Legenda Futian

Sebilah Pedang



Sebilah Pedang

0Baik itu di dalam maupun di luar Menara Pengintai Wangshen, semua orang memusatkan pandangan mereka ke depan.      1

Pada saat ini, sudah tidak ada lagi matriks di sana. Semua orang bisa merasakan dengan jelas aura Jalur Agung dan kekuatan dewa yang tak tertandingi dari dua orang itu. Keduanya sama-sama memiliki Roda Ilahi yang sempurna.     

Di atas langit, seekor iblis gajah raksasa muncul di atas tubuh Ye Futian. Tidak hanya itu saja, bayangan iblis gajah yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di antara langit dan bumi, berderap di atas langit, sehingga membuat area ini menjadi sebuah area yang dipenuhi oleh kawanan iblis gajah. Orang-orang mengetahui bahwa itu adalah perwujudan dari Roda Ilahi milik Ye Futian.     

Dalam sekejap, iblis gajah yang tak terhitung jumlahnya berderap ke bawah, menekan langit dan bumi, serta meratakan Jalur Agung. Tidak ada yang tahu sekuat apakah serangan tersebut.     

Namun, Yan Dongyang adalah sosok yang luar biasa dan dia merupakan pangeran dari Klan Yan, keluarga kerajaan kuno di Wilayah Utara. Aura yang menakjubkan menyelimuti tubuhnya, membuat penampilannya tampak agung dan bermartabat. Seekor naga ilahi keemasan muncul saat sebuah pemandangan terbentuk di atas langit. Satu sosok seperti dewa naga tampak melayang di atas langit, dengan dikelilingi oleh ribuan naga ilahi yang meraung pada saat yang bersamaan. Suara raungan naga itu menghancurkan Jalur Agung dan menembus ruang hampa, membuat bayangan kawanan iblis gajah itu hancur berkeping-keping.     

Tiba-tiba, satu sosok buddha raksasa muncul di udara. Tampaknya saat ini Ye Futian telah berubah wujud menjadi seorang buddha kuno saat Lagu Pembunuh Iblis Vajra dimainkan. Dua gelombang suara bertabrakan di udara, sehingga menyebabkan Jalur Agung runtuh dan hancur berkeping-keping.     

Naga ilahi itu terbang ke atas awan, sambil meraung ke arah Ye Futian. Pada saat yang bersamaan, Yan Dongyang mengangkat tangannya untuk mengerahkan kepalan tinjunya. Bayangan naga yang sempurna itu menerjang ke depan pada saat yang bersamaan, melahap tubuh Ye Futian dan menghancurkan langit tempatnya berada.     

Ye Futian menatap langit di bawahnya. Dia masih melayang di udara saat sosok iblis gajah miliknya berderap di atas langit. Kemudian dia juga mengerahkan kepalan tinjunya saat Lagu Pembunuh Iblis Vajra, dan teknik Divine Elephant Void-splitting Fist dikerahkan secara bersamaan, sehingga memicu terbentuknya badai dari Jalur Agung yang tak tertandingi.     

Beberapa Renhuang tingkat atas dari Menara Pengintai Wangshen muncul di tempat yang berbeda-beda, menyegel medan pertempuran itu dengan kekuatan Jalur Agung yang tak terlihat, mencegah serangan mengerikan itu menyerang Menara Pengintai Wangshen dan para kultivator yang datang untuk menyaksikan pertempuran tersebut.     

Iblis gajah raksasa dan naga ilahi itu bertabrakan di udara. Banyak orang mendongak dan memandang pertarungan tersebut. Suara gemuruh bergema di atas langit, dan pancaran cahaya suci dari Jalur Agung menyebar ke seluruh tempat. Tubuh Ye Futian terhempas ke atas langit, sementara Yan Dongyang terdorong ke bawah. Mereka masih belum bisa mengalihkan perhatian mereka dari kedua orang itu.     

Tidak lama kemudian, aura Jalur Agung yang lebih kuat dari sebelumnya terpancar dari tubuh Yan Dongyang. Cahaya suci keemasan itu menyebar ke seluruh penjuru langit saat dia menatap sosok yang melayang di udara. Ye Futian menghentakkan kakinya, sengaja mencegahnya untuk naik dan menekannya di bawah Menara Pengintai Wangshen.     

Kultivator yang berasal dari Pulau Dewa Timur dan ingin menekannya ini berani menantang Klan Yan.     

Akan tetapi, serangan Ye Futian memang sangat kuat dan mampu menekan kekuatan dari Lagu Naga Yan. Jika bukan karena tingkat Plane-nya yang lebih tinggi daripada Ye Futian, bahkan Lagu Naga Yan pun tidak akan mampu memengaruhinya.     

Yan Dongyang menatap sosok Ye Futian. Saat dia berdiri di udara, tubuhnya tiba-tiba memancarkan aura yang sangat agung dan langsung menyebar ke seluruh penjuru langit. Pada saat ini, cahaya suci keemasan yang menakjubkan itu melesat seperti bilah pedang cahaya, dari matahari ke tempat Ye Futian berada.     

"Hmm?" Ye Futian mengerutkan keningnya saat cahaya suci turun dalam sekejap. Ketika cahaya itu tiba, sepertinya ada bayangan seekor naga ilahi emas yang muncul di sana. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya di udara, dalam sekejap, bayangan iblis gajah itu berderap dan bertabrakan dengan bayangan naga yang dikeluarkan oleh Yan Dongyan. Setelah itu, pancaran cahaya suci yang tak terhitung jumlahnya menyebar di udara, dan setiap sinar dari cahaya suci itu mengandung kekuatan yang mengerikan.     

Serangan itu jelas lebih kuat dan lebih cepat daripada serangan sebelumnya.     

Hati orang-orang yang menyaksikan medan pertempuran itu berguncang. Tampaknya ada jutaan serangan yang dikerahkan ke bawah dalam sekejap, dan iblis gajah milik Ye Futian tampaknya sulit untuk dilawan. Tidak hanya itu saja, ketika cahaya suci yang tak terbatas itu bersinar dan memenuhi bagian langit ini, cahaya tersebut langsung menyelimuti tubuh Ye Futian di dalamnya. Langit dan bumi dikelilingi oleh cahaya suci miliknya, seolah-olah area itu telah berubah menjadi sebuah area Jalur Agung tersendiri.     

Tirai cahaya yang terbuat dari cahaya suci ini saling terjalin satu sama lain, dan tiba-tiba, muncul bayangan seekor naga suci yang berukuran sangat besar. Tubuh Yan Dongyang dan bayangan naga ilahi itu pun bergabung menjadi satu kesatuan.     

Tubuh Ye Futian diselimuti oleh area Jalur Agung-nya sendiri dan ditarik oleh Yan Dongyang ke dalam area Jalur Agung miliknya, yang baru saja terbentuk dan dipenuhi oleh bayangan naga di dalamnya.     

Sepertinya Yan Dongyang masih unggul dalam pertarungan ini. Karena bagaimanapun juga, dia memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi daripada Ye Futian.     

Yan Dongyang menoleh ke arah Ye Futian. Ekspresinya tampak dingin, acuh tak acuh, dan sangat mengintimidasi. Saat dia melangkah ke udara, suara raungan naga langsung mengguncang langit. Kemudian, dia mengangkat kepalan tinjunya dan melesat melintasi langit. Ye Futian bisa merasakan bahwa dirinya dibelenggu oleh sebuah area Jalur Agung, selain itu, ruang dan waktu sepertinya telah membeku. Dia tahu bahwa Yan Dongyang telah membawanya ke dalam Jalur Agung miliknya.     

*Boom* Yan Dongyang mengerahkan kepalan tinjunya ke udara. Area dimana Ye Futian berada mengeluarkan suara gemuruh yang keras. Seolah-olah area itu akan dihancurkan. Di dalam area Jalur Agung ini, segala sesuatunya berada di bawah kendali Yan Dongyang, termasuk Jalur Agung Ruang dan Waktu yang berada di dalam area ini.     

Banyak orang melihat area dimana Ye Futian berada mulai retak dan runtuh. Seolah-olah area itu akan hancur bersama tubuh Ye Futian di dalamnya.     

*Brak*     

Terdengar suara keras saat kekuatan pengoyak Jalur Agung membombardir area di depan tubuh Ye Futian. Namun pada akhirnya, kekuatan itu tidak mampu menghancurkan tubuh Ye Futian. Dia masih berdiri di tempatnya dengan kokoh saat untaian aura yang tak terlihat muncul di sekitarnya. Sebuah pohon kuno ilahi tampaknya telah muncul di tubuhnya, dan dahan-dahan serta dedaunan yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke sekitarnya dalam sekejap. Kemana pun dia melintas, area yang dilewatinya langsung berubah menjadi area dari Jalur Agung yang berada di bawah kendalinya. Serangan Yan Dongyang telah dikerahkan ke area ini, namun serangannya itu tidak mampu menembus ke dalamnya.     

"Apa yang sedang terjadi?" Yan Dongyang mengerutkan keningnya. Tiba-tiba dia merasa bahwa dia perlahan-lahan kehilangan kendali atas area Jalur Agung itu. Dengan adanya aura tak terlihat yang menyebar di sekitar tubuh Ye Futian, seolah-olah kekuatan Jalur Agung di area itu langsung direbut oleh Ye Futian.     

Dia masih bisa melakukan hal seperti itu di dalam area Jalur Agung miliknya?     

Yan Dongyang sepertinya menjadi ragu-ragu. Kepalan tinjunya menembus udara pada saat yang bersamaan, dan suara gemuruh bergema di udara. Namun, dia masih tidak dapat menembus area dimana Ye Futian berada, yang tidak berada di bawah kendalinya.     

Yan Dongyang menatap Ye Futian. Kemudian dia menunjuk ke arah langit, dan dalam sekejap, naga ilahi yang menyelimuti area Jalur Agung ini langsung melahap area dimana Ye Futian berada, berusaha melahap area itu bersama dengan tubuh Ye Futian di dalamnya.     

Akan tetapi, Ye Futian sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Tangannya membentuk sebuah segel, lalu dahan-dahan dan dedaunan di sekitarnya sepertinya berubah menjadi untaian aura pedang, yang diiringi dengan suara dentangan pedang. Dalam sekejap, pedang ilahi yang tak terhitung jumlah terbang mengitari tubuh Ye Futian, membentuk sebuah resonansi dan menciptakan pemandangan yang sangat menakjubkan.     

Tatapan mata semua orang kini tertuju ke arah pemandangan mengejutkan yang muncul di atas medan pertempuran tersebut. Naga ilahi yang menutupi langit itu berukuran sangat besar. Mulutnya yang terbuka lebar itu mampu melahap bagian langit yang menjadi incarannya, dan bayangannya menyelimuti tubuh Ye Futian. Bayangan itu menjadi semakin gelap, dan naga ilahi itu pun menerjang ke bawah dan melahap area tersebut.     

Namun pada saat yang bersamaan, Ye Futian menunjuk ke atas langit, dan pada saat berikutnya, sosoknya telah menghilang saat naga ilahi raksasa itu melahapnya.     

Hati banyak orang berdebar kencang. Namun tidak lama kemudian, mereka melihat tubuh naga ilahi itu bergetar hebat. Setiap bagian tubuhnya memancarkan cahaya yang menyilaukan, seperti bilah-bilah pedang cahaya.     

*Whoosh* Dari punggung naga ilahi itu, muncul sebilah pedang cahaya yang langsung menembus tubuhnya. Pedang cahaya yang menyilaukan itu langsung melesat ke atas awan. Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan, dan tubuh raksasa dari naga ilahi itu pun hancur lebur di bawah serangan aura pedang milik Ye Futian.     

Banyak orang bisa merasakan udara berguncang, dan seberkas cahaya suci bersinar terang. Sepertinya area Jalur Agung itu telah dihancurkan.     

Di atas sana, sosok Ye Futian muncul kembali. Rambut abu-abunya berkibar tertiup angin, dan tubuhnya tampak gagah, seperti seorang dewa.     

"Area Jalur Agung-mu terlalu rapuh." Ye Futian menatap Yan Dongyang. Tatapan matanya itu langsung menerobos ke dalam pikiran Yan Dongyang dan mampu membuat sekujur tubuh Yan Dongyang merinding.     

Pada saat berikutnya, aura Jalur Agung yang tak terlihat di sekitar tubuh Ye Futian menyelimuti bagian langit ini. Sementara itu di atas langit, terdapat miliaran pedang ilahi berdentangan di sekitar area dimana Ye Futian berada, yang kemudian berubah menjadi sebuah badai pedang yang mengerikan.     

Sebuah aura pedang yang sangat kuat sepertinya terpancar dari tubuh Ye Futian. Di sisi lain, sebilah pedang muncul di sembilan tempat yang berbeda-beda. Miliaran aura pedang itu berputar di sekitar sembilan pedang itu, dan pergerakan mereka menjadi semakin cepat seiring berjalannya waktu.     

Bersamaan dengan bersinarnya sebilah pedang cahaya yang menakjubkan, miliaran aura pedang itu sepertinya telah berubah menjadi satu pedang.     

"Maju!" ujar Ye Futian sambil menunjuk ke arah Yan Dongyang.     

Dalam sekejap, muncul sebilah pedang cahaya yang membentang dari atas langit hingga ke permukaan tanah. Pedang cahaya itu terbuat dari miliaran pedang ilahi dan tampak seperti sebilah pedang raksasa yang menembus bagian langit ini. Jarak sejauh apa pun tidak akan berarti apa-apa di hadapan pedang tersebut.     

"Infernal."     

Kilatan aneh terlintas di kedua mata Dewi Penglai yang indah saat dia melihat pedang itu. Itu adalah teknik pedang itu milik Pulau Dewa Timur. Sepertinya Ye Futian telah menguasainya.     

Ketika pedang itu dikeluarkan, pedang tersebut mampu membunuh targetnya dari jarak ribuah mil jauhnya hanya dengan satu serangan, apalagi dari jarak sedekat itu.     

Orang-orang hanya bisa melihat bahwa dari atas langit hingga ke permukaan tanah, sepertinya ada sebilah pedang yang menembus langit dan bumi, selain itu ada pula suara raungan naga yang menakjubkan bergema dari tubuh Yan Dongyang. Namun pada saat berikutnya, tubuh naga ilahi raksasa itu tertusuk, dan tubuh Yan Dongyang juga berubah menjadi seberkas sinar cahaya dan ditusuk dari atas langit hingga ke permukaan tanah.     

*Boom* Aura pedang yang mengerikan itu mengoyak segalanya. Dan saat pedang cahaya itu menghilang, segala sesuatu di sekitarnya telah hancur tak bersisa. Sebuah lubang bekas tusukan pedang telah muncul di permukaan tanah, dan retakan-retakan yang mengerikan mengelilingi lubang tersebut. Para kultivator dari Klan Yan melangkah mendekati lubang itu. Satu sosok yang berlumuran darah muncul dari dalam lubang tersebut. Pakaiannya tampak compang-camping, dan rambut panjangnya acak-acakan. Dia telah kehilangan auranya yang begitu menakjubkan dan tampak berantakan. Dia menatap sosok yang melayang di udara. Dalam perjalanan kali ini, dia datang kemari bukan untuk mengincar Ye Futian, tapi untuk sosok terkemuka yang ada di Menara Pengintai Wangshen. Namun, dia justru dikalahkan oleh pedang milik Ye Futian. Dia kalah di tangan seorang kultivator dari Pulau Dewa Timur!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.