Legenda Futian

Kemarahan



Kemarahan

3Para kultivator dari Menara Pengintai Wangshen mengerutkan kening saat menyaksikan pemandangan ini. Karena Renhuang dari Istana Lingxiao itu sepertinya tidak main-main, maka Zong Chan tidak punya pilihan selain melawan balik.      2

Kaisar Millet menyaksikan semuanya dengan tenang di atas langit. Ekspresinya tetap tidak berubah saat dia secara tidak sengaja memandang ke arah Pemimpin Istana Lingxiao. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak seperti apa perasaannya sekarang.     

Saat ini, Ling He dari Istana Lingxiao juga melangkah ke depan. Dia memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Aku sangat terkesan dengan penampilan Saudara Ye di tebing peninggalan Thunder Punishing Skylord hari itu, oleh sebab itulah aku ingin berkonsultasi dan belajar dari Saudara Ye. Kuharap kau tidak ragu-ragu untuk memberikan pencerahan padaku."     

Banyak orang memandang ke arah Ling He. Apa sebenarnya yang direncanakan oleh para kultivator dari Istana Lingxiao?     

Mengapa mereka begitu berambisi untuk bertarung melawan orang-orang dari Menara Pengintai Wangshen? Terlebih lagi, mereka memilih untuk melakukannya di momen seperti ini. Sudah jelas, ada sesuatu yang tidak beres di sini.     

Mata para kultivator dari Kota Dewa Penyu yang menyaksikan semua ini dari kejauhan tampak berbinar. Mereka telah mencari informasi dan menemukan beberapa fakta yang tidak diketahui oleh Ye Futian.     

Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Lagipula mereka juga tidak berniat membahasnya karena tindakan itu dapat menimbulkan konflik.     

Namun, melihat situasi saat ini, dapat terlihat dengan jelas bahwa Istana Lingxiao ingin melawan Menara Pengintai Wangshen. Adapun Lin He, dia mencoba memaksa Ye Futian bertarung dengannya. Jika Ye Futian tidak tahu maksud dan pemikiran lawannya yang sesungguhnya, mereka khawatir dia akan menderita kerugian besar.     

Pada saat ini, seseorang memandang ke suatu tempat yang berada tidak jauh dari tempat Thunder Punishing Skylord berdiri dan mengirimkan suaranya, "Skylord."     

"Hmm?" Thunder Punishing Skylord memandang orang yang baru saja mengirimkan suaranya. Dia adalah pemimpin dari Kota Dewa Penyu. Karena mereka berdua adalah murid dari Kaisar Xi, tentu saja mereka mengenal satu sama lain. Apalagi hubungan di antara mereka cukup baik.     

"Skylord telah meninggalkan sebuah peninggalan di permukaan tebing kala itu. Aku mendapatkan informasi bahwa terjadi sebuah pertempuran di sana baru-baru ini. Kultivator dari Menara Pengintai Wangshen inilah yang mengalahkan Ling He dan mendapatkan peninggalan yang kau tinggalkan di tebing itu," ujar Pemimpin Kota Dewa Penyu. Mendengar hal ini, Thunder Punishing Skylord menjawab, "Ya, aku sudah tahu."     

"Pada saat itu, kultivator dari Menara Pengintai Wangshen ini membawa dua orang tambahan ke Pulau Dewa Penyu. Setelah mereka berpisah, keduanya dibunuh oleh orang-orang dari Istana Lingxiao. Jika tebakanku benar, Ling He-lah yang memberi perintah. Pembunuhnya telah mengikuti Ling He semenjak dia melakukan tindakan tersebut." Pemimpin Kota Dewa Penyu terus menerus mengirimkan suaranya. Thunder Punishing Skylord menyipitkan matanya saat kilatan listrik muncul di matanya.     

Kini dia memandang ke arah Ling He. Pemimpin muda dari Istana Lingxiao itu terus menerus mengucapkan kata-kata 'Saudara Ye' dan terlihat sangat ramah. Sebelumnya, dia juga sangat menyanjung Ye Futian. Sepertinya dia adalah seorang pecundang yang menerima kekalahannya dengan lapang dada. Meskipun sebagian besar dari mereka masih bisa merasakan adanya keanehan di sana, namun tidak ada seorang pun yang terlalu memedulikannya.     

Namun, merencanakan tindakan secara terselubung seperti ini; mereka benar-benar tak tahu malu.     

Dia tidak bisa mentolerir tindakan tercela seperti itu.     

Dia memahami maksud dari ucapan Pemimpin Kota Dewa Penyu. Ye Futian berhasil mendapatkan peninggalannya dan dapat dianggap memiliki koneksi dengannya. Insiden ini juga dimulai karena peninggalan tersebut. Pemimpin Kota Dewa Penyu sempat ragu-ragu apakah dia harus mengungkapkan fakta ini atau tidak, jadi sebagai solusi, dia menyampaikan apa yang dia ketahui pada Thunder Punishing Lord.     

"Dia tidak mengetahui fakta ini?" tanya Thunder Punishing Skylord secara telepati.     

"Sepertinya dia tidak mengetahuinya," jawab sang pemimpin kota.     

Pada saat ini, Ling He melangkah di udara dan mendarat di area di depan Ye Futian. Kemudian, Ye Futian memandangnya dan menjawab, "Tidak tertarik."     

Dia tidak begitu menyukai Ling He. Fakta bahwa Istana Lingxiao telah memilih untuk bertindak pada momen seperti ini semakin membuatnya muak. Sudah jelas, dia tidak tertarik untuk bertarung melawan Ling He. Jika dia harus bertarung, haruskah dia bertarung dengan serius?     

Meskipun dia tidak ingin bertarung dengan serius, Menara Pengintai Wangshen sedang menghadapi tekanan dari Klan Yan, dan sekarang, Istana Lingxiao juga memutuskan untuk bertarung melawan mereka. Namun, dia juga tidak ingin Menara Pengintai Wangshen menghadapi ancaman dari dua pasukan terkemuka pada saat yang bersamaan.     

Saat ini, Ye Futian mendengar sebuah suara di dalam benaknya, "Ye Liunian." Dia tampak terkejut saat dia mengalihkan pandangannya pada orang yang baru saja berbicara padanya.     

"Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu. Orang-orang dari Pulau Dewa Penyu menemukan fakta bahwa dua kultivator yang mengikutimu ke Pulau Dewa Penyu telah tewas terbunuh setelah kalian berpisah satu sama lain. Mereka juga mendapati bahwa Ling He adalah orang yang memberi perintah itu. Namun, mereka tidak berani mengungkapkan informasi ini secara sembarangan. Seseorang baru saja memberitahukan hal ini padaku, dan aku memutuskan untuk memberitahumu juga. Kau harus bersiap-siap," suara itu dikirimkan ke telinga Ye Futian. Dia sudah tahu suara siapa itu.     

Itu adalah suara dari Thunder Punishing Skylord.     

Thunder Punishing Skylord mengirimkan suaranya secara pribadi untuk memberitahukan hal ini padanya. Sudah jelas, Ye Futian tidak akan meragukan kebenaran dari pesan tersebut. Insiden yang didengarnya pasti bukan sebuah kebohongan.     

Lin Yuan dan Lu Qing adalah sepasang kekasih, dan mereka telah dibunuh oleh seseorang di bawah perintah yang diberikan oleh Ling He.     

Meskipun keduanya tidak terlalu kuat, namun mereka sudah mencapai tingkat Sage Plane. Mereka masih sangat muda, dan mereka masih memiliki jalan yang panjang di depan mereka. Setelah mereka mengetahui bahwa Kaisar Xi akan menjalani Ujian Para Dewa, mereka mencoba untuk pergi ke Pulau Dewa Penyu. Mereka bertemu dengan Ye Futian di tebing itu dan memintanya untuk membawa mereka berdua ke Pulau Dewa Penyu.     

Namun, mereka tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan terbunuh secara tidak adil seperti itu.     

Pada saat ini, kemarahan memenuhi hati Ye Futian. Kobaran api amarah di dalam hatinya begitu kuat sehingga tubuhnya bergetar pelan. Namun, dia masih mampu mengendalikan emosinya.     

Sudah lama dia tidak semarah ini sebelumnya. Bahkan kekejaman yang dia saksikan ketika pertama kali tiba di Prefektur Ilahi tidak bisa dibandingkan dengan kemarahan yang dia rasakan saat ini.     

Lin Yuan dan Lü Qing tidak terlalu dekat dengannya. Mereka hanya kenalan yang dia temui dalam perjalanan kultivasinya. Dia membawa keduanya dan tiba di Pulau Dewa Penyu bersama-sama. Bahkan tidak ada hubungan khusus di antara mereka, itulah sebabnya, setelah mereka tiba di Pulau Dewa Penyu, mereka berpisah dan pergi melanjutkan urusan masing-masing. Dia tidak memaksa mereka untuk tetap tinggal. Bagaimanapun juga, mereka berasal dari dunia yang berbeda.     

Namun, karena masalah sepele yang terjadi di tebing itu, Ling He memilih untuk mengirimkan seseorang secara diam-diam dan membunuh dua kultivator tersebut daripada mengincarnya secara langsung. Di hadapan Ling He, para kultivator di tingkat Plane yang sama seperti Lin Yuan dan Lü Qing hanya seperti kawanan semut di matanya. Mereka bisa dihancurkan dengan mudah dan tidak akan mampu untuk melawan balik.     

Dia bisa membayangkan keputusasaan yang dirasakan oleh Lin Yuan dan Lu Qing. Mereka adalah sepasang muda-mudi yang datang kemari dengan penuh semangat untuk menyaksikan Kaisar Xi menjalani Ujian Para Dewa. Namun, begitu mereka tiba di Pulau Dewa Pentu, mereka dibunuh tanpa ampun.     

Meskipun tingkat Plane mereka relatif rendah, namun mencapai Sage Plane juga bukan hal yang mudah! Sama seperti apa yang dia alami kala itu, setiap langkah yang diambilnya dipenuhi dengan kesulitan, namun dia tidak pernah menyerah.     

Namun, kematian memang tidak masuk akal.     

Terlebih lagi, orang yang membunuh Lin Yuan dan Lü Qing ini masih bertindak seenaknya sendiri di depan semua orang, dimana dia memanggil Ye Futian sebagai 'Saudara Ye', dan menghujaninya dengan pujian. Ye Futian mengangkat kepalanya untuk memandang wajah itu. Dia bisa merasakan kebencian yang sangat luar biasa di dalam hatinya, bahkan dia sampai merasa mual.     

Ling He memandang Ye Futian dari tempatnya berada. Dia masih terlihat bermartabat, dengan aura bangsawan di sekelilingnya. Dia memang memiliki status yang luar biasa. Dia adalah pemimpin muda dari Istana Lingxiao dan memiliki kekuatan serta potensi yang luar biasa. Bahkan dapat dikatakan bahwa hanya segelintir orang di Wilayah Donghua yang bisa disejajarkan dengannya. Jadi, wajar jika dia tampak begitu percaya diri.     

Di matanya, dua orang kultivator di tingkat Sage Plane mungkin tidak pantas mendapatkan perhatiannya.     

Sebuah senyuman terlintas di kedua mata Ling He. Namun, dia melihat Ye Futian mengangkat kepalanya dan menatap ke arahnya dengan tajam. Tatapan mata yang tajam dan sedingin es ditujukan padanya untuk beberapa saat. Tatapan mata itu membuatnya merasa tidak nyaman, terasa dingin dan tanpa ada emosi di dalamnya. Bahkan dia mendeteksi ada keinginan membunuh di dalam tatapan mata itu.     

Hati Ling He juga dipenuhi oleh hawa dingin. Karena bagaimanapun juga, dia juga memiliki pemikiran yang sama. Namun, dia tidak pernah membayangkan bahwa Ye Liunian akan memikirkan hal yang sama dengannya.     

"Saudara Ye telah mendapatkan pencerahan dari permukaan tebing itu. Bakatmu sungguh luar biasa. Jangan pelit untuk menggunakannya dalam membantu orang lain," lanjut Ling He. Sudah jelas, dia tidak akan membiarkan Ye Futian menolak permintaannya. Istana Lingxiao telah memulai penyerangan ini; bahkan jika lawan mereka tidak ingin bertarung, mereka akan dipaksa untuk bertarung.     

Tatapan mata Ye Futian masih tertuju pada Ling He, dan dia telah berubah pikiran. Namun, dia tidak mengungkapkan kebenaran yang telah dia dapatkan. Istana Lingxiao adalah salah satu pasukan terkuat di Wilayah Donghua. Kemungkinan besar inilah alasan mengapa orang-orang dari Pulau Dewa Penyu menyembunyikan informasi tersebut. Jika dia mengungkapkan semuanya setelah Thunder Punishing Skylord memberitahu dirinya tentang hal ini, itu sama saja seperti memanfaatkan mereka. Itu adalah tindakan yang tidak pantas untuk dilakukan.     

Berdasarkan apa yang dilakukan Ling He pada Lin Yuan dan Lü Qing, siapa yang tahu apa yang akan dia lakukan di masa depan?     

Dia adalah orang yang sama sekali tidak peduli terhadap nyawa orang lain.     

Ye Futian menatap Ling He dan berkata, "Sepertinya kau tetap ingin bertarung, tidak peduli apakah aku setuju atau tidak."     

Ling He tersenyum dan memandang Ye Futian. Dia menggerakkan kakinya ke depan, dan dalam sekejap, aura Jalur Agung mulai terpancar dari tubuhnya dan menyelimuti langit. Dia tidak memberikan tanggapan. Sudah jelas, dia merespon dengan tindakannya. Sebelumnya, ketika kultivator dari Istana Lingxiao ingin bertarung melawan Zong Chan, bukankah dia juga langsung melancarkan serangan? Dia bahkan tidak mempertimbangkan fakta bahwa Zong Chan masih terlibat dalam pertarungan melawan Renhuang dari Klan Yan.     

"Aku kalah dari Saudara Ye ketika berusaha memperebutkan pencerahan dari permukaan tebing kala itu. Karena itulah, aku ingin mendapatkan bimbingan darimu dengan cara bertarung melawanku," ujar Ling He dengan tenang. Dia menatap Ye Futian dengan ekspresi sombong di wajahnya. Meskipun Ye Futian berhasil meraih ketenaran setelah mengalahkan Yan Dongyang sebelumnya, namun Ling He bukanlah sosok biasa. Ye Futian masih belum menjadi ancaman baginya. Ketika dia kalah dalam memperebutkan pencerahan dari permukaan tebing kala itu, dia menyalahkan kegagalannya itu pada keberuntunganya. Dari luar, dia tampak memuji-muji Ye Futian, tetapi sebenarnya, dia tetaplah sosok yang sangat sombong. Jika tidak, dia tidak akan bisa memberi perintah untuk membunuh Lin Yuan dan Lü Qing dengan begitu mudahnya.     

Dia tidak peduli pada nyawa orang lain.     

"Apakah kau ingin aku mengambil alih pertarungan ini?" Dari belakang Ye Futian, Beigong Ao berjalan ke depan dan mengirimkan suaranya pada Ye Futian. Tingkat Plane lawannya lebih tinggi daripada Ye Futian. Aura Jalur Agung-nya juga sangat kuat. Dia khawatir Ye Futian akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.     

Ling He juga memiliki Roda Ilahi yang sempurna. Selain itu, dia berasal dari pasukan terkemuka, memiliki status sebagai penerus dari Istana Lingxiao, dan sudah jelas, dia bukan sosok biasa.     

Ye Futian mengulurkan tangannya dan memberi isyarat agar Beigong Ao kembali ke tempatnya semula. Melihat isyarat yang diberikan oleh Ye Futian, Beigong Ao memahami maksudnya dan kembali ke belakang Ye Futian. Sementara itu, Ye Futian berjalan ke depan dan menatap Ling He, yang masih berdiri di udara.     

"Tingkat Plane-ku lebih tinggi dari Saudara Ye. Jadi, kau boleh menyerang terlebih dahulu," ujar Ling He, yang masih bertindak dengan hormat dan sopan. Dia datang kemari untuk memaksa Ye Futian bertarung melawannya; Namun, dia masih mempertahankan tata krama pertempuran dan membiarkan Ye Futian menyerang lebih dulu.     

Namun, dengan keuntungan dari tingkat Plane-nya, mengapa dia membiarkan Ye Futian menyerang lebih dulu? Karena tingkat Plane seseorang akan menjadi faktor kunci yang akan menentukan hasil dari sebuah pertarungan.     

Ling He bersikap seolah-olah dia adalah sosok yang bijaksana, namun faktanya, dia benar-benar tak tahu malu. Sejak awal ini adalah pertarungan yang tidak adil bagi Ye Futian.     

"Baiklah kalau begitu." Pada akhirnya, Ye Futian langsung memberikan jawabannya. Dia menatap Ling He dan berkata, "Karena ada perbedaan di antara tingkat Plane kita, aku akan bertarung dengan sekuat tenaga dan tidak menahan diri."     

"Tenang saja, aku bisa memahaminya. Silahkan menyerang terlebih dahulu, Saudara Ye." Ling He tertawa dalam hati. Inilah jawaban yang ingin dia dengar dari mulut Ye Futian!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.