Legenda Futian

Terjebak



Terjebak

1Di atas Ye Futian, cahaya suci yang dipancarkan oleh Pagoda Lingxiao mengalir ke bawah, dan udara ikut bergemuruh, menekan area dimana Ye Futian berada. Bayangan-bayangan dari pagoda ilahi itu terus menerus dikerahkan ke bawah, mengubur Ye Futian di dalamnya. Bahkan dahan-dahan, dedaunan, dan sulur-sulur yang menjalar ke arah Pagoda Lingxiao telah dihancurkan dalam sekejap.      0

Saat cahaya suci itu menyebar, Pagoda Lingxiao itu pun semakin mendekat, jatuh ke atas Ye Futian seperti sebuah kuil pencakar langit. Pada saat yang bersamaan, Ye Futian berubah wujud menjadi sebuah pohon ilahi, dimana dahan-dahan dan dedaunannya berputar-putar dengan agresif. Aura pedang tertinggi berkumpul pada saat yang bersamaan, hingga akhirnya membentuk sebilah pedang ilahi raksasa di depannya.     

Aura pedang yang tak terbatas itu masih mengalir ke dalam pedang ilahi yang baru saja terbentuk; cahaya pedang yang dihasilkan sangat menyilaukan dan tak bercela.     

Ye Futian mengarahkan jarinya ke arah langit. Tiba-tiba, pedang ilahi itu melesat ke atas langit dan bertabrakan dengan Pagoda Lingxiao. Sebuah sungai pedang muncul di antara Ye Futian dan pagoda tersebut. Ada aura pedang yang tak terbatas di dalam sungai pedang ini yang menyatu ke dalam pedang ilahi tersebut. Selain itu, muncul sebuah tirai pedang yang menakjubkan di tempat dimana tabrakan itu terjadi, yang kemudian menyebar ke area sekitarnya.     

Ling He, yang sedang berjalan di udara, menyaksikan pemandangan itu. Kemudian, dengan satu perintah dari dalam pikirannya, dia mengambil kendali Roda Ilahi-nya saat Pagoda Lingxiao terus berputar-putar, dan cahaya suci yang dipancarkan oleh pagoda itu mengalir dari atas langit. Sebuah suara yang memekakkan telinga bergema di atas medan pertempuran, bahkan udara ikut bergetar hebat. Bayangan-bayangan pagoda bermunculan di sekitar mereka saat semua bayangan pagoda itu dikerahkan ke bawah pada saat yang bersamaan. Area yang luas itu sekarang sepertinya telah berada di dalam dunia pagoda ilahi.     

Tubuh Ye Futian sepertinya juga bergetar. Pedang ilahi miliknya berguncang, dan tirai pedang itu berdesir namun tidak sampai terkoyak. Orang-orang mendapati bahwa Pagoda Lingxiao itu bergetar dan berputar dengan sendirinya, sehingga menyebabkan munculnya ritme yang menakjubkan di antara langit dan bumi, yang menekan dan menghancurkan bagian langit ini. Bagi mereka yang kultivasinya tidak cukup kuat, tekanan ini saja mampu membunuh mereka dalam sekejap; Roda Ilahi itu akan menghancurkan organ-organ mereka.     

Dahan-dahan dan dedaunan dari pohon ilahi itu menjalar dengan kecepatan tinggi. Mereka terlihat seperti sulur-sulur yang berusia 10.000 tahun, dan kini merambat di sekitar tirai pedang tersebut. Area yang dijangkau oleh mereka semakin meluas, hingga akhirnya menutupi seluruh tempat. Pada saat yang bersamaan, mereka terus-menerus merambat ke arah pagoda-pagoda yang berada di antara langit dan bumi itu.     

Pada saat ini, Ye Futian terlihat seperti dewa pohon yang berusia seratus abad, yang telah menciptakan berbagai macam makhluk hidup.     

"Jalur Agung siapa yang lebih kuat di antara keduanya?" Semakin banyak orang yang mengalihkan perhatian mereka pada medan pertempuran ini. Mereka berdua sangat kuat dan jauh melampaui para kultivator di tingkat Plane yang sama dengan mereka. Banyak orang terkejut menyaksikan pertarungan ini, khususnya pada penampilan Ye Futian.     

Bagaimanapun juga, Ling He—pemimpin muda dari Istana Lingxiao—sudah lama meraih ketenaran. Meskipun Ye Futian telah bertarung dengan menakjubkan sebelumnya, namun banyak orang tidak menyaksikan pertarungannya melawan Yan Dongyang secara langsung. Oleh karena itu, sebagian besar kultivator datang kemari untuk menyaksikan penampilan Ye Futian dengan mata kepala mereka sendiri. Sekarang, tampaknya dia telah membuktikan bahwa kemampuannya sesuai dengan reputasi yang dia dapatkan, dan dia memang sangat kuat.     

Namun, jika pohon ilahi dan Roda Ilahi berbentuk pedang milik Ye Futian digunakan untuk melawan tekanan yang dilancarkan oleh Pagoda Lingxiao, lalu bagaimana caranya dalam mengatasi serangan yang dilancarkan oleh Ling He secara langsung?     

Mungkin Ye Futian masih berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, dan bahaya masih mengintainya.     

Semangat bertarung yang dipancarkan oleh Ling He, yang sedang berjalan menuju Ye Futian, menjadi semakin kuat saat dia berjalan mendekat, dan sebuah arus dari Jalur Agung yang menakjubkan telah terbentuk di sekitarnya. Dia menatap Ye Futian dengan kedua matanya yang berwarna emas, dan pada saat ini, hawa dingin memenuhi matanya.     

Ye Futian mahir dalam menggunakan pedang. Jika pedangnya digunakan untuk menangkis Pagoda Lingxiao, lalu bagaimana caranya dia bisa mengatasi serangan tombak dari Ling He?     

Tombak emas di tangan Ling He memancarkan aura tombak yang mengerikan. Saat dia berjalan mendekati Ye Futian, lengannya ditarik ke belakang. Tiba-tiba, dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusat, muncul bayangan-bayangan tombak di seluruh tempat.     

Sebuah aura tombak yang menakjubkan terpancar keluar sebelum tombak itu dikerahkan, yang kemudian berubah menjadi seberkas sinar keemasan dan langsung mengincar Ye Futian. Sudah jelas, Ling He menyadari bahwa mustahil baginya untuk melukai Ye Futian hanya dengan aura tombak, namun Ye Futian juga tidak akan mudah untuk menangkis serangannya ini.     

"Saudara Ye, berhati-hatilah." Ling He berhenti melangkah. Meskipun dia telah berhenti bergerak, namun kekuatannya telah dikerahkan hingga batas maksimal saat cahaya suci keemasan terpancar keluar dari tubuhnya. Pada saat ini, sosoknya yang mengenakan baju zirah emas terlihat seperti dewa perang.     

"Itu adalah Tombak Lingxi dari Istana Lingxiao! Waspadalah!" sebuah suara berusaha memperingatkan Ye Futian. Dan pemilik suara itu ternyata adalah Thunder Punishing Skylord. Ye Futian berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, dan teknik Tombak Lingxi sudah dikenal di seluruh penjuru Wilayah Donghua. Pemimpin Istana Lingxiao, dengan memiliki Pagoda Lingxiao dan Tombak Lingxi sebagai senjata andalannya, sulit sekali memiliki pesaing di Wilayah Donghua. Dia memiliki kekuatan yang luar biasa, dan jika Ye Futian bertindak ceroboh, maka satu serangan darinya dapat merenggut nyawanya dalam sekejap.     

"Terima kasih telah mengingatkan saya, Tetua." Reaksi yang ditunjukkan oleh Ye Futian membuat Thunder Punishing Skylord tercengang. Dia menatap Ye Futian, yang telah terjebak di kejauhan. Rupanya pria itu masih punya waktu untuk menanggapinya. Seolah-olah dia sama sekali tidak panik dengan situasinya saat ini.     

Mungkinkah semua orang terlalu meremehkannya?     

Mereka hanya bisa menunggu dan melihatnya secara langsung.     

Semua orang menatap ke arah Ling He. Tombak Lingxi bergerak sangat cepat dan tak terkalahkan, sehingga pertempuran biasanya berakhir dalam sekejap. Pagoda Lingxiao akan menekan targetnya sementara teknik Tombak Lingxi akan menuntaskan semuanya. Kombinasi ini saling melengkapi satu sama lain dan membuat penggunanya meraih kemenangan kemana pun mereka pergi.     

Kali ini, hal yang sama akan terjadi saat Ling He berhadapan dengan penerus dari Pulau Dewa Timur yang sangat terkenal ini.     

Pada saat ini, banyak bayangan bermunculan di antara langit dan bumi, begitu pula dengan bayangan tombak yang tak terbatas. Ling He kembali bergerak.     

Orang-orang hanya bisa melihat aura tombak di atas medan pertempuran saat bayangan sebuah tombak emas muncul di antara Ling He dan Ye Futian. Kini hanya ada bayangan di tempat Ling He berdiri sebelumnya.     

Satu serangan dari Tombak Lingxi mampu menaklukkan para dewa dan iblis.     

*Brak*     

Terdengar suara yang memekakkan telinga saat Tombak Lingxi menghantam sesuatu yang keras. Cahaya suci keemasan yang mengerikan bersinar di depan Ye Futian, yang saat ini diselimuti oleh bayangan iblis gajah raksasa. Suara gajah yang sangat keras bergema di udara, dan dua buah lengan tampak diulurkan ke depan untuk mencengkeram tombak yang diarahkan padanya.     

"Roda Ilahi dari Jalur Agung!"     

Semua orang tampak terkejut saat mereka menyaksikan pemandangan di depan mata mereka. Ye Futian mengeluarkan Roda Ilahi lainnya—seekor iblis gajah raksasa.     

Ling He memandang Ye Futian dengan acuh tak acuh saat suara-suara melengking terdengar di atas medan pertempuran. Cahaya suci keemasan yang menakjubkan bersinar dari tubuhnya saat tombak itu terus bergerak ke depan, berusaha menembus tubuh iblis gajah tersebut. Suara yang dihasilkan sangat keras, karena tombak itu ditujukan untuk menembus Roda Ilahi milik Ye Futian.     

Namun, pada saat yang bersamaan, Ling He melihat sepasang mata yang mengerikan. Dalam sekejap hawa dingin yang luar biasa menerobos masuk ke dalam matanya, seolah-olah ingin membekukan jiwa spiritualnya. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga merasa kedinginan—sangat dngin—hingga menusuk tulangnya.     

Semua orang terkejut saat menyadari bahwa pohon ilahi itu telah menyelimuti seluruh area ini. Sebuah arus hawa dingin yang menusuk tulang mengitari area ini, seolah-olah hendak membekukan segalanya, mengubah suhu udara menjadi dibawah nol derajat.     

Ling He bisa merasakan bahwa tombak, tubuh, dan darahnya akan dibekukan. Segala sesuatunya seperti melambat, termasuk detak jantungnya; bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?     

Kemampuan macam apa ini?     

Apakah selama ini Ye Futian telah menunggu momen ini?     

Apakah Ye Futian sengaja menggunakan pedang ilahi untuk menangkis Pagoda Lingxiao agar memancingnya mendekat?      

Pada saat ini, tatapan mata Ye Futian tampak sedingin es. Samar-samar, terlihat keinginan membunuh yang dingin di dalam matanya. Dia menatap Ling He dan berteriak, disertai dengan rapalan sutra Buddha dari Jalur Agung. Dalam sekejap, area ini dipenuhi oleh gelombang suara Buddha, yaitu Lagu Pembunuh Iblis Vajra, yang bersiap menyerang jiwa spiritualnya dalam jarak yang begitu dekat.     

Ling He bisa merasakan jiwa spiritualnya bergetar saat dia menahan serangan dari Kekuatan Yin serta serangan dari Lagu Pembunuh Iblis Vajra. Jiwa spiritualnya akan runtuh dan hancur berkeping-keping. Dia merasa bahwa dia tidak lama lagi akan pingsan.     

Rentetan serangan ini dipersiapkan seperti satu set jebakan, yang sudah menunggunya dan membuatnya terjebak akibat tindakannya sendiri.     

Semua orang yang berada di luar medan pertempuran juga tampak terkejut setelah menyaksikan pemandangan yang terjadi begitu tiba-tiba ini. Rentetan serangan yang dilancarkan dalam waktu singkat itu mengejutkan semua orang. Mereka mengira Ling He-lah yang akan menekan Ye Futian dalam pertarungan ini, dan mereka tidak menyangka bahwa situasinya akan berbalik dalam sekejap. Setelah perubahan situasi yang mencengangkan ini, tampaknya selama ini Ye Futian telah menunggu Ling He untuk masuk ke dalam perangkapnya.     

"Kemampuan bertarungnya sangat kuat, dan dia juga memiliki berbagai macam Roda Ilahi..." Beberapa orang tampak takjub dan terguncang. Ada rumor yang mengatakan bahwa Ye Futian telah mengalahkan Yan Dongyan dengan satu serangan pedang. Karena itulah, semua orang mengira Ye Futian mahir dalam menggunakan ilmu pedang, namun mereka tidak menyangka bahwa dia ternyata mahir dalam berbagai macam kemampuan.     

Ye Futian menatap Ling He dan tidak repot-repot menyembunyikan keinginan membunuh di dalam matanya.     

Pada saat ini, Ye Futian mengangkat telapak tangannya dan mengerahkannya ke depan, diikuti dengan suara gajah yang mengguncang langit. Saat telapak tangan raksasa itu dikerahkan ke bawah, Ling He bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat. Cahaya keemasan yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya, dan bayangan yang tak terhitung jumlahnya muncul di sekitarnya.     

*Whoosh* Pancaran cahaya yang menakjubkan bersinar dari tombak di genggaman tangannya. Rasanya seolah-olah bayangan yang tak terhitung jumlahnya itu menyerang pada saat yang bersamaan, menolak untuk menyerah begitu saja.     

Diikuti dengan suara tabrakan yang keras, Ling He pun bergerak. Keinginan bertarung yang menggebu-gebu telah membantunya membebaskan diri dari hawa dingin yang menusuk tulang itu. Sepertinya bayangan tombak yang tak terbatas itu muncul dari tubuhnya pada saat Pagoda Lingxiao juga mengeluarkan tekanan terkuatnya.     

Ketika bayangan-bayangan tombak itu melesat di udara, dia bergerak, berusaha pergi meninggalkan area ini. Tapi hawa dingin itu mempengaruhi kecepatannya. Dahan-dahan dan dedaunan yang tak terhitung jumlahnya merambat ke arahnya saat kekuatan Jalur Agung menyegal area tersebut. Ye Futian mengarahkan jarinya ke depan, dan dalam sekejap, aura pedang dari Jalur Agung dikeluarkan untuk memusnahkan segala sesuatu yang berada di dalam area tersebut.     

"Terus serang!" Ling He berteriak dengan keras. Tombak Lingxi bergerak secepat kilat, berusaha menerobos keluar dari area Jalur Agung ini. Pada saat berikutnya, tubuhnya terhempas ke belakang dan berlumuran darah. Sepertinya ada beberapa bekas sayatan pedang di tubuhnya saat darah mengalir dari sudut mulutnya.     

*Whoosh*     

Kini giliran Ye Futian yang menyerangnya. Ling He melihatnya bergerak seperti kilat saat seberkas cahaya yang mengerikan muncul di atas langit. Tombak Lingxi masih bergerak secepat kilat, hingga akhirnya bertabrakan dengan pedang yang dikeluarkan oleh Ye Futian. Tubuhnya kembali dihempaskan ke belakang. Saat dia mengulurkan tangannya, tombak itu terbang kembali ke tangannya.     

"Sudah cukup." Ye Futian masih ingin bergerak ke depan, tetapi tiba-tiba, beberapa orang muncul di depannya. Saat suara mereka terdengar, mereka mengangkat tangan dan melancarkan serangan. Bayangan sebuah pagoda yang mengerikan telah muncul dan menekan bagian langit ini.     

Disertai dengan suara tabrakan yang keras, tubuh Ye Futian terhempas ke belakang. Orang-orang yang baru saja menyerangnya adalah dua Renhuang tingkat atas.     

Ye Futian berhenti dan tidak melanjutkan serangannya. Meskipun Ling He adalah sosok yang tercela, namun kekuatannya memang luar biasa. Ditambah lagi, ada orang-orang dari Istana Lingxiao yang hadir untuk menghalanginya membunuh Ling He. Mungkin dia tidak akan bisa membunuhnya. Namun, amarah di dalam hatinya masih berkobar dan tidak bisa dipadamkan.     

"Kalian sangat luar biasa," Ye Futian memandang para kultivator dari Istana Lingxiao saat dia berbicara dengan nada menyindir. Orang-orang dari Istana Lingxiao merasa sangat malu, dan wajah Ling He terlihat semakin muram.     

Secara mengejutkan, dia kalah dalam pertarungan ini. Dia telah mengeluarkan serangan-serangan terkuatnya, dan semuanya begitu sempurna. Dia begitu percaya diri bahwa pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan mudah, namun apa yang terjadi justru berkebalikan. Renhuang berambut abu-abu itu menyerang balik dengan kekuatan yang sangat mengerikan dan membuatnya terkejut.     

Dia—Ling He—telah dikalahkan oleh seorang kultivator dengan tingkat Plane yang lebih rendah darinya. Kekalahan ini merupakan sebuah tamparan keras baginya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.