Legenda Futian

Bertarung



Bertarung

2Ye Futian mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Ling He. Aura pedang yang tak berbentuk mulai muncul di sekitar tubuhnya, dan menjadi semakin kuat. Dengan menjadikan tubuh Ye Futian sebagai titik pusatnya, aura itu membentuk sebuah area pedang yang luas.      2

Banyak aura pedang melesat ke atas langit seolah-olah jumlah mereka tak terbatas. Kemudian, mereka bergabung dan berubah menjadi sebuah sungai pedang. Banyak bayangan pedang muncul di sekitar Ye Futian dan mengelilingi tubuhnya, menghasilkan suara dentangan yang tajam saat mereka berputar-putar di sekelilingnya. Hal ini menciptakan sebuah ilusi bagi semua orang yang menyaksikan pemandangan tersebut. Seolah-olah bumi dan langit yang luas kini dipenuhi dengan bilah-bilah pedang.     

Kekuatan Jalur Pedang mengalir di antara Ye Futian dan Ling He.     

"Kau memang seseorang yang memiliki Roda Ilahi sempurna dan mampu mengalahkan Yan Dongyang hanya dengan satu serangan pedang. Kekuatanmu benar-benar luar biasa." Ling He melontarkan pujian. Namun, dia juga memiliki Roda Ilahi yang sempurna. Sebenarnya siapa yang dia puji?     

Sebuah aura yang kuat terpancar dari tubuhnya. Meskipun Ling He selalu memandang rendah keberadaan Ye Futian, dia tidak akan pernah meremehkan lawannya dalam pertarungan yang sesungguhnya. Dengan aura pedang sekuat ini, serangan seperti apa pun hanya akan bertahan sesaat. Meskipun dia telah berjanji untuk membiarkan Ye Futian menyerang lebih dulu, dia tidak akan tinggal diam. Setidaknya dia akan membuat persiapan untuk menghadapi serangan yang dikeluarkan oleh Ye Futian.     

Di sekitar tubuhnya, muncul sebuah pagoda emas yang sangat indah. Untaian aura keemasan mengalir keluar dari dalam pagoda tersebut. Pada saat ini, Ling He tampak mengenakan baju zirah emas. Aura yang mengalir dari pagoda emas yang menakjubkan itu sangat tajam dan mengintimidasi, kemudian mereka bergabung dan berubah menjadi sebuah tombak emas yang sangat tajam.     

"Pagoda Lingxiao." Semua orang memandang ke arah Ling He. Itu adalah Roda Ilahi dari Jalur Agung yang ditempa oleh roh para kultivator dari Istana Lingxiao. Terlebih lagi, itu bukan hanya satu Roda Ilahi dari Jalur Agung. Selain Pagoda Lingxiao, ada sebuah tombak di dalamnya. Tombak itu juga merupakan Roda Ilahi dari Jalur Agung. Mereka telah menyatu, dan kekuatan yang terpancar darinya sangatlah mengerikan.     

Banyak orang telah mengalihkan pandangan mereka pada medan pertempuran tempat Ling He dan Ye Futian berada. Mengenai kedua sosok ini… Tentu saja semua orang mengenal Ling He, sang pemimpin muda dari Istana Lingxiao. Dia sudah lama memiliki reputasi tersendiri. Dia adalah sosok yang kuat dan sangat berbakat. Sementara itu, Ye Futian meraih ketenarannya di Menara Pengintai Wangshen. Dia mampu mengalahkan pangeran dari Klan Yan—Yan Dongyang—hanya dengan satu serangan pedang.     

Di antara Renhuang tingkat menengah di seluruh penjuru Wilayah Donghua, dua sosok ini dapat dianggap sebagai kultivator terbaik. Mereka memiliki kekuatan yang menakjubkan.     

*Whoosh* Tubuh Ye Futian sepertinya telah berubah menjadi tungku dari Jalur Agung. Dengan menempa aura pedang di antara langit dan bumi, sebuah aura yang tak tertandingi terpancar dari tubuhnya. Rasanya seolah-olah tubuhnya telah berubah menjadi sebilah pedang ilahi. Beberapa bilah pedang mengelilingi tubuhnya. Sepertinya ada sembilan pedang yang saling beresonansi satu sama lain dan mengitarinya.     

Pada saat ini, aura pedang yang tak terhitung jumlahnya berdentangan di atas langit, dan area sekitarnya berubah menjadi sebuah area pedang. Aura Jalur Pedang yang tak terhitung jumlahnya beresonansi satu sama lain dan terbang menuju Ling He pada saat yang bersamaan. Sementara itu, muncul sebuah sungai pedang di antara Ye Futian dan Ling He.     

Ada bayangan pedang di dalam sungai pedang itu, yang mampu mencapai area di depan Ling He dalam sekejap. Seolah-olah tidak ada jarak di antara mereka berdua. Hanya dengan satu perintah dari dalam pikiran Ling He, Pagoda Lingxiao itu tiba-tiba mengeluarkan arus emas dalam jumlah besar. Tombak-tombak itu melesat ke udara dan menembus ke dalam sungai pedang tersebut. Pada saat yang bersamaan, area di antara dirinya dan Ye Futian sepertinya telah diselimuti oleh aura yang dipancarkan oleh Pagoda Lingxiao. Beberapa bayangan pagoda turun secara bergantian, menangkis serangan-serangan mematikan yang dilancarkan oleh Ye Futian.     

"Serang!" Dalam sekejap, Pagoda Lingxiao yang berada di hadapan Ling He terbang ke depan dan membayangi sungai pedang itu. Namun pada saat yang bersamaan, sebuah aura pedang yang mengerikan menerjang ke arah pagoda itu dan membuatnya menghilang tanpa jejak. Hanya suara dentangan dari pagoda itu yang tersisa di sana.     

Kemudian, muncul seberkas cahaya, yang ternyata merupakan sebilah pedang cahaya dan langsung menerjang menuju pagoda lainnya.     

*Brak* Sebuah suara yang memekakkan telinga bergema di udara. Pagoda itu sepertinya menerima serangan yang dahsyat dan dihempaskan ke belakang. Ling He mengulurkan tangannya untuk menangkapnya dan ikut terdorong ke belakang. Cahaya suci keemasan bersinar dari kedua matanya. Dia terlalu ceroboh. Akibatnya, dia dihempaskan ke belakang oleh serangan yang dilancarkan oleh Ye Futian.     

Telapak tangannya dikerahkan ke depan dengan keras. Dalam sekejap, Pagoda Lingxiao itu berputar ke depan dengan keras, dan ukurannya juga membesar. Pagoda itu berubah menjadi sebuah pagoda ilahi emas yang berukuran sangat besar. Dari pagoda ilahi ini, banyak bayangan pagoda bermunculan dan terbang menuju Ye Futian.     

Pada saat yang bersamaan, sebuah tombak emas melesat keluar dari dalam Pagoda Lingxiao dan mendarat di tangan Ling He dalam sekejap. Dia mencengkeram tombak itu di tangannya. Dengan mengenakan baju zirah emas, tombak emas di tangannya dan Pagoda Lingxiao yang melayang di atas kepalanya, saat ini dia tampak seperti dewa perang yang tak tertandingi dan menakjubkan.     

Di sisi lain, Thunder Punishing Skylord memusatkan perhatiannya pada medan pertempuran ini. Kata-katanya telah membuat Ye Futian mengambil keputusan untuk bertarung, sehingga sudah jelas dia akan memberi perhatian lebih pada pertarungan ini.     

Ling He berperilaku buruk dan memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Namun, dia memang sangat kuat. Di antara para pemimpin generasi berikutnya dari pasukan-pasukan terkemuka di Wilayah Donghua, tidak ada satu pun dari mereka yang lemah. Ling He adalah penerus dari Istana Lingxiao. Jika seseorang hanya menilai berdasarkan kekuatannya, dia memang salah satu kultivator terbaik di Wilayah Donghua.     

Namun, melihat dari apa saja yang dia lakukan di masa lalu, mudah untuk mengatakan bahwa Ling He adalah sosok yang sombong dan egois. Dia tidak peduli dengan nyawa orang lain maupun konsekuensi dari tindakannya. Dia hanya melakukan apa yang ingin dia lakukan.     

Selain Thunder Punishing Skylord, sang penerus dari Istana Fluttering Snow—Qin Qing—juga tampak tertarik dan mengamati pertarungan ini.     

Dia adalah seorang Renhuang tingkat menengah yang telah berkultivasi selama bertahun-tahun. Jadi wajar saja jika dia tidak hanya mempertimbangkan apa yang dilihatnya dari luar ketika menyelidiki suatu masalah. Dia tahu bahwa ketika Ling He menghujani Ye Futian dengan pujian, sebenarnya dia ingin membunuhnya. Jika dia tidak memuji calon lawannya itu, bagaimana dia bisa memaksanya untuk bertarung?     

Dalam pengalamannya berurusan dengan Ling He, dia tahu bahwa Ling He adalah sosok yang sombong dan egois. Meskipun dia selalu bersikap sopan padanya, namun dia selalu merasa kesulitan untuk menyembunyikan kesombongannya. Namun, Qin Qing bisa memahami hal ini dan tidak memikirkannya terlalu berlebihan. Lagipula, untuk seseorang dengan bakat yang luar biasa seperti Ling He, yang juga menempati posisi terhormat dan telah berkultivasi ke tingkat Plane-nya saat ini, bagaimana mungkin dia tidak memiliki kesombongan di dalam dirinya?     

Dia sendiri juga sangat menjunjung harga dirinya, dan semua orang di tingkat ini pasti mengalami hal yang sama.     

Karena itulah, ketika insiden di tebing itu terjadi, meskipun Ling He sepertinya tidak begitu mempermasalahkannya, kemungkinan besar dia masih terus memikirkan hal tersebut. Itulah alasan mengapa dia memprovokasi Ye Futian saat ini, dimana dia ingin menyulut pertarungan ini sehingga dia bisa menghancurkannya di hadapan semua orang.     

Terlebih lagi, tingkat Plane Ling He lebih tinggi dari Ye Futian. Ling He adalah sosok yang sangat terkenal di Langit Donghua. Seharusnya dia jauh lebih kuat dari Yan Dongyang. Jika dia memutuskan untuk bertarung, maka peluangnya untuk menang cukup tinggi. Ye Futian akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam pertarungan ini.     

Dengan mengenakan pakaian serba putih dan rambut abu-abunya, Ye Futian berdiri di tengah-tengah medan pertempuran. Sementara itu di atasnya, Pagoda Lingxiao raksasa itu mengeluarkan arus keemasan yang kemudian berubah menjadi pagoda-pagoda yang terbang ke arahnya dan membentuk area Jalur Agung di bawah kendali Ling He, menyegelnya di dalam area tersebut.     

Di lokasi lainnya, Ling He masih mencengkeram tombak emas di tangannya. Dia bisa mengerahkan tombak itu kapan saja, yang merupakan sebuah ancaman besar bagi Ye Futian. Hal itu disebabkan karena pedang-pedang Ye Futian akan kesulitan untuk mengatasi serangan-serangan dari Ling He.     

Di bawah Pagoda Lingxiao yang sangat kuat itu, Ye Futian tampak sangat kecil. Namun, terdapat arus tak berbentuk yang mengalir dari tubuhnya. Arus itu seolah-olah membekukan segala sesuatu yang berada di sekitarnya. Dengan menjadikan tubuh Ye Futian sebagai titik pusatnya, suhu udara di dalam area Jalur Agung itu mulai turun.     

Arus itu menerjang ke depan seperti cabang-cabang pohon dan dedaunan yang tak berbentuk. Dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusat, arus itu menyelimuti seluruh bagian dari area Jalur Agung tersebut dalam waktu singkat. Suara gemerisik bergema di udara. Ketika arus Jalur Agung ini memadat, sebuah pohon ilahi yang menjulang tinggi muncul di depan mata semua orang.     

Tubuh Ye Futian berperan sebagai 'akar' dari pohon ilahi tersebut. Dahan-dahannya menyebar ke berbagai tempat, dan aura kegelapan yang dingin terpancar dari pohon itu.     

"Dingin sekali." Banyak orang memandang ke arah Ye Futian. Bahkan sosok-sosok terkemuka mengalihkan pandangan mereka padanya. Apakah itu adalah aura dari Jalur Agung Es?     

Dewi Pedang dan para kultivator dari Istana Fluttering Snow juga mengalihkan pandangan mereka pada Ye Futian. Selain menguasai ilmu pedang, mereka juga mahir dalam menggunakan Jalur Agung Es. Namun, aura ini sepertinya sedikit berbeda. Aura yang terpancar dari tubuh Ye Futian tampaknya lebih dingin daripada aura es pada umumnya.     

Namun, setiap kultivator memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda. Kobaran api dari Jalur Agung juga memiliki kekuatan yang berbeda-beda; begitu pula dengan kekuatan es.     

Namun, Pemimpin Istana Fluterring Snow merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Ini bukanlah kekuatan dari Jalur Agung Es.     

Dalam pertarungan ini, keduanya membentuk area Jalur Agung masing-masing. Seolah-olah pertempuran ini telah berubah menjadi pertarungan antar area dari Jalur Agung. Pagoda Lingxiao mengeluarkan arus emas yang mengerikan sambil mengerahkan beberapa pagoda untuk menghantam Ye Futian.     

Namun, di dalam area Jalur Agung yang dingin itu, semua serangan sepertinya dapat dihentikan dengan mudah. Kecepatan mereka berkurang drastis, dan cabang-cabang pohon yang memenuhi langit langsung menjalar mendekat dan menjerat pagoda-pagoda itu, sebelum menyegelnya di dalam lapisan es dan menghancurkannya hingga menjadi debu.     

Ling He mengerutkan keningnya saat menyaksikan pemandangan ini. Dia mengulurkan telapak tangannya, dan dalam sekejap, Pagoda Lingxiao itu melayang ke atas langit. Area Jalur Agung miliknya menyegel langit, dan sebuah arus yang mengerikan muncul dari dalam area tersebut, memusnahkan segala sesuatu yang ada di dalam jangkauannya. Cabang-cabang pohon dan dedaunan itu dihancurkan oleh arus emas tersebut. Namun, cabang-cabang pohon dan dedaunan terus menerus bermunculan dari tubuh Ye Futian, seolah-olah tidak ada habisnya. Pohon ilahi ini adalah peninggalan para dewa, dan memiliki kekuatan kehidupan yang luar biasa.     

"Pohon ilahi dari Pulau Dewa Timur."     

Seorang kultivator dari Klan Yan menatap pohon yang muncul dari tubuh Ye Futian itu dan berkata, "Siapa yang mengira bahwa pohon ilahi dari Pulau Dewa Timur telah diwariskan padanya. Sepertinya mereka berencana menjadikan pria ini sebagai penerus dari Pulau Dewa Timur."     

Banyak orang terkejut setelah mendengar hal ini. Mereka ingin menjadikan Ye Futian sebagai penerus dari Pulau Dewa Timur.     

Apakah ini berarti Pulau Dewa Timur telah memilih Ye Futian sebagai sang penerus sebelum mengirimnya ke Menara Pengintai Wangshen? Jika benar demikian, Klan Yan pasti akan semakin berambisi untuk membunuhnya.     

Ling He tiba-tiba mengerahkan telapak tangannya ke arah Ye Futian. Pada saat itu juga, Pagoda Lingxiao raksasa yang melayang di udara dikerahkan ke bawah. Bilah-bilah pedang cahaya suci itu mampu memusnahkan apa pun yang mereka sentuh. Alih-alih mengerahkan arus Jalur Agung untuk menyerang, dia langsung menggunakan Roda Ilahi miliknya. Ling He telah menyadari bahwa arus Jalur Agung miliknya tidak mampu melukai Ye Futian. Upayanya itu hanya membuang-buang waktu.     

Saat Pagoda Lingxiao itu turun dari langit, arus-arus penghancur yang menyelimutinya menghancurkan semua dedaunan dan cabang-cabang pohon kuno yang semakin mendekat. Tidak ada cabang pohon yang bisa mendekati pagoda itu, dan kekuatan Jalur Agung benar-benar menekan seluruh area tersebut saat Pagoda Lingxiao terus bergerak menuju tubuh Ye Futian. Pada saat yang bersamaan, Ling He mencengkeram tombak ilahi di tangannya dengan erat. Dia mengambil satu langkah ke depan, dan tubuhnya yang diselimuti oleh baju zirah emas yang menakjubkan itu memancarkan aura yang tak tertandingi. Selangkah demi selangkah, dia berjalan menuju Ye Futian. Auranya semakin kuat di setiap langkah yang diambilnya, dan untaian aura yang tak berbentuk muncul dari tubuhnya. Tampaknya mereka adalah perwujudan dari semangat bertarungnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.