Legenda Futian

Negeri Ilahi Kuno



Negeri Ilahi Kuno

1Hari-hari terus berlalu. Meskipun sesekali akan terjadi konflik di desa kecil ini, namun secara garis besar, situasinya masih bisa dikendalikan. Jarang sekali terjadi keributan besar di sana.     3

Orang-orang yang seharusnya datang dari dunia luar sudah memasuki Desa Empat Sudut, dan mereka semua telah menerima undangan dari penduduk desa. Lagipula, mereka yang bisa memasuki desa ini adalah orang-orang yang bernasib baik. Ketika Hari Upacara Pengorbanan tiba, penduduk desa juga perlu mengandalkan dan membentuk aliansi dengan orang-orang dengan takdir yang kuat.     

Bagi mereka yang memiliki reputasi di dunia luar dan takdir yang luar biasa, mereka akan menemukan rekan di antara para kultivator yang belajar di sekolah di Desa Empat Sudut. Ketika kedua belah pihak memiliki takdir yang kuat, kemungkinan besar mereka akan mendapatkan keuntungan saat Hari Upacara Pengorbanan tiba.     

Hari ini, malam tampak gelap gulita, dan penduduk desa tertidur pulas di kediaman masing-masing. Suasana di Desa Empat Sudut begitu damai, dan banyak penghuninya telah terbawa ke dunia mimpi. Sementara mereka yang belum tidur menghabiskan waktu dengan berkultivasi.     

Pada saat ini, pancaran cahaya yang menyilaukan tiba-tiba menyinari Desa Empat Sudut. Sebuah aura misterius menyebar di udara dan menyelimuti seluruh penjuru desa di dalamnya.     

Perlahan-lahan, Desa Empat Sudut menjadi terang benderang, bahkan hingga berubah warna menjadi keemasan.     

Ye Futian tiba-tiba membuka matanya. Dia memandang keluar jendela, kemudian bangun dan pergi keluar. Dia bisa merasakan bahwa seluruh bagian dari rumah ini diselimuti oleh aura misterius. Desa ini tiba-tiba diselimuti oleh cahaya yang menyilaukan. Sinar-sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya menari-nari di depan matanya. Pemandangan yang dilihatnya terus menerus berubah.     

Pada saat ini, orang-orang mulai muncul satu per satu di samping Ye Futian, termasuk Tetua Ma dan Ling Kecil. Tetua Ma menyaksikan pemandangan yang terus menerus berubah di depan matanya itu. Ada kerinduan yang tersirat di kedua matanya. Dia menggenggam erat tangan dari seorang gadis di sampingnya, yang tidak lain adalah Ling Kecil.     

"Sungguh menakjubkan," Beigong Shuang bergumam pelan. Pemandangan yang ada di hadapannya terus menerus berubah, Seolah-olah mereka telah menembus ruang hampa dan memasuki dunia yang berbeda.     

"Hari Upacara Pengorbanan akan segera dimulai. Roh dari para leluhur akan bermunculan, dan kalian semua akan muncul di dunia mereka. Di sana, kalian semua akan mampu mendapatkan peluang dari Jalur Agung. Saudara Ye, kuserahkan Ling dalam pengawasanmu," ujar Tetua Ma pada Ye Futian.     

Hari Upacara Pengorbanan merupakan peristiwa penting bagi Desa Empat Sudut. Tidak hanya orang asing yang memusatkan perhatian mereka pada acara itu; para penduduk desa juga merasakan hal yang sama. Setiap generasi hanya akan memiliki satu kesempatan. Siapa pun yang berpartisipasi dalam Hari Upacara Pengorbanan tidak akan bisa berpartisipasi untuk kedua kalinya. Hal ini berlaku baik untuk penduduk desa maupun orang asing.     

Penduduk desa biasanya akan memilih remaja di antara generasi berikutnya untuk berpartisipasi dalam Hari Upacara Pengorbanan. Ini adalah usia yang paling cocok untuk melakukannya. Namun, karena mereka sendiri sudah pernah mengalaminya sebelumnya dan tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukannya, bekerja sama dengan pihak luar adalah pilihan yang tidak buruk.     

Karena itulah, Tetua Ma menitipkan Ling Kecil pada Ye Futian, memintanya untuk menjaganya dengan baik.     

Ye Futian tentu saja memahami apa yang dia maksud. Tetua Ma berharap agar dia bisa memberikan peluang dari Jalur Agung untuk Ling Kecil.     

Ling Kecil juga hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukannya. Karena itulah, ketika Tetua Ma memilih Ye Futian, banyak penduduk desa mengkritik pilihannya tersebut. Mereka bahkan menghina Tetua Ma dengan mengatakan bahwa dia sengaja memilih Ye Futian karena dia tidak memiliki pilihan lain.     

"Serahkan saja pada saya," jawab Ye Futian sambil menganggukkan kepalanya. Jika mereka benar-benar mampu mendapatkan peluang dari Jalur Agung, tentu saja dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga Ling Kecil.     

Setelah mendengar penjelasan dari Tetua Ma, Ye Futian mengetahui bahwa Hari Upacara Pengorbanan adalah satu-satunya kesempatan bagi para pemuda-pemudi desa untuk mengubah nasib mereka. Sosok-sosok yang memiliki kemampuan luar biasa akan memiliki kesempatan untuk menstabilkan kultivasi mereka, sementara mereka yang belum membangkitkan bakat mereka akan memiliki harapan untuk melakukannya.     

Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa Tujuh Teknik Ilahi yang dimiliki oleh Desa Empat Sudut muncul pada Hari Upacara Pengorbanan dan bisa didapatkan pada hari itu.     

Hingga detik ini, dua di antara tujuh Teknik Ilahi masih belum diketahui identitasnya oleh publik.     

Kala itu, orang tua Ling Kecil meninggal dunia karena tidak bisa berkultivasi. Mungkin ini adalah salah satu penyesalan yang dimiliki oleh Tetua Ma.     

Segala sesuatu yang berada di depan mata Ye Futian terus menerus berubah. Tidak lama kemudian, desa itu pun menghilang. Sosok Tetua Ma juga berangsur-angsur menjadi buram dan lenyap. Sungguh ajaib bagi seseorang yang hanya berada beberapa kaki jauhnya untuk menghilang dari pandangan mereka.     

Ketika semuanya menjadi jelas kembali, mereka masih berdiri di tempat mereka berada. Namun, mereka tidak lagi berada di halaman dari kediaman Tetua Ma, melainkan telah muncul di dunia lain. Di sini, lingkaran-lingkaran cahaya suci tampak bersinar dari atas langit. Tempat ini memancarkan keagungan. Saat menatap ke kejauhan, mereka seperti bisa melihat sebuah negeri ilahi yang megah. Sebuah istana ilahi tampak melayang tinggi di atas langit.     

"Apakah ini adalah Negeri Ilahi Kuno?" Ye Futian bergumam pada dirinya sendiri.     

"Indah sekali," ujar Ling Kecil saat dia menatap ke kejauhan. Ye Futian memandang Ling Kecil di sampingnya. Rupanya gadis ini juga bisa melihatnya. Tetua Ma berkata bahwa saat memasuki dunia ini, setiap individu akan melihat pemandangan yang berbeda-beda. Beberapa orang akan dapat melihat peluang dari Jalur Agung, sementara yang lain tidak dapat melihatnya.     

Apakah ini adalah dunia ilusi?     

Di kejauhan, banyak sosok tampak melesat melintasi langit, bergerak menuju wilayah ilahi yang berada di kejauhan. Ye Futian menggenggam tangan Ling Kecil saat sosoknya naik ke atas langit. Di dekatnya, ada beberapa orang yang memandang ke arah mereka. Muyun Shu juga ada di antara kerumunan itu. Selain itu, ada seorang remaja dengan temperamen luar biasa di sampingnya yang seharusnya adalah sekutu dari Muyun Shu.     

"Saudara Tie Tou!" Ling Kecil berteriak di samping Ye Futian, yang langsung menoleh dan memandang ke bawah. Ada satu sosok yang sedang berlari tanpa menggunakan alas kaki di permukaan tanah. Sosok ini masih sangat muda. Dia adalah Tie Tou. Ternyata dia datang kemari sendirian, tanpa didampingi oleh siapa pun.     

Sepertinya dia adalah satu-satunya orang yang datang kemari sendirian. Dia berlari tanpa henti di bagian bawah.     

"Ling Kecil," pemuda itu menyapa Ling Kecil saat dia mendongak dan membalas sapaannya. Penampilannya sangatlah sederhana. Sosok Ye Futian melayang turun hingga akhirnya dia berdiri di hadapan Tie Tou. Dia bertanya, "Apa kau datang kemari sendirian?"     

"Hmm," jawab Tie Tou sambil menganggukkan kepalanya. "Ayahku mengatakan bahwa aku masih bisa mendapatkan peluang dari Jalur Agung meskipun aku datang kemari sendirian."     

Ye Futian jadi teringat akan kisah yang diceritakan oleh Tetua Ma. Si Buta Tie sama sekali tidak mempercayai orang asing. Dia juga tidak ingin bekerja sama dengan siapa pun. Karena itulah dia lebih memilih Tie Tou untuk menjalani Hari Upacara Pengorbanan seorang diri.     

"Kalau begitu ikutlah bersama kami," Ye Futian mengundangnya untuk bergabung, Mendengar hal ini, Tie Tou tampak ragu-ragu dan menggaruk-garuk kepalanya.     

"Saudara Tie Tou, ikutlah bersamaku dan Paman Ye. Paman Ye akan menjagamu," ujar Ling Kecil dengan lembut. Tie Tou menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu. Dia memandang Ye Futian dan berkata, "Terima kasih banyak, Paman Ye."     

"Ayo kita pergi," ujar Ye Futian sambil membawa mereka berdua melintasi langit bersama-sama, melesat lurus ke depan. Di langit dunia ini, sinar-sinar cahaya keemasan tampak mengalir dari atas langit. Mereka tampak menyilaukan. Semakin jauh mereka pergi, semakin terang cahaya keemasan yang muncul. Tampaknya cahaya itu terpancar dari negeri ilahi di kejauhan.     

"Apa itu?" Pada saat ini, Ye Futian bertanya pada kelompoknya saat dia memandang ke depan. Di sana, dia melihat ada dua pasukan besar yang sedang terlibat dalam pertempuran sengit di atas langit. Namun, tidak ada aura yang terpancar dari pertarungan di antara mereka. Itu berarti pertempuran tersebut hanyalah ilusi dan tidak nyata. Mungkin itu hanya sebuah pemandangan yang pernah ada di dunia ini.     

"Paman Ye, apa yang sedang kau bicarakan?" Ling Kecil bertanya di samping Ye Futian sambil memandangnya dengan kedua mata polosnya.     

Ye Futian memandangnya dan bertanya, "Kau tidak bisa melihatnya?"     

Ling Kecil menggelengkan kepalanya.     

Di samping mereka, tatapan mata Xia Qingyuan dan yang lainnya tertuju pada Ye Futian. Ekspresi mereka tampak aneh.     

Hal ini membuat Ye Futian menyadari sesuatu. Sepertinya hanya dia yang bisa melihat pemandangan ini!     

"Kalian semua tidak bisa melihatnya?" Ye Futian bertanya dengan suara pelan.     

Mereka menggelengkan kepala masing-masing. Di mata mereka, tidak ada hal aneh yang muncul di hadapan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.