuran, kehadiran Tetua Agung dari Klan Jun malah memancing Pemimpin Pulau untuk mengeluarkan kekuatan sejatinya. Dia tewas di tempat, dan hasil akhir dari pertempuran ini sudah bisa ditebak.     

Hembusan angin bertiup kencang, dan dedaunan dari pohon wutong yang tak terhitung jumlahnya menari-nari di udara. Setiap helai daun itu mengandung kekuatan api dari Jalur Agung di dalamnya saat mereka menyebar ke seluruh tempat. Dalam sekejap, dengan menjadikan sosoknya sebagai titik pusat, seluruh dunia tampak berubah menjadi dunia api, seolah-olah area tersebut telah diselimuti oleh kekuatan api ilahi dari Jalur Agung yang tak berbentuk.     

"Mundur," Jun Xiaoyao memberi perintah. Dia bisa merasakan bahwa api ilahi dari Jalur Agung ini berada dimana-mana dan telah menutupi bagian langit ini. Tidak ada tempat untuk melarikan diri kecuali mereka bisa membatasi pergerakan lawan mereka.     

*Whoosh*     

Area ini sepertinya telah dipenuhi oleh kobaran api. Bayangan raksasa dari seekor phoenix ilahi telah muncul dan turun dari atas langit. Sosoknya begitu besar hingga menutupi langit di tempatnya berada. Ekspresi para Renhuang dari Klan Jun berubah secara drastis. Mereka mendapati bahwa kekuatan api telah mengepung mereka.     

Para Renhuang dari Klan Jun naik ke atas langit secara bersamaan saat mereka mencoba untuk melarikan diri. Namun pada saat ini, semuanya sudah terlambat. Di atas langit, sosok pemimpin dari Pulau Dewa Timur terlihat seperti seorang dewi yang tak tertandingi. Cahaya dari kobaran api ilahi yang tak terbatas terpancar dari tubuhnya. Area ini benar-benar diselimuti oleh kobaran api.     

Jeritan penderitaan yang tak ada habisnya bergema di atas medan pertempuran. Di sini, pemimpin dari Pulau Dewa Timur adalah sosok yang tak tertandingi. Bahkan Tetua Agung dari Klan Jun langsung dibakar sampai mati oleh api ilahi dari Jalur Agung. Siapa lagi yang bisa menahan kekuatan Jalur Agung miliknya?     

Banyak Renhuang diselimuti oleh kobaran api ilahi. Mereka tampak sangat menderita.     

"Pemimpin Pulau, kasihanilah kami..." seseorang berteriak dan memohon belas kasihan. Meskipun mereka memiliki kekuatan yang luar biasa, namun ketika dihadapkan dengan kematian, tentu saja mereka akan merasa ketakutan.     

"Karena kalian berani meremehkan Pulau Dewa Timur, percuma kalian memohon-mohon sekarang," suara sedingin es dan acuh tak acuh bergema di atas langit. Pada awalnya dia tidak ingin bertarung dan menyembunyikan kekuatannya dari semua orang di Benua Penglai. Dia hanya menyaksikan semuanya dari tempat persembunyiannya. Namun, Klan Jun telah melancarkan serangan untuk membunuh mereka. Bahkan Tetua Agung dari Klan Jun turun tangan dalam pertempuran ini. Karena itulah, dia dipaksa untuk muncul dan bertarung membela Pulau Dewa Timur.     

Klan Jun dan Klan Yun berani memulai pertempuran yang terjadi hari ini. Mereka pasti merasa sangat yakin bahwa Pulau Dewa Timur tidak memiliki nyali untuk bertarung. Karena itulah, dia tidak ragu untuk membunuh mereka.     

Di atas medan pertempuran, para Renhuang terus menerus berteriak kesakitan. Tubuh mereka dibakar menjadi debu oleh kobaran api dari Jalur Agung dan berhamburan tertiup angin. Dalam pertempuran antara sosok-sosok terkemuka, jika perbedaan kekuatan di antara mereka cukup besar, maka tidak ada kemungkinan bagi pihak yang kalah untuk melarikan diri. Apa yang menantinya hanyalah kematian.     

"Pemimpin Pulau, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Klan Yun. Karena kami menjalin hubungan baik dengan Klan Jun, mereka mengundang kami kemari. Kami tidak berniat bertarung melawan Pulau Dewa Timur. Kami berharap Pemimpin Pulau dapat memaafkan ketidaksopanan ini," Tekad di hati Yun Mu juga mulai goyah ketika dia melihat para Renhuang tewas satu per satu. Bukan hanya Renhuang dari Klan Jun yang dibantai; para Renhuang dari Klan Yun juga dibunuh tanpa ampun.     

Jika situasi ini terus berlanjut, mereka akan dimusnahkan dan semua anggota mereka akan binasa di sini.     

"Karena kalian telah datang kemari, maka tetaplah berada di sini," ujar Pemimpin Pulau dengan acuh tak acuh. Kobaran api ilahi dari Jalur Agung terus bergejolak, dan para Renhuang terus menerus binasa. Pada saat yang bersamaan, para kultivator dari Pulau Dewa Timur juga melancarkan serangan. Saat ini, pembantaian telah dimulai. Pemimpin dari Pulau Dewa Timur mengendalikan jalannya pertempuran. Perbedaan kekuatan di antara mereka sangat besar.     

"Dia benar-benar mengamuk…"     

Di kejauhan, banyak kultivator dari berbagai macam benua bisa merasakan hati mereka berguncang saat menyaksikan pemandangan ini. Belum lama ini, mereka mencari peluang dari Jalur Agung di Pulau Dewa Timur. Namun, kali ini, Pulau Dewa Timur bertindak tegas dan tanpa ampun saat mereka mulai melakukan pembantaian. Ada Renhuang yang binasa di setiap detiknya.     

Bagi para kultivator yang berasal dari berbagai macam benua, ini adalah pertama kalinya bagi sebagian besar dari mereka untuk menyaksikan pemandangan semengerikan ini. Para Renhuang dibantai dalam jumlah besar seperti kawanan semut. Pemandangan seperti itu hanya bisa disaksikan dalam pertempuran antar Renhuang.     

Hari ini, mereka telah menyaksikan pemandangan tersebut.     

Di atas medan pertempuran, jumlah Renhuang telah berkurang. Para kultivator dari Klan Jun serta Klan Yun dibunuh satu per satu. Adapun Pulau Dewa Timur dan Keluarga Shangguan, mereka hampir tidak mengalami kerugian sedikit pun. Dalam kondisi seperti itu, sudah jelas ini adalah sebuah pembantaian total.     

'Tamat sudah riwayat Klan Jun dan Klan Yun.' Banyak kultivator dari Benua Penglai bergumam dalam hati. Takdir adalah sebuah kenyataan yang kejam. Dua pasukan terkemuka dari Benua Penglai telah dihancurkan dalam sekejap. Mereka seperti telah melupakan siapa penguasa dari Benua Penglai sebelumnya.     

Keluarga Shangguan telah memilih pihak yang benar kali ini. Mereka mungkin akan memiliki kesempatan untuk bangkit dan menjadi semakin kuat di masa depan. Mereka juga akan menjalin koneksi dengan Pulau Dewa Timur.     

Melihat situasi saat ini, siapa pun bisa menebak bahwa Pulau Dewa Timur, yang tidak pernah melibatkan diri dengan urusan dunia luar selama bertahun-tahun, masih merupakan pasukan paling kuat di Benua Penglai.     

Pemimpin muda dari Kota Wushang di Benua Penglai juga berada di antara kerumunan kultivator yang hadir di sana. Ada juga para kultivator dari Kota Wushang yang mendampinginya. Mereka menyaksikan pemandangan ini dengan serius. Dua sosok terkemuka tewas terbunuh dengan begitu mudah dan kini tinggal sejarah. Siapa yang tahu bagaimana situasi di Benua Penglai di masa depan? Apakah Pulau Dewa Timur akan langsung terlibat dalam urusan-urusan dari Benua Penglai dan bangkit kembali di hadapan publik?     

Saat pertempuran terus berlanjut, jumlah kultivator dari dua pasukan terkemuka itu menjadi semakin sedikit. Jun Xiaoyao dan Yun Mu telah dikepung. Pemimpin dari Pulau Dewa Timur juga menyerang dari atas langit ketika dia melihat keduanya telah terpojok. Dalam sekejap, mereka berdua terluka dan terpojok.     

"Haruskah semuanya berakhir seperti ini?" Jun Xiaoyao bertanya sambil menatap Pemimpin Pulau yang melayang di atas langit. Berkultivasi bukanlah hal yang mudah. Bahkan jauh lebih sulit untuk berkultivasi ke tingkat kultivasinya saat ini. Namun, semua itu akan menjadi sia-sia.     

"Bunuh mereka," Pemimpin Pulau hanya mengucapkan dua kata. Dia tidak menanggapi pertanyaan Jun Xiaoyao. Mereka telah melangkah sejauh ini; tentu saja dia tidak akan menunjukkan belas kasihan pada pihak lawan.     

Seekor phoenix ilahi terbang ke arah mereka, menyerang bersama dengan seorang Tetua dari Pulau Dewa Timur. Pada saat berikutnya, Jun Xiaoyao tidak bisa menahan serangan itu lagi dan hangus dibakar oleh kobaran api ilahi.     

…     

Hanya Jun Qiuyan yang masih hidup di antara dua pasukan terkemuka dari Benua Penglai itu saat pertempuran berakhir. Para kultivator yang datang kemari untuk berpartisipasi dalam pertempuran semuanya telah tewas terbunuh. Pulau Dewa Timur sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan.     

Ketika Jun Qiuyan menyaksikan pemandangan di hadapannya, dia memejamkan matanya karena tidak sanggup melihatnya lebih lama lagi. Kemudian dia berkata, "Kalau begitu, bunuh saja aku."     

Saat ini, hatinya telah hancur. Dia tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup. Apa artinya hidup dalam kondisi seperti ini?     

Sekarang, bahkan klannya telah dimusnahkan.     

Ye Futian berjalan menghampiri Jun Qiuyan. Ye Futian tidak terlalu senang dengan hasil akhir dari konflik ini. Sebelumnya, dia telah membebaskan Jun Qiuyan. Ye Futian tidak munafik. Dia benar-benar tidak ingin terlibat lagi dengan Klan Jun dan ingin menyelesaikan masalah tersebut. Kedua belah pihak bisa saja melupakan masalah ini dan tidak membahasnya lagi.     

Namun, Ye Futian tidak tahu apa yang membuat Pulau Dewa Timur tidak setuju dengan pemikirannya ini. Karena itulah, situasi ini bisa terjadi.     

Saat Jun Qiuyan memandang sosok di hadapannya, dia bertanya, "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Kenapa Pulau Dewa Timur bersedia bertarung untukmu?"     

Apakah mereka melakukan hal itu hanya karena Ye Futian memiliki bakat yang luar biasa?     

Jun Qiuyan masih tidak bisa memahami alasan mereka. Kenapa Pulau Dewa Timur, yang tidak pernah terlibat dalam urusan di dunia luar selama bertahun-tahun, rela bertarung untuk Ye Futian dan muncul kembali di hadapan publik?     

Ye Futian menunjuk ke arah Jun Qiuyan. Aura pedang langsung melesat ke depan. Disertai dengan suara erangan, darah bercipratan di antara alis Jun Qiuyan. Sorot matanya meredup, dan dia pun meninggal dunia.     

Kedua mata Jun Qiuyan terbuka lebar. Dia tewas dengan cara yang menyedihkan, dan dia tidak layak mendapatkan jawaban yang ingin dia dengar.     

Semuanya telah berakhir.     

Badai mengerikan ini telah berakhir dengan cara yang begitu kejam. Tahapan berikutnya adalah pembersihan.     

"Terima kasih banyak, Pemimpin Pulau," Ye Futian berterima kasih pada Pemimpin Pulau saat dia mendongak untuk menatapnya. Bagaimanapun juga, dia telah mengandalkan bantuan orang lain kali ini. Jika tidak, bagaimana mungkin Ye Futian mampu menghadapi seorang Renhuang tingkat kesembilan? Tindakannya untuk memanfaatkan kekuatan dari Pemimpin Pulau kali ini dianggap sebagai keputusan yang sempurna. Tentu saja, Pulau Dewa Timur memang bersedia bekerja sama dengannya, dan dia jelas menyadari hal ini.     

Pemimpin Pulau diam-diam juga mengisyaratkan hal ini padanya.     

"Ini belum berakhir. Shangguan Hong, aku akan mengirimkan beberapa bawahanku ke Klan Yun. Sementara itu, kirimkan beberapa anggotamu untuk mengunjungi Klan Jun," Pemimpin Pulau memberi perintah sambil memandang Shangguan Hong. Selanjutnya, mereka masih harus menyelesaikan masalah ini secara keseluruhan dan menghilangkan risiko yang tidak diinginkan di masa depan.     

"Aku mengerti," jawab Shangguan Hong sambil menganggukkan kepalanya. "Apakah kita akan pergi sekarang?"     

"Hmm, ayo kita pergi sekarang," jawab Pemimpin Pulau. Dia memandang ke bawah dan memberi perintah, "Berangkat!"     

Saat dia mengatakan hal ini, sekelompok orang melesat melintasi langit bersamanya, pergi untuk menyelesaikan masalah ini dengan Klan Yun.     

"Ayo kita pergi juga," Shangguan Hong memberi perintah. Dia memimpin kelompoknya dan pergi ke kediaman Klan Jun.     

Mereka yang menyaksikan pemandangan ini mengetahui bahwa dua pasukan terkemuka ini akan dimusnahkan seutuhnya.     

Tidak lama kemudian, banyak kultivator pergi meninggalkan tempat itu. Ye Futian menyaksikan semuanya dengan tenang. Seolah-olah dia tidak peduli dan semua yang telah terjadi tidak ada hubungannya dengan dirinya. Bahkan serangan-serangan yang dilancarkan sebelumnya tidak melibatkan dirinya. Pulau Dewa Timur telah mempersiapkan semuanya. Atau lebih tepatnya, Pemimpi Pulau yang telah mengatur semua ini.     

Beberapa ahli alkimia menghampiri Ye Futian. Mereka sudah lama mengetahui tentang beberapa kemampuan yang dimiliki oleh Pulau Dewa Timur. Mereka tentu saja tidak peduli pada Klan Jun dan Klan Yun. Dua klan itu hanyalah gerombolan yang tak berguna, dan mereka benar-benar percaya diri pada kemampuan masing-masing dan berani menantang Pulau Dewa Timur. Itu sama saja seperti tindakan bunuh diri bagi mereka. Sekarang, semuanya telah berakhir dengan hasil yang memuaskan. Mimpi mereka meletus seperti gelembung, dan mereka semua tewas terbunuh.     

"Masalah-masalah ini benar-benar tidak menarik. Saudara Ye, mari kita kembali dan berdiskusi mengenai cara membuat pil dari Jalur Agung," ujar seseorang. Ye Futian menoleh, dan dia tidak bisa berkata-kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.