Legenda Futian

Petarung yang Tak Terkalahkan



Petarung yang Tak Terkalahkan

0Badai petir penghancur itu masih bergejolak di atas langit, dan Pagoda Lingxiao juga masih terjebak di dalamnya. Storm Demon berdiri di tengah-tengah badai tersebut dan memandang ke arah Ling He di bagian bawah. Kilatan petir hitam menyambar di sekitar tubuh Ling He seolah-olah mereka sedang mengejeknya.     2

Ling He mendongak untuk memandang Storm Demon, dengan ekspresi yang sangat tertekan dan malu. Ling He adalah pemimpin muda dari Istana Lingxiao dan salah satu kultivator terkemuka di Langit Donghua dengan Roda Ilahi yang sempurna. Tapi dia telah berulang kali dikalahkan semenjak dia bertemu dengan Ye Futian di tebing peninggalan Thunder Punishing Skylord di Benua Samudra Ilahi. Sekarang, seorang Renhuang dari Istana Dewa Kehancuran juga berhasil mengalahkannya dalam pertarungan yang disebabkan oleh perselisihan dan perseteruan antara ayahnya, Pemimpin Istana Lingxiao, dan Dewa Kehancuran.     

Sayangnya, dia kalah dalam pertarungan ini, dan kekalahan ini tidak hanya mempermalukan dirinya sendiri, tetapi juga mempermalukan ayahnya, yang sedang duduk di dalam Istana Donghua.     

"Enyahlah. Kau bukan tandinganku," ujar Storm Demon dengan nada dingin dan mengintimidasi, yang membuat Ling He semakin malu. Akan tetapi, pancaran cahaya suci yang mengerikan bersinar dari tubuh Ling He. Dia masih ingin melanjutkan pertarungan.     

Menanggapi hal ini, Storm Demon bergerak cepat di dalam badai penghancur tersebut. Kilatan petir bencana menyambar dari atas langit dan menyatu dengan Jalur Agung Angin. Saat ini, tubuh Storm Demon diselimuti oleh badai penghancur itu dan kembali bergerak seperti hembusan angin. Dia memegang kapak perang dengan kedua tangannya dan mengayunkannya dari atas, seolah-olah dia tidak ingin memberikan kesempatan pada Ling He untuk membalikkan keadaan.     

Seberkas cahaya berwarna hitam melesat di udara dan nyaris membelah langit menjadi dua bagian. Kapak perang itu diayunkan ke arah Ling He dengan membawa kekuatan yang dahsyat di dalamnya bersamaan dengan Ling He yang juga mengerahkan tombak emasnya ke depan. Energi penghancur yang dihasilkan sangatlah mengerikan dan mampu membuat bumi berguncang.     

*Krak* Banyak retakan bermunculan di permukaan tombak tersebut. Akibatnya, Ling He terhempas semakin jauh, dan dia juga memuntahkan darah dari mulutnya.     

"Sungguh menyedihkan…"     

Para kultivator yang menyaksikan pertarungan ini dari bagian bawah merasa kasihan pada Ling He. Ling He adalah pemimpin muda dari Istana Lingxiao, seorang kultivator terkenal di Langit Donghua, seorang murid dari Akademi Donghua, dan seorang Renhuang dengan Roda Ilahi yang sempurna. Namun, pada saat ini, dia telah dibuat bertekuk lutut oleh Storm Demon.     

Pemimpin Istana Lingxiao yang duduk di dalam Istana Donghua menatap Storm Demon dengan ekspresi muram. Semua orang bisa melihat kemarahan di wajahnya dan merasakan energi kegelapan yang terpancar dari tubuhnya, namun Dewa Kehancuran tidak peduli akan hal tersebut. Dia juga mengamati medan pertempuran di bagian bawah dan berkomentar dengan tenang, "Tidak buruk. Setidaknya dia mampu menahan serangan dari kapak perang milik Storm Demon."     

Sosok-sosok terkemuka yang berada di sana terdiam dan memandang Dewa Kehancuran dengan tatapan aneh, yang sama sekali tidak memedulikan citra dari Pemimpin Istana Lingxiao.     

Pemimpin Istana Lingxiao tidak memberikan tanggapan. Dia tidak bisa berkomentar apa-apa. Ini adalah sebuah pertarungan yang adil, dan dia tidak bisa memprotes hasil akhirnya. Ling He dipermalukan seperti ini karena dia memang lebih lemah dari lawannya. Apa lagi yang bisa dia katakan tentang hal tersebut?     

Saat ini, suasana di tempat itu menjadi canggung. Selain dua pertarungan pertama, ini adalah pertarungan yang berlangsung paling sengit dan menegangkan. Apalagi pertarungan ini berkaitan dengan dua sosok terkemuka yang sedang duduk di Istana Donghua. Alih-alih bertarung secara langsung, mereka justru mengirimkan bawahan mereka.     

Meski begitu, para Renhuang di Sembilan Langit dan para penonton di bagian bawah dibuat takjub oleh pertarungan-pertarungan ini. Semua ini adalah Pertempuran Hukum yang mempertemukan kultivator-kultivator terbaik di Wilayah Donghua, dan mereka semua bertarung dengan sekuat tenaga di sini. Setelah menyaksikan penampilan Ning Hua dan Desolation, Storm Demon dan Ling He, semua orang jadi bertanya-tanya siapa lagi yang akan naik ke atas Panggung Pertempuran Hukum.     

Badai penghancur itu telah menghilang dari Panggung Pertempuran Hukum, begitu pula dengan energi penghancur yang dikeluarkan oleh Storm Demon. Ling He tampak berjalan menuruni panggung pertempuran dengan lesu. Saat berjalan kembali ke kursinya, dia bisa merasakan tatapan mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju ke arahnya. Tidak mudah untuk menghadapi situasi seperti ini, bahkan untuk seorang Renhuang dengan kekuatan mental yang luar biasa seperti dirinya.     

Apa yang baru saja dia alami bukanlah sebuah pertarungan biasa, melainkan kompetisi untuk saling mempermalukan satu sama lain.     

Meski begitu, Storm Demon tidak pergi meninggalkan Panggung Pertempuran Hukum. Orang-orang tampak terkejut saat melihatnya masih melayang di atas panggung pertempuran. Apakah dia masih ingin bertarung?     

Benar saja, Storm Demon mengangkat kepalanya dan memandang deretan kursi tempat para kultivator dari Menara Pengintai Wangshen berada. Dia berkata, "Aku ingin melihat seperti apa kemampuan yang dimiliki oleh Kaisar Pedang Liunian. Izinkan aku bertarung melawanmu."     

Ye Futian!     

Dalam sekejap, tatapan mata semua orang beralih ke arah Ye Futian. Dia lagi. Dan kali ini, sosok yang menantangnya adalah Storm Demon, yang baru saja mengalahkan Ling He.     

Namun, tidak peduli sekuat apa pun Storm Demon, kemungkinan besar dia lebih lemah dari Chen Yi.     

Chen Yi sudah menjadi sosok legendaris sejak 20 tahun lalu dan dia mahir dalam menggunakan Pedang Cahaya. Kecepatan dan kekuatannya telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi banyak orang.     

Karena itulah, Storm Demon pasti akan dikalahkan oleh Ye Futian. Akan tetapi, Kaisar Pedang Liunian kini telah menjadi sebuah gunung yang ingin ditaklukkan oleh semua orang. Itulah alasan mengapa Storm Demon tetap ingin menantang Ye Futian dan semakin membuktikan kemampuannya setelah berhasil mengalahkan Ling He.     

Dia tetap menantang Ye Futian meskipun dia tahu bahwa pada akhirnya dia akan kalah. Tujuan utama dari pertarungan ini adalah mencari Jalur Agung, sementara hasil akhirnya hanyalah bonus. Storm Demon menyadari bahwa peluangnya untuk menang sangatlah kecil. Seorang kultivator di tingkat Plane seperti dirinya jelas bisa menebak betapa kuatnya Ye Futian.     

Ye Futian berdiri di tempatnya dengan ekspresi tenang di wajahnya. Di acara sebesar ini, cepat atau lambat akan ada seseorang yang menantangnya. Dia sudah mempersiapkan semuanya sejak awal. Meskipun sulit baginya untuk menemui lawan yang sepadan, namun dia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menguji kemampuan para kultivator berbakat dari berbagai macam pasukan terkemuka.     

Dia melangkah ke depan dan kembali memasuki Panggung Pertempuran Hukum. Kemudian dia berkata sambil memandang ke arah Storm Demon, "Mari kita mulai."     

"Ya." Ekspresi Storm Demon tampak serius. Dia tidak bersikap sombong dan angkuh seperti saat dia menghadapi Ling He. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia juga mengetahui sekuat apakah lawannya saat ini. Roda Ilahi milik Ye Futian telah melampaui para jenius seperti Desolation dan Jiang Yueli. Tidak ada seorang pun di Wilayah Donghua selain Ning Hua yang berada di tingkatan yang sama dengan Ye Futian dalam hal Roda Ilahi dari Jalur Agung.     

Terlebih lagi, Ye Futian juga mengkultivasi berbagai macam kekuatan Jalur Agung dan memiliki beberapa Roda Ilahi, yang semuanya sempurna.     

Storm Demon juga berada di Akademi Donghua saat Ye Futian menampilkan dua Roda Ilahi tingkat kelima miliknya. Dan Ye Futian masih memiliki Roda Ilahi lain yang belum dia tampilkan. Bahkan Roda-Roda Ilahi itu mungkin jauh lebih kuat, yaitu berada di tingkat keenam.     

Karena itulah, Storm Demon sudah tahu seperti apa kemampuan Ye Futian.     

"Baiklah," ujar Ye Futian. Dalam sekejap, sebuah badai penghancur muncul di langit di atasnya. Area Jalur Agung itu dipenuhi oleh kegelapan saat pancaran cahaya penghancur turun dari atas langit.     

Bulan yang menggantung di atas langit terus membesar dan Ye Futian bergerak mengikuti pergerakan bulan tersebut. Tiba-tiba, muncul sebuah fenomena aneh di sana. Cahaya bulan membekukan area itu dan mengeluarkan kekuatan penghancur yang mengerikan, menghancurkan segala sesuatu yang berniat untuk mencelakai Ye Futian.     

"Kekuatan Yin." Storm Demon memandang Ye Futian dengan ekspresi serius di wajahnya. Cahaya bencana yang tak terbatas menimpa tubuh Storm Demon saat dunia berubah menjadi sebuah gurun yang luas. Tubuh kekar Storm Demon terus membesar dan merubah wujudnya menjadi Dewa Kehancuran. Dengan memancarkan cahaya penghancur serta membawa sebuah kapak perang berwarna hitam di tangannya, dia perlahan-lahan turun dari badai penghancur yang berada di atas langit.     

Storm Demon mengulurkan tangannya dan menggenggam kapaknya dengan erat. Pada saat yang bersamaan, cahaya bencana yang dahsyat bergejolak di area tersebut. Tubuh Storm Demon diselimuti oleh cahaya itu seolah-olah dia sedang mengumpulkan energi dan bersiap untuk melancarkan serangan.     

Ye Futian tentu saja menyadari rencana Storm Demon untuk melancarkan serangan pamungkas.     

Ini akan menjadi serangan terkuat yang dimiliki oleh Storm Demon.     

Ye Futian bisa merasakan dengan jelas energi penghancur dari serangan yang dikerahkan dari atas langit itu. Para kultivator dari Istana Dewa Kehancuran berasal dari Benua Badlands. Keahlian mereka tidak jauh berbeda satu sama lain.     

Cahaya bulan menyinari area tersebut dan berubah menjadi untaian Qi pedang es. Bilah-bilah pedang itu mengitari tubuh Ye Futian dan berubah menjadi Pedang Bayangan yang mengerikan. Aura pedang yang tak terbatas tampak berputar-putar dan mengeluarkan suara lengkingan yang bergema ke seluruh tempat.     

Akhirnya, badai penghancur itu turun dari atas langit dengan agresif. Storm Demon mencengkeram kapak perang miliknya dan mengayunkannya ke bawah. Kilatan cahaya dari kapak itu nyaris membelah langit menjadi dua bagian.     

Bahkan para penonton bisa merasakan kekuatan mengerikan yang terkandung di dalam kapak tersebut.     

Pada awalnya kapak itu bergerak secepat kilat, namun pergerakannya melambat ketika mendekati Ye Futian. Kemudian, para penonton melihat ada sebilah pedang es yang bertabrakan dengan kapak itu di udara.     

Tabrakan yang dihasilkan ketika pedang dan kapak itu bertemu satu sama lain tidak terlalu mengerikan. Pemandangan itu terlihat seperti ada dua garis yang saling bertemu sebelum akhirnya salah satu garis dihancurkan oleh garis lainnya. Dengan disaksikan oleh semua orang, garis hitam yang dibentuk oleh kapak itu terhempas ke belakang dan akhirnya dilenyapkan oleh garis lainnya.     

Disertai dengan seberkas cahaya yang menyilaukan, langit terbelah menjadi dua bagian, dan kegelapan itu pun musnah. Tubuh Storm Demon terhempas ke udara, dan badai penghancur itu mereda.     

"Sesuai dugaan." Alih-alih terkejut, para penonton justru tampak takjub oleh pemandangan yang baru saja terjadi. Tidak ada seorang pun, termasuk Storm Demon, yang mampu mengalahkan Ye Futian. Ye Futian adalah seorang petarung legendaris yang muncul secara tiba-tiba.     

Kaisar Pedang Liunian tetap tak terkalahkan dan tak tertandingi.     

Jauh di atas langit, Storm Demon menstabilkan tubuhnya dan memandang Ye Futian, lalu berkata, "Terima kasih atas bimbingannya."     

Kemudian, dia pergi meninggalkan Panggung Pertempuran Hukum tanpa menunjukkan kekecewaan yang berlebihan. Dia sudah menduga bahwa hasil akhirnya akan menjadi seperti ini.     

Ling He menyaksikan pertarungan ini dengan ekspresi sedingin es di wajahnya. Storm Demon, yang baru saja mengalahkan dan mempermalukan dirinya, kini kalah di tangan Ye Futian. Perbandingan semacam ini membuatnya semakin malu.     

Dia adalah sosok terkemuka dari Istana Lingxiao, namun dia tidak bisa disejajarkan dengan Ye Futian.     

Sebuah suara bergema ketika Ye Futian hendak pergi meninggalkan Panggung Pertempuran Hukum, "Tunggu sebentar, Renhuang Ye."     

Suara itu menarik perhatian semua orang. Dalam sekejap, mereka memandang dari mana suara itu berasal dan melihat seorang wanita cantik melangkah ke depan. Dia adalah Dewi Taihua.     

Dewi Taihua memandang Ye Futian yang masih berada di atas Panggung Pertempuran Hukum dan berkata, "Bolehkan aku memainkan sebuah lagu untukmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.