Legenda Futian

Renhuang yang Lemah



Renhuang yang Lemah

1Dunia ini hanya mengenal Li Changsheng sebagai murid tertua dari Kaisar Millet, namun mereka tidak tahu banyak hal tentang dirinya. Apa yang mereka ketahui hanyalah kesan bahwa Li Changsheng telah mengikuti Kaisar Millet selama bertahun-tahun.      1

Faktanya, Li Changsheng telah mendampingi Kaisar Millet jauh sebelum Menara Pengintai Wangshen didirikan. Dapat dikatakan bahwa dia telah menyaksikan proses Menara Pengintai Wangshen dalam mendapatkan posisinya saat ini dan dihormati oleh orang-orang di Benua Dongxiao serta menjadi tempat suci nomor satu di benua ini.     

Dalam prosesnya, dia memiliki peran yang sangat penting karena dia ikut menyaksikan setiap murid yang diterima oleh Menara Pengintai Wangshen.     

Dia selalu hadir ketika Menara Pengintai Wangshen merekrut murid-murid baru. Ketika Ye Futian dan kelompoknya memasuki Menara Pengintai Wangshen, dia juga hadir dan menyaksikan terjadinya konflik antara Ye Futian dan Klan Yan.     

Li Changsheng tumbuh dan berkembang bersama Menara Pengintai Wangshen.     

Sekarang, nama Menara Pengintai Wangshen telah dihapus dan harta karun mereka dijarah oleh para Renhuang dari seluruh penjuru Benua Dongxiao; inilah alasannya dalam melakukan pembantaian di sini.     

Pada saat ini, Li Changsheng sudah siap untuk mati. Dia duduk di titik tertinggi dari Menara Pengintai Wangshen dan Roda Ilahi berbentuk pohon ilahi miliknya sudah tertanam di tempat ini; sulur-sulur dan dahan pohon yang tak terhitung jumlahnya telah memenuhi setiap sudut dari Menara Pengintai Wangshen.      

Namun, jauh di atasnya, satu sosok yang mengerikan tampak berdiri di sana, membakar dunia seperti matahari yang berapi-api. Area di tempatnya berada dipenuhi dengan kobaran api tak terbatas, yang menyebar ke setiap sudut dari Menara Pengintai Wangshen, membakar sulur-sulur dan dedaunan dari pohon kuno itu.     

Pemimpin Istana Suci Alkimia telah mengasingkan diri selama bertahun-tahun, dan kultivasinya telah memasuki tahap perubahan. Dia sudah mencapai puncak Renhuang Plane bertahun-tahun yang lalu dan sejak saat itu, dia telah mengejar tingkat Plane tertinggi. Kali ini dengan adanya keributan yang terjadi di Menara Pengintai Wangshen, dia datang kemari untuk mencari peluang dari Jalur Agung. Namun, dia tidak menyangka bahwa Li Changsheng akan membantai semua orang tanpa pandang bulu. Kematian orang-orang dari Istana Suci Alkimia telah menyulut amarahnya.     

Nama Menara Pengintai Wangshen telah dihapus dari Wilayah Donghua. Sebagai seseorang yang akan menemui ajalnya, Li Changsheng masih berani bersikap sombong.     

Dia mencengkeram telapak tangannya, dan dalam sekejap, seluruh area di sekitarnya terbakar. Kobaran api hitam itu telah mengubah semuanya menjadi abu. Meskipun dipenuhi oleh energi kehidupan di dalamnya, namun sulur-sulur dan dedaunan itu langsung hangus saat menyentuh kobaran api tersebut, berubah menjadi abu.     

Kedua matanya dipenuhi oleh kobaran api yang mengerikan saat dia menatap ke arah Li Changsheng. Tiba-tiba, kobaran api hitam yang terbatas turun dari atas langit, seperti hujan meteor berwarna hitam yang tak terhitung jumlahnya.     

Tapi Li Changsheng tidak lagi peduli pada apa pun. Dia duduk di tempatnya dengan tenang saat pohon kuno itu terus membesar. Dahan-dahan dan dedaunannya yang tak terhitung jumlahnya berayun-ayun seperti bilah-bilah pedang yang tajam, merenggut nyawa orang-orang yang berada di dalam Menara Pengintai Wangshen. Dia memejamkan matanya dan duduk di tempatnya dengan tenang. Seolah-olah semua ini tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya.     

Ketika kobaran api itu menyerang, sebuah tirai cahaya suci muncul di sekeliling tubuh Li Changsheng. Namun tetap saja, tirai tersebut terkikis oleh kobaran api itu sedikit demi sedikit.     

Pada saat yang bersamaan, para kultivator dari Klan Yan juga melancarkan serangan masing-masing. Dua Renhuang tingkat kesembilan memanggil seekor naga ilahi yang sosoknya langsung menutupi langit. Kedua cakarnya sekeras baja dan sangat tajam. Cakar itu diayunkan menuju tirai cahaya milik Li Changsheng dan mengoyaknya, sehingga menyebabkan banyak retakan muncul di permukaannya.     

Namun, meski begitu, pasukan lawan tetap tidak mampu mendekati Li Changsheng untuk waktu yang lama.     

Sementara itu di atas langit, Yan Hanxing memancarkan keinginan membunuh yang mengerikan saat menyaksikan pemandangan ini. Suara raungan naga yang keras bergema di udara, dan seluruh bagian dari Menara Pengintai Wangshen pun bergetar hebat. Para Renhuang dari Klan Yan yang masih hidup juga memainkan Lagu Naga Yan secara bersamaan, yang kemudian saling beresonansi satu sama lain dan mengguncang ruang hampa saat serangan gelombang suara dari Jalur Agung bergema ke seluruh tempat.     

Seekor naga ilahi yang tak ada duanya tiba-tiba muncul di sekitar Yan Hanxing dan melindungi area di sekitarnya.     

Naga ilahi ini melahap kekuatan Jalur Agung di antara langit dan bumi. Tubuhnya yang berukuran sangat besar terbang tinggi di atas langit dan mengguncang udara. Cakarnya bersinar dengan kilatan keemasan yang mengerikan, seolah-olah cakar itu tidak bisa dihancurkan. Pemandangan itu menimbulkan rasa takut bagi semua orang yang melihatnya.     

"Li Changsheng, jika kau ingin mati, maka aku tidak akan menghalangimu."     

Saat Yan Hanxing selesai berbicara, naga raksasa itu melesat ke bawah, mengoyak ruang hampa dengan cakarnya yang tajam dan menembus pertahanan yang dibentuk oleh Li Changsheng.     

*Jleb*     

Tiba-tiba terdengar suara yang pelan, dan cakar yang mengerikan itu menusuk dan melubangi tubuh Li Changsheng. Di hadapan cakar raksasa itu, Li Changsheng tampak sangat kecil; seolah-olah dia telah dipaku dengan mudah di sana. Sungguh, itu adalah pemandangan yang mengerikan untuk dilihat.     

"Dia sudah mati."     

Tubuh semua orang merinding saat mereka menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Li Changsheng tewas terbunuh di Menara Pengintai Wangshen.     

Mereka yang tidak sempat dibunuh oleh Li Changsheng merasa bersyukur atas keberuntungan mereka. Tidak lama sejak Li Changsheng menginjakkan kaki di Menara Pengintai Wangshen, banyak Renhuang di Menara Pengintai Wangshen telah tewas terbunuh. Kematian mereka yang terjadi begitu tiba-tiba telah membuat semua orang ketakutan. Sekarang, Li Changsheng akhirnya tewas terbunuh.     

Darah segar membasahi area tempat menara pengintai ilahi itu berdiri, dan Li Changsheng kini sudah tidak lagi merasa sakit.     

Namun, bahkan di detik-detik terakhirnya, dia tetap bertekad melindungi tempat ini. Menara Pengintai Wangshen akan tetap ada di dunia ini.      

*Whoosh*     

Cahaya suci yang tak terbatas tiba-tiba bersinar terang dan menghalangi pandangan mata banyak orang. Mereka melihat sinar-sinar cahaya berwarna hijau muncul dari sosok tak bernyawa itu dan menyatu ke dalam pohon kuno yang berada di sana, tepatnya ke dalam dahan-dahan yang terhitung jumlahnya itu.     

Sepertinya Li Changsheng telah menggabungkan jiwa spiritual miliknya dengan tempat ini dan mendampingi Menara Pengintai Wangshen untuk selama-lamanya.     

"Dia sudah mati, dan jiwanya telah pudar." Ketika semua orang menyaksikan pemandangan ini, mereka menarik kembali aura mereka. Yan Hanxing, Pemimpin Istana Suci Alkimia, dan para Renhuang lainnya memandang mayat yang berada di bagian bawah dengan acuh tak acuh. Zong Chan tewas terbunuh dalam pertempuran sebelumnya, dan sekarang murid tertua dari Kaisar Millet juga sudah mati, hanya menyisakan Ye Futian dan Kaisar Millet.     

Kaisar Millet bukanlah tanggung jawab mereka; hanya orang-orang seperti Ketua Ning yang mampu menghadapinya. Saat ini, asalkan mereka dapat melacak keberadaan Ye Futian dan membunuhnya, maka dapat dikatakan bahwa riwayat Menara Pengintai Wangshen sudah berakhir.     

Adapun anggota Menara Pengintai Wangshen lainnya, mereka tidak begitu peduli tentang hal tersebut.     

"Ayo kita pergi." Yan Hanxing berkata, "Kita tidak perlu tinggal di sini lebih lama lagi. Bakar Menara Pengintai Wangshen hingga menjadi abu.     

Ketua Ning telah memberi perintah untuk menghapus nama Menara Pengintai Wangshen dari Wilayah Donghua. Mulai sekarang, Menara Pengintai Wangshen sudah tidak ada lagi di dunia ini.     

Dia berbalik dan bersiap untuk pergi.     

Namun, pada saat ini, seberkas cahaya tiba-tiba bersinar dari kumpulan dahan-dahan dan dedaunan berwarna hijau zamrud yang berada di permukaan tanah. Seolah-olah ada sebuah pergerakan aneh di sana. Tidak ada seorang pun yang menyadari hal ini, namun tidak lama kemudian, cahaya menerangi dahan-dahan dan dedaunan di area ini, membuat mereka berayun-ayun dan berubah warna menjadi hijau zamrud. Energi kehidupan yang kuat menyebar di udara, sehingga memungkinkan pohon kuno yang hampir layu ini tiba-tiba bangkit kembali dari permukaan tanah dan tumbuh dengan cepat.     

Banyak titik-titik cahaya bermunculan di antara langit dan bumi, yang dipenuhi oleh energi di dalamnya. Seolah-olah titik cahaya itu ada dimana-mana. Pada saat ini, rasanya seluruh penjuru dunia telah dipenuhi oleh cahaya.     

"Apa yang sedang terjadi?"     

Semua orang merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres. Pemimpin Istana Suci Alkimia langsung mengeluarkan kobaran api ilahi yang mengerikan untuk menghancurkan segalanya; namun, meskipun kobaran api ilahi dari Jalur Agung itu mendarat pada dahan-dahan dan dedaunan serta titik-titik cahaya itu, namun mereka tidak mampu menghancurkannya. Dahan-dahan dan dedaunan itu masih berayun-ayun, dan semakin banyak titik cahaya yang bermunculan. Bahkan ada seberkas cahaya yang berubah menjadi dahan-dahan dan dedaunan kuno. Pohon itu tumbuh dengan pesat dan menjadi semakin tinggi, seolah-olah pohon itu akan menembus langit.     

"Mustahil…" Yan Hanxing sepertinya bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia mengeluarkan jiwa spiritualnya dan menyentuh area di antara kedua alisnya dengan jarinya. Tiba-tiba, seberkas cahaya suci yang mengerikan terpancar dari matanya, mengawasi area ini seperti sebilah pedang yang tajam. Pada saat ini, dia tidak lagi melihat titik-titik cahaya yang tak terbatas, melainkan sosok-sosok yang tak terhitung jumlahnya.     

Dan semua sosok itu terlihat seperti Li Changsheng.     

"Ini benar-benar mustahil!" Wajah Yan Hanxing dipenuhi oleh ketakutan, dan jantungnya berdegup kencang. Dia telah membunuh Li Changsheng dengan tangannya sendiri, dan dia melihat Li Changsheng binasa dengan mata kepalanya sendiri. Lalu apa yang dilihatnya saat ini?     

Hal ini tidak mungkin terjadi.     

Pada saat ini, banyak hal terlintas di dalam benak Yan Hanxing, dan tiba-tiba satu pemikiran muncul di dalam benaknya. "Apakah ini adalah Reinkarnasi?"     

Sebagai Putra Mahkota dari Klan Yan, tentu saja dia mengetahui lebih banyak hal tentang dunia yang tak dikenal daripada kultivator lainnya.     

Karena alasan inilah, dia ketakutan saat menyaksikan fenomena ini.     

Apakah dia baru saja memaksa satu sosok terkemuka untuk lahir ke dunia ini?     

*Boom*     

Yan Hanxing tidak bodoh. Begitu pemikiran ini terlintas dalam benaknya, dia langsung mengambil keputusan dan bergegas pergi. Dalam sekejap, sosoknya telah melarikan diri ke kejauhan. Pada saat yang bersamaan, dia berteriak, "Mundur!"     

Semua orang melihat sosok Yan Hanxing menghilang dalam sekejap tanpa menyadari apa yang telah terjadi; mereka hanya bisa mendengar perintah untuk mundur dari sini.     

Mereka memandang ke tempat dimana Yan Hanxing berada dan melihat bahwa sosoknya telah menghilang dan tidak dapat dilihat bahkan dari kejauhan. Dia sudah pergi meninggalkan Menara Pengintai Wangshen dan pergi dengan kecepatan tinggi.     

Apakah dia memiliki firasat bahwa ada sesuatu yang telah terjadi?     

"Ayo kita pergi!" Meskipun mereka tidak begitu mengerti apa yang telah terjadi, namun saat mereka mendengar perintah dari Yan Hanxing untuk mundur, mereka langsung bertindak tanpa ragu-ragu.     

Pada saat ini, cahaya suci dari langit dan bumi mendarat tepat di atas pohon kuno tersebut. Tiba-tiba, pohon ilahi yang menjulang tinggi itu menembus langit, dan dahan-dahan serta dedaunannya menyelimuti pegunungan dan sungai-sungai.      

Di saat yang bersamaan, salah satu dahan pohon bergerak menuju ke satu arah tertentu. Seorang Renhuang yang berniat pergi ke arah itu langsung berhenti bergerak. Dia telah mengambil kuda-kuda ke depan, namun pada saat berikutnya, tubuhnya langsung terbelah dua. Dia tewas seketika dengan cara yang mengerikan.     

Pada saat itu juga, semua Renhuang bisa merasakan hawa dingin menusuk tulang mereka. Mereka bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyadari apa yang sedang terjadi saat para Renhuang dibantai satu per satu.      

*Whoosh*     

Di atas pohon ilahi itu, banyak dahan-dahan dan dedaunan berayun-ayun dan bergerak menuju Renhuang yang berada di Menara Pengintai Wangshen. Mereka melesat melewati ruang hampa sebelum orang-orang itu menyadari apa yang sedang terjadi dan menyaksikan dahan-dahan ini menembus tubuh mereka. Dalam sekejap, hujan darah turun dari atas langit.     

"Mundur sekarang juga!"     

Ekspresi semua orang berubah menjadi terkejut saat mereka melarikan diri dengan panik. Namun, pohon kuno itu telah menyebar ke seluruh penjuru langit, memenuhi langit dengan dahan-dahannya, melingkupi area yang luas ini. Terdengar suara gemerisik saat dahan-dahan dan dedaunan yang tak terhitung jumlahnya turun dari atas langit, dan suara kultivator yang dibantai seperti tidak akan pernah berakhir.     

Pada saat ini, Menara Pengintai Wangshen telah berubah menjadi dunia penuh darah saat para Renhuang dibantai seperti kawanan semut.     

Meskipun dia adalah pemimpin dari Istana Suci Alkimia dan kobaran api yang menyala di tubuhnya begitu agresif sehingga bisa membuat gunung-gunung dan lautan terbakar, namun pada saat dahan-dahan dan dedaunan itu tiba, kobaran api itu pun padam. Pertahanannya kini menjadi sama rapuhnya seperti kertas dan tidak bisa menahan satu serangan pun.     

Dahan-dahan dan dedaunan itu menembus tubuhnya dan langsung memaku tubuhnya di atas langit. Wajahnya dipenuhi oleh ketakutan dan rasa tidak percaya saat dia memusatkan pandangannya pada pohon ilahi tersebut.     

"Dia bereinkarnasi!" dia berteriak saat jiwanya hancur menjadi debu. Dia telah dilenyapkan tanpa diberi kesempatan untuk melawan balik.     

Di luar Menara Pengintai Wangshen, ada beberapa kultivator di sana, bahkan beberapa di antara mereka berada di tingkat Renhuang, yang tidak akan pernah bisa melupakan apa yang mereka lihat saat ini. Pohon ilahi itu menjulang hingga menembus langit, dan saat dahan-dahan dan dedaunannya dikerahkan ke bawah, para Renhuang itu terlihat sangat lemah, seperti kawanan semut!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.