Legenda Futian

Konflik Antar Generasi Muda



Konflik Antar Generasi Muda

1Ye Futian terus mengikuti Ling Kecil berjalan-jalan mengitari Desa Empat Sudut. Saat ini, mereka tiba di sebuah jalanan dimana rumah-rumah dibangun berdekatan satu sama lain. Ini adalah Jalan Empat Sudut, yang merupakan area pusat dari Desa Empat Sudut.     
1

Mereka bertemu banyak orang di sini, baik itu penduduk desa maupun para pengunjung dari dunia luar.     

"Semua orang yang berasal dari dunia luar ini bukanlah sosok-sosok biasa," Beigong Ao bergumam.     

"Mereka yang bisa memasuki Desa Empat Sudut semuanya adalah individu-individu dengan keberuntungan besar. Menurut sepengetahuanku, hanya para kultivator dengan Roda Ilahi sempurna yang memiliki keberuntungan seperti itu. Karena itulah, para kultivator yang kita temui di Desa Empat Sudut kemungkinan besar berada pada tingkat kultivasi yang sama dengan Ling He, Yan Dongyang, Dewi Taihua, Jiang Yueli, dan Qin Qing. Sudah jelas, mereka semua tidak sesederhana penampilan mereka," ujar Chen Yi dengan nada malas-malasan.     

Beigong Ao mengangguk sebagai tanggapan, namun dia masih merasa sedikit bingung dan bertanya, "Lalu, kenapa aku bisa masuk kemari?"     

"Bagaimana mungkin aku bisa mengetahui alasannya?" Chen Yi mengangkat bahunya. "Mungkin keberuntunganmu juga cukup besar."     

Beigong Ao memandang ke arah Ye Futian. Karena dia sudah cukup lama mengenal Ye Futian, dia mengakui bahwa sudah banyak perubahan yang dia alami bersama Ye Futian. Singkatnya, dia memang cukup beruntung.     

"Paman Ye, aku akan mengantar kalian ke sekolah," ujar Ling.     

"Dimana tempat itu berada?" tanya Ye Futian.      

"Itu adalah tempat dimana sang guru memberikan ajaran. Sayang sekali aku tidak bisa pergi ke sana untuk belajar." Kilatan di mata Ling menjadi sedikit meredup. Ye Futian jadi penasaran dengan sosok yang dianggap sebagai 'guru' ini, jadi dia tidak menolak ajakan Ling Kecil untuk menemuinya.     

Mereka berjalan menyusuri Jalan Empat Sudut hingga akhirnya mereka tiba di bagian ujungnya, dimana ada sebuah dinding di sana. Di mata Ye Futian, dinding ini seperti memancarkan cahaya yang aneh, seperti berkilauan dengan emas.     

Di sisi lain dari dinding tersebut, samar-samar terdengar suara orang yang sedang mengajar di sana. Ye Futian bisa merasakan sebuah aura yang tidak biasa. Dia mempertajam pandangannya dan bisa melihat semuanya dengan mata ilahi miliknya. Dia melihat huruf-huruf emas bermunculan di atas langit. Seolah-olah setiap huruf itu memiliki suara ilahi yang memekakkan telinga di dalamnya.     

"Ini…"     

Ye Futian tampak terkejut. Ini adalah pertama kalinya dia melihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Tidak hanya dirinya, para kultivator yang berada di sekitarnya juga merasa ada sesuatu yang aneh. Ada keterkejutan yang muncul di mata mereka.     

Siapa sosok yang sedang mengajar di tempat ini?     

"Guru pasti sedang menyampaikan ajaran yang luar biasa." Ling memandang ke depan dengan tatapan penuh kecemburuan. Pada saat ini, pancaran cahaya itu perlahan-lahan meredup, dan suara yang ada di dalam sana telah memudar, yang kemudian diikuti oleh suara bisikan.     

Setelah beberapa saat, beberapa orang mulai berjalan keluar dari kedua sisi dinding tersebut. Mereka adalah sekelompok remaja, beberapa tampak lebih tua dan beberapa terlihat lebih muda dari yang lainnya. Sosok yang paling muda mungkin baru berusia tujuh atau delapan tahun. Itu bukanlah kelompok yang besar, tetapi para remaja ini mungkin adalah orang-orang yang memiliki keberuntungan terbesar di Desa Empat Sudut.     

Ling sudah mengatakan sebelumnya bahwa dia tidak diizinkan untuk berkultivasi, dan bahkan jika dia diperbolehkan untuk melakukannya, mungkin dia akan mendapatkan masalah di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa para remaja ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berkultivasi. Terlebih lagi, mereka dilahirkan dengan Jalur Agung tersembunyi dan berbeda dari individu lainnya. Selama mereka bisa terus berkultivasi, mereka semua akan menjadi sosok-sosok yang luar biasa di masa depan.     

Ye Futian juga mendapati sebuah fakta yang menarik. Penampilan penduduk dari Desa Empat Sudut mudah untuk dikenali. Sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian yang sederhana, sementara kelompok ini mengenakan pakaian yang elegan dan tampil berbeda dari penduduk desa lainnya.     

Tampaknya beberapa orang di Desa Empat Sudut memiliki hubungan dekat dengan dunia luar. Kalau tidak, tidak akan ada pakaian elegan seperti itu di dalam desa ini. Masuk akal jika penduduk desa di dalam Desa Empat Sudut memiliki latar belakang yang berbeda-beda, seperti yang dibuktikan sebelumnya oleh perbincangan antara Ye Futian dengan Keluarga Fang.     

"Ling." Seorang remaja berusia sekitar 12 atau 13 tahun sedang berjalan ke arah mereka. Anak laki-laki itu memiliki wajah yang terkesan jujur tapi kekanak-kanakan, dan ukuran tubuhnya cukup besar untuk anak seusianya. Meskipun dia masih muda, orang-orang bisa melihat betapa kekarnya tubuh pemuda itu nantinya. Karena alasan inilah, dia terlihat lebih dewasa dari anak-anak lainnya dan mungkin akan tumbuh menjadi pria yang bertubuh besar di masa depan.     

Desa Empat Sudut sendiri tidak begitu luas, jadi para penduduk desa saling mengenal satu sama lain dan mengetahui seluk beluk masing-masing.     

"Saudara Tie Tou," Ling Kecil memanggilnya sambil tersenyum. Pemuda bernama 'Tie Tou' itu menggaruk-garuk kepalanya. Sepertinya dia adalah sosok yang ramah.     

"Tie Tou, apakah kau jadi tersipu malu setiap kali bertemu dengan Saudari Ling?" remaja laki-laki di sebelahnya menggodanya. Bocah-bocah ini memang masih muda, tapi mereka sudah bertingkah seperti orang dewasa.     

Wajah Tie Tou tiba-tiba memerah saat mereka menggodanya, namun dia berkata pada Ling Kecil, "Ling, apakah mereka adalah tamu kakekmu?"     

"Mmm." Ling Kecil mengangguk dan memperkenalkan mereka, "Ini adalah Paman Ye dan Saudari Xia."     

"Halo, Paman Ye." ujar Tie Tou. Kemudian dia memandang Xia Qingyuan dan bertanya, "Apakah Saudari Xia adalah seorang dewi?"     

Xia Qingyuan tertegun sejenak, namun dia langsung tersenyum dan berkata, "Tentu saja bukan."     

"Bagaimana mungkin kau bisa secantik ini jika kau bukanlah seorang dewi?" Tie Tou menggaruk-garuk kepalanya dan membuat para remaja lainnya tertawa.     

"Dasar bodoh."     

Seorang remaja laki-laki berpakaian elegan baru saja angkat bicara, yang langsung menarik perhatian banyak orang. Pemuda itu memiliki wajah yang tampan, dan di usia yang begitu muda, dia sudah memiliki temperamen yang langka.     

"Memangnya kau tidak?" Pemuda bernama Tie Tou itu menatap tajam pada pemuda yang baru saja berbicara.     

Pemuda dengan temperamen yang menakjubkan itu tidak memedulikan orang lain kecuali Ye Futian dan Xia Qingyuan. Meskipun dia masih muda, dia tidak memiliki rasa takut sedikit pun pada orang asing, dan dia juga sama sekali tidak gugup. Bahkan dapat dikatakan bahwa saat ini dia sedang mengamati Ye Futian dan kelompoknya. Dari sikapnya ini, orang-orang bisa melihat kesombongan dan keangkuhan pemuda itu.     

"Saudaraku mengatakan bahwa banyak kultivator dari dunia luar mengalami hal yang sama; para wanita tidak harus menjadi dewi untuk menjadi cantik." Pemuda itu memandang mereka dan melanjutkan kata-katanya, "Menurut sepengetahuanku, ada dua kelompok lain yang telah memasuki desa ini sebelum mereka, dan salah satunya adalah sang jenius Lu Qixing dari Keluarga Lu di Upper Thid Heavens di Wilayah Shangqing, dan satu sosok lainnya adalah An Ruosu. Kita semua melihat daun maple merah bermekaran ketika kita sedang berada di sekolah, dan kalian semua tahu siapa yang mengundang keduanya ke rumah masing-masing. Di sisi lain, tidak ada seorang pun yang peduli dengan orang-orang ini ketika mereka memasuki desa, dan itulah sebabnya mereka pergi ke rumah Tetua Ma. Jadi apa pentingnya berurusan dengan mereka?"     

Pemuda yang baru saja berbicara sepertinya memiliki penilaian yang cukup tajam. Ling tampak menundukkan kepalanya. Meskipun dia merasa dipermalukan, namun apa yang dikatakan oleh bocah itu memang benar adanya, jadi dia tidak berani membantah. Keluarga bocah itu memiliki status yang luar biasa di Desa Empat Sudut dan dia adalah murid favorit dari sang guru.     

Di hadapan orang lain, Ling menjadi tidak percaya diri dalam bersikap.     

"Aku hanya tahu bahwa guru mengatakan bahwa semua pengunjung yang datang ke Desa Empat Sudut adalah tamu dari jauh, bukan orang rendahan seperti yang kau bicarakan sebelumnya," Tie Tou mengutuk dengan suara pelan dan terlihat tidak senang. Pemuda itu berbalik secara perlahan-lahan dan memandang Tie Tou dengan tatapan mata yang sangat tajam.     

"Aku tidak takut denganmu jika kau ingin bertarung melawanku." Tie Tou mengambil satu langkah ke depan. Meskipun dia masih muda, namun sudah ada pancaran cahaya misterius yang menyelimuti tubuhnya. Bahkan ada tekanan yang muncul di sekitarnya, seperti seekor binatang buas.     

Mereka yang datang berkunjung ke Desa Empat Sudut tidak diperbolehkan untuk bertarung, namun larangan itu tidak berlaku bagi penduduk desa.     

"Apakah putra dari seorang pandai besi yang buta layak untuk melawanku?" jawab pemuda itu dengan acuh tak acuh, seolah-olah dia sama sekali tidak peduli pada Tie Tou.     

"Kau..." Hati Tie Tou tiba-tiba dipenuhi oleh amarah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu. Dia meraung seperti seekor harimau. Namun, pada saat ini, ada dua remaja lainnya yang berdiri di belakang pemuda berwajah tampan itu, menatap Tie Tou sambil tersenyum sinis.     

"Sudah cukup." Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari balik dinding itu, dan meskipun Tie Tou masih dipenuhi oleh amarah, dia tampak menenangkan diri setelah mendengar suara ini. Dia memandang ke arah dinding itu dan berkata, "Guru, Muyun sudah keterlaluan."     

"Muyun..." suara itu kembali terdengar, namun sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Muyun membungkuk hormat ke arah dinding itu dan berkata, "Guru, ucapan saya terlalu berlebihan, saya mohon maaf."     

"Jangan diulangi lagi," ujar sang guru saat Muyun menganggukkan kepalanya. Dia memandang Tie Tou sebelum berbalik dan pergi. Dia merasa bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Dia mengakui kesalahannya karena sang guru telah angkat bicara.     

Ditambah lagi, dia hanya meminta maaf pada gurunya, bukan pada Tie Tou.     

Ye Futian telah menyaksikan semuanya dengan tenang. Sudah jelas, dia tidak terlalu memedulikan apa yang dikatakan oleh para remaja ini. Tapi, dia sedikit terkejut dengan sikap yang ditunjukkan oleh sang guru. Seorang guru haruslah seseorang dengan standar yang tinggi, dan perkataannya harus memiliki pengaruh yang besar. Namun, alih-alih mengkritik ketidaksopanan bocah itu, dia hanya menegurnya dengan santai. Apakah ini sikap yang dia tunjukkan terhadap anak-anak dari Desa Empat Sudut?     

"Ling, tolong antarkan Paman Ye ke rumahku," ujar Tie Tou pada Ling Kecil.     

Ling Kecil mengangkat kepalanya untuk memandang Ye Futian. Pada saat itulah Ye Futian mengalihkan pandangannya dari dinding itu dan tersenyum pada Ling, lalu mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu."     

Mereka pun berbalik dan pergi menuju sisi lainnya dari Jalan Empat Sudut.     

Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah toko pandai besi dan melihat seorang pria bertelanjang dada dengan rambut acak-acakan sedang melakukan penempaan di dalam toko tersebut. Suara besi yang ditempa bisa terdengar di seluruh tempat. Pria itu tidak berhenti menempa bahkan ketika Ye Futian dan yang lainnya tiba di sana, dan suara besi yang ditempa olehnya terdengar berirama. Saat didengarkan dengan seksama, interval antara setiap pukulan palu selalu sama, dan tidak ada interval yang terlewat.     

Setelah beberapa saat, pria itu baru berhenti bekerja. Dia mengangkat kepalanya ke arah Ye Futian, dan pada saat itulah Ye Futian melihat matanya yang kosong dan menyadari bahwa pria itu ternyata buta.     

Baru pada saat inilah Ye Futian menyadari betapa kurang ajarnya kata-kata yang diucapkan Muyun sebelumnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.