Legenda Futian

Apakah Dia Dapat Berumur Panjang?



Apakah Dia Dapat Berumur Panjang?

0Di suatu tempat di dalam Wilayah Donghua, sekelompok orang sedang berpergian di atas langit. Sosok yang memimpin mereka adalah Dewi Donglai. Mereka sedang bergerak menuju Pulau Dewa Timur.     
1

"Sepertinya kita tidak akan bisa tinggal terlalu lama di Pulau Dewa Timur," ujar Kaisar Alkimia, yang berada di samping Dewi Donglai. Dewi Donglai menganggukkan kepalanya dan berkata, "Setelah kita kembali, sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk mengevakuasi Pulau Dewa Timur dan mencari tempat lain untuk menetap."     

Kaisar Alkimia tidak berkomentar apa-apa. Dia memandang jauh di belakang mereka. Belum lama ini, mereka berpisah dengan Li Changsheng. Dia telah memutuskan untuk kembali ke Menara Pengintai Wangshen. Saat memikirkan hal ini, Kaisar Alkimia merasa khawatir. Li Changsheng mungkin tidak akan pernah kembali.     

Namun, tekad Li Changsheng sudah bulat, dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal tersebut. Ini adalah prinsip yang selalu dia pegang.     

Xia Qingyuan mengeluarkan Cermin Zimu Yuanyang dan sedang berbicara dengan Ye Futian secara telepati. Setelah mengetahui dimana Ye Futian berada, dia merasa jauh lebih tenang. Sekarang, di seluruh penjuru Wilayah Donghua, satu-satunya orang yang benar-benar dapat melindungi Ye Futian kemungkinan besar adalah Kaisar Xi.     

Dan secara kebetulan, Kaisar Xi memang telah menolong Ye Futian. Dengan begini, meskipun keberadaan Ye Futian diketahui, Kaisar Xi memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menghadapi Ketua Ning.     

Pada saat ini, di sebuah gunung kuno di Pulau Dewa Penyu, Ye Futian tampak duduk di sana dengan tenang. Setelah mendengar kabar bahwa Li Changsheng telah kembali ke Menara Pengintai Wangshen, dia bisa merasakan sedikit kesedihan di dalam hatinya. Kakak Senior Li biasanya gemar bercanda, tapi ternyata dia benar-benar seorang pria yang menjunjung tinggi persaudaraan.     

Jika tidak, kenapa dia justru kembali ke Menara Pengintai Wangshen di situasi seperti ini?     

Saat ini, Menara Pengintai Wangshen adalah tempat paling berbahaya baginya. Li Changsheng pasti menyadari hal ini. Ning Yuan telah menyatakan secara pribadi bahwa nama Menara Pengawal Wangshen akan dilenyapkan. Hal itu menunjukkan bahwa Menara Pengintai Wangshen sudah tidak ada lagi di Wilayah Donghua.     

Lalu, kenapa dia justru kembali ke Menara Pengintai Wangshen sekarang?     

…     

Di Benua Dongxiao, tepatnya di Menara Pengintai Wangshen.     

Di Menara Pengintai Wangshen, ada banyak kultivator dari seluruh penjuru Benua Dongxiao telah berkumpul di sana, terutama mereka yang berasal dari kota-kota utama di Benua Dongxiao. Setelah para Renhuang dari berbagai macam pasukan mendengar berita tentang jatuhnya Menara Pengintai Wangshen, mereka datang kemari untuk melakukan penjarahan. Hal ini bahkan mengakibatkan terjadinya sebuah pertempuran besar. Banyak istana kuno di dalam Menara Pengintai Wangshen telah runtuh dan dihancurkan. Seolah-olah tempat ini telah berubah menjadi sebuah reruntuhan kuno dan bukan lagi tempat suci untuk berkultivasi.     

Pada saat ini, di bagian bawah dari Menara Pengintai Wangshen, satu sosok tampak mendaki tangga menuju tempat tersebut. Sosok ini merupakan seorang Tetua, dan dia membawa mayat seseorang bersamanya. Kehadirannya langsung menarik perhatian banyak orang.     

Dari atas, beberapa orang memandang sosok yang baru saja datang. Mereka menyipitkan mata saat mengamati sosok itu dengan seksama.     

Itu adalah Li Changsheng. Sementara mayat yang dibawa olehnya adalah mayat Zong Chan.     

Li Changsheng berani kembali ke Menara Pengintai Wangshen. Apakah dia ingin menjemput ajalnya sendiri?      

Para kultivator lainnya telah mendengar berita tentang pertempuran yang terjadi selama Perjamuan Donghua berlangsung. Kaisar Millet terluka parah, dan dia melarikan diri dari Langit Donghua. Setelah itu, Kaisar Yan secara pribadi memimpin pasukannya kemari untuk melacak keberadaan Kaisar Millet. Berita itu pun langsung mengguncang seluruh penjuru Benua Dongxiao. Rumor mengatakan bahwa sebagian besar anggota dari Menara Pengintai Wangshen tewas terbunuh atau terluka. Zong Chan juga tewas terbunuh dan nama Menara Pengintai Wangshen telah dilenyapkan oleh Ketua Ning dari Wilayah Donghua,     

Akan tetapi, para anggota dari berbagai macam pasukan justru memperburuk situasi dan datang ke Menara Pengintai Wangshen untuk melakukan penjarahan.     

Sekarang, Li Changsheng benar-benar telah kembali kemari. Bagi kultivator lainnya, tindakan ini sama saja seperti bunuh diri.     

Namun, mereka yang melihat kehadiran Li Changsheng langsung melesat pergi. Mereka tetap harus berhati-hati padanya. Bagaimanapun juga, mereka-lah yang memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan, dan Li Changsheng adalah salah satu murid terbaik dari Menara Pengintai Wangshen.     

*Brak*     

Diikuti dengan suara ledakan yang keras, pijakan batu di bawah kaki Li Changsheng hancur berkeping-keping. Dia memandang jauh ke atas langit. Tatapan matanya yang muram kini dipenuhi oleh hawa dingin. Tempat suci yang pernah meraih kejayaan di Benua Dongxiao ini sekarang tampak menyedihkan. Segala sesuatunya telah hancur berantakan.     

"Ayo kita pergi."     

Seorang Renhuang melesat pergi. Ketika Renhuang itu melihat Li Changsheng menghancurkan anak tangga di bawah kakinya, samar-samar dia bisa merasakan kemarahan yang terpendam dari sosok Li Changsheng. Pada saat ini, Li Changsheng memancarkan aura yang dingin. Tatapan matanya bahkan memancarkan keinginan membunuh yang mengerikan. Hal ini menyebabkan Renhuang itu merasa sangat gelisah, terutama karena Li Changsheng membawa mayat seseorang bersamanya.     

Namun, Renhuang itu baru saja melangkah ke udara ketika dahan dan sulur-sulur yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke arahnya dan menjerat tubuhnya. Kobaran Api Jalur Agung terpancar dari sosok Renhuang itu saat dia mencoba untuk membakar sulur-sulur tersebut. Namun, lingkaran-lingkaran cahaya dari Jalur Agung yang mengerikan tampak mengalir di sekitar sulur-sulur dan dedaunan tersebut, sehingga membuat kobaran api itu tidak bisa menyentuh mereka.     

*Whoosh, Whoosh* Sulur-sulur itu menjerat tubuh sang Renhuang dengan kuat, sehingga membuatnya berteriak kesakitan. Sekujur tubuhnya kini diselimuti oleh sulur-sulur itu, dan perlahan-lahan dia menjadi kesulitan untuk bernapas. Bahkan sosoknya kini sudah tidak bisa dilihat lagi.     

Tidak lama kemudian, sulur-sulur itu tampak berlumuran darah. Disertai dengan suara gemerisik, sulur-sulur itu berubah menjadi debu dan darah turun dari atas langit seperti hujan. Renhuang itu telah binasa dan lenyap tak bersisa.     

Hal ini menyebabkan ekspresi para Renhuang di Menara Pengintai Wangshen berubah secara drastis. Banyak dari mereka langsung bersiap-siap untuk pergi. Namun, Li Changsheng mengambil satu langkah ke depan dan terbang ke udara. Sosoknya langsung melesat menuju langit di atas Menara Pengintai Wangshen. Pada saat yang bersamaan, auranya menyebar ke kejauhan, membentuk sebuah area Jalur Agung yang mengerikan. Sulur-sulur yang merambat dari pohon kuno milik Li Changsheng kini telah menutupi matahari, menyelimuti bagian langit ini dan area yang luas di dalamnya.     

Ekspresi banyak Renhuang langsung berubah. Mereka memandang area di atas Menara Pengintai Wangshen. Saat ini, Li Changsheng tampak berdiri di udara. Sulur-sulur terus menerus menyebar dari tubuhnya dan menyelimuti langit. Semua orang dapat merasakan keinginan membunuh yang memenuhi udara.     

Pada saat ini, sosok Li Changsheng sepertinya telah berubah total. Dia berubah menjadi pribadi yang baru, bukan Li Changsheng yang selama ini dikenal oleh orang-orang di Benua Dongxiao.     

*Whoosh*     

Di area yang luas itu, sulur-sulur yang tak terhitung jumlahnya mengeluarkan suara gemerisik saat mereka menyebar menuju ke berbagai macam Renhuang di sana. Dan sepertinya sulur-sulur itu mengandung aura pedang di dalamnya.     

*Jleb, Jleb, Jleb*     

Pada saat berikutnya, terdengar rentetan suara, yang diikuti oleh banyak jeritan. Sulur-sulur yang memenuhi langit menusuk tubuh para Renhuang, dan darah segar pun turun dari atas langit. Dalam sekejap, langit di atas Menara Pengintai Wangshen berubah warna menjadi merah tua. Banyak Renhuang tewas seketika.     

"Senior, aku datang kemari hanya untuk mengagumi keagungan dari Menara Pengintai Wangshen. Aku tidak memiliki niatan lainnya," ujar beberapa orang dengan penuh ketakutan.     

"Senior Li, kami adalah anggota dari Istana Suci Alkimia. Kami datang kemari hanya untuk melihat-lihat," sosok lainnya berseru. Mereka semua memohon-mohon dengan putus asa. Sayangnya, Li Changsheng sepertinya tidak mendengarkan kata-kata mereka. Lingkaran cahaya suci yang tak terbatas telah menyelimuti area ini. Sulur-sulur itu terlihat seperti bilah-bilah pedang yang tidak bisa dihancurkan, membunuh semua targetnya tanpa menimbulkan suara sedikit pun.     

Saat ini, Li Changsheng telah berubah menjadi Dewa Kematian.     

Selama Perjamuan Donghua berlangsung, Menara Pengintai Wangshen telah menghadapi krisis besar dan diincar oleh tiga pasukan tekemuka. Lebih dari separuh anggota mereka tewas terbunuh dan terluka. Bahkan Zong Chan tewas dalam pertempuran, dan Kaisar Millet melarikan diri dengan terluka parah. Sekarang setelah Li Changsheng kembali ke Menara Pengintai Wangshen, para kultivator dari Benua Dongxiao justru membuat masalah di sini. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Li Changsheng saat melihat semua ini.     

Adapun alasan yang disampaikan oleh kultivator-kultivator itu, dia memilih untuk mengabaikannya. Datang kemari untuk mengagumi keagungan Menara Pengintai Wangshen? Datang untuk melihat-lihat?     

Bukankah mereka bisa melakukannya dari kejauhan? Jika Menara Pengintai Wangshen tidak mengalami bencana ini, apakah ada di antara mereka yang berani menginjakkan kaki ke Menara Pengintai Wangshen dengan sembrono?     

Mereka berani menginjak-injak Menara Pengintai Wangshen. Maka dari itu, mereka pasti meyakini bahwa riwayat Menara Pengintai Wangshen telah berakhir dan tidak diakui lagi keberadaannya. Karena itulah, Li Changsheng tidak akan mengampuni mereka.     

*Boom* Pada saat ini, terdengar suara gemuruh yang keras dari kejauhan. Di suatu tempat, Kobaran Api Jalur Agung tampak membakar sulur-sulur miliknya. Satu sosok terpelajar tampak menerobos masuk ke dalam area Jalur Agung milik Li Changsheng. Sosok itu memiliki ekspresi sedingin es dan acuh tak acuh di wajahnya. Dia adalah pemimpin dari Istana Suci Alkimia. Pria itu menatap Li Changsheng, lalu berkata dengan nada dingin, "Li Changsheng, kau sudah keterlaluan."     

Li Changsheng memandang ke arah lawan-lawannya. Dari arah lain, Yan Hanxing dan para kultivator dari Klan Yan juga muncul di sana bersama dengan para anggota dari beberapa pasukan terkemuka di Benua Dongxiao. Sepertinya mereka sudah membahas bagaimana cara mereka dalam membagi harta karun yang ada di Menara Pengintai Wangshen.     

"Ketua Ning telah memerintahkan penghapusan nama Menara Pengintai Wangshen dari Wilayah Donghua. Li Changsheng, Ketua Ning sudah menunjukkan belas kasihan dan menyelamatkan nyawamu. Namun, kau malah melakukan pembantaian besar-besaran terhadap para kultivator di Benua Dongxiao. Karena kau telah melakukan semua ini, maka kami akan melenyapkanmu," ujar Yan Hanxing dengan nada dingin. Dia sudah lama menunggu di sini. Saat Li Changsheng kembali kemari, dia pasti akan mati.     

Seharusnya Li Changsheng tidak kembali kemari.     

Li Changsheng memandang lawan bicaranya itu dan tidak berkomentar apa-apa. Sosoknya mendarat di titik tertinggi dari Menara Pengintai Wangshen. Kemudian dia berjalan menuju sebuah cekungan yang dalam. Di sinilah tempat menara pengintai ilahi itu berdiri. Menara tersebut telah diambil oleh Kaisar Millet, sehingga meninggalkan sebuah lubang yang dalam di sana.     

Li Changsheng menempatkan mayat Zong Chan di dalam lubang tersebut. Kemudian dia berkata, "Adik Junior, selama ini kau selalu menghabiskan waktu dengan berkultivasi di sini. Maka dari itu, beristirahatlah dengan tenang di sini.     

Saat Li Changsheng mengatakan hal ini, dia duduk di samping mayat Zong Chan. Dalam sekejap, sebuah pohon ilahi muncul di tubuhnya dan menancapkan akarnya di tempat menara pengintai ilahi itu pernah berdiri.     

"Aku tumbuh besar di tempat ini. Jika aku akan mati, maka aku harus menemui ajalku di sini." Saat Li Changsheng mengatakan hal ini, sebuah aura ilahi terpancar dari tubuhnya. Akar-akar dari pohon kuno itu menyebar di bawah tanah dengan agresif, hingga akhirnya melingkupi Menara Pengintai Wangshen secara keseluruhan. Dia ingin menjadi bagian dari Menara Pengintai Wangshen.     

Dia telah menghabiskan hidupnya di sini. Sehingga, jika dia harus mati, maka dia harus mati di sini.     

Pada akhirnya, Li Changsheng tidak berumur panjang!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.