Legenda Futian

Pemuda Kurang Ajar



Pemuda Kurang Ajar

1Pria buta ini adalah ayah dari Tie Tou. Penduduk desa biasa memanggilnya 'Si Buta Tie.' Dia sudah terbiasa dengan nama panggilan itu dan tidak tersinggung olehnya. Akibatnya, nama aslinya jadi dilupakan.     2

"Tie Tou, apakah kita kedatangan tamu?" Si Buta Tie bertanya pada putranya sambil menghadap Ye Futian dan kelompoknya.     

"Ayah, mereka adalah Ling Kecil dan tamu-tamunya. Dia sedang berada di dekat sini, jadi aku mengundangnya kemari," ujar Tie Tou pada Si Buta Tie.     

"Paman Tie," Ling menyapa Si Buta Tie dengan suara pelan. Dia sangat mengenal Si Buta Tie karena kakeknya, Tetua Ma, sesekali datang mengunjunginya. Menurut penjelasan kakeknya, orang tuanya dulu berteman dekat dengan Si Buta Tie. Ling tidak mengingat banyak hal tentang orang tuanya, tetapi dia memiliki hubungan dekat dengan Si Buta Tie karena dia memerlakukannya dengan sangat baik. Dia juga sudah menjadi teman bermain Tie Tou sejak kecil.     

"Oh, halo Ling Kecil." Suara Si Buta Tie menjadi jauh lebih lembut. Dia berkata, "Aku sudah lama tidak bertemu denganmu. Apakah kakekmu baik-baik saja?"     

"Ya, kakek baik-baik saja," Ling mengangguk sebagai tanggapan.     

"Syukurlah kalau begitu. Sudah beberapa hari ini Tetua Ma tidak berkunjung kemari," ujar Si Buta Tie. "Silahkan duduk. Tamu-tamu kakekmu juga boleh duduk jika mereka tidak keberatan dengan rumahku yang berantakan ini."     

"Sama sekali tidak. Justru kami minta maaf karena telah mengganggu waktumu," ujar Ye Futian.     

"Teman dari Tetua Ma adalah temanku. Sayangnya, aku buta dan tidak bisa melayani kalian. Anggap saja seperti rumah sendiri." Kemudian Si Buta Tie menoleh ke arah Tie Tou dan berkata, "Tie Tou, tolong siapkan teh untuk tamu-tamu kita ini."     

"Tidak usah repot-repot. Ngomong-ngomong, aku sangat menyukai hasil tempaanmu. Bolehkah aku melihat-lihat?" tanya Ye Futian.      

"Tentu saja boleh," Si Buta Tie menganggukkan kepalanya.     

"Terima kasih banyak." Ye Futian berjalan ke dalam toko pandai besi itu untuk melihat-lihat perkakas besi di dalamnya. Dia mengambil sebilah pisau di sana. Meskipun pisau itu terbuat dari besi biasa, namun pisau itu ditempa dengan sempurna. Kilatan dingin dari bilahnya yang mengilap memancarkan peringatan bagi siapa pun yang melihatnya.     

Ye Futian mengambil sehelai rambutnya yang berwarna abu-abu dan menjatuhkannya di atas pisau tersebut. Rambut itu melayang ke bawah dan langsung terbelah jadi dua bagian. Ye Futian pun berseru, "Ini benar-benar pisau yang luar biasa."     

"Itu bukan apa-apa," ujar Si Buta Tie dengan santai. Kemudian Ye Futian memeriksa pisau lain yang berada di dekat pisau yang baru saja dia uji ketajamannya. Secara mengejutkan, semua pisau itu memiliki kualitas yang sama.     

"Sungguh teknik menempa yang menakjubkan," Ye Futian mengungkapkan kekagumannya. "Tuan Tie, bagaimana caranya kau bisa menempa pisau-pisau ini dengan sempurna dan konsisten?"     

"Kau juga bisa melakukan hal yang sama setelah menghabiskan waktu di toko pandai besi selama berpuluh-puluh tahun," jawab Si Buta Tie. Dia ingin mengatakan bahwa pengalaman tidak akan pernah berbohong.     

Ye Futian tersenyum, namun dia tidak memberikan tanggapan. Dia memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada senjata lainnya. Di sisi lain, Chen Yi sudah cukup lama berdiri di dekat Si Buta Tie. Tampaknya dia penasaran dengannya dan mengamati sosok Si Buta Tie dengan seksama.     

"Paman Tie adalah pandai besi terbaik di desa ini. Semua perkakas besi yang kami gunakan dibuat oleh Paman Tie," Ling ikut menimpali. Kemudian, dia memandang ke arah Tie Tou dan berkata," Tie Tou, kau bisa membantu Paman Tie di masa depan selama kau terus menerus mengasah kemampuanmu."     

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin." Tie Tou tersenyum datar dan berkata, "Namun, aku juga bisa berlatih tentang hal lainnya."     

"Apa lagi yang bisa kita pelajari?" Ling bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Meskipun dia telah mendengar tentang hal-hal tertentu di Desa Empat Sudut, namun dia tidak begitu memahaminya karena usianya yang masih muda. Dia ingin belajar dan berkultivasi di sekolah, tetapi dia tidak begitu mengerti maksud dari hal tersebut.     

Sejauh yang dia ketahui, orang tuanya meninggal dunia sebagai akibat dari berkultivasi. Jadi dia jelas sangat sensitif terkait topik tersebut,     

"Aku dengar seorang kultivator yang kuat mampu terbang di atas langit, bergerak di bawah tanah, menggerakkan pegunungan, dan mengisi lautan," ujar Tie Tou dengan ekspresi penuh tekad di wajahnya.     

"Lalu apakah kau ingin terbang meninggalkan desa ini? Ling Kecil bertanya.     

"Tidak masalah. Aku akan membawamu pergi bersamaku." Dua remaja itu sedang membicarakan sesuatu yang tidak mereka pahami.     

Si Buta Tie terus menempa besi-besinya. Ye Futian dan Chen Yi tidak punya hal lain untuk dilakukan, jadi mereka berkata, "Ling, kita sudah cukup lama berada di sini. Sebaiknya kita tidak lagi mengganggu waktu Tuan Tie."     

"Baiklah." Ling mengangguk dan berdiri dari tempatnya. "Paman Tie, kami pamit undur diri terlebih dahulu."     

"Aku mengerti." Si Buta Tie mengangguk dan berkata pada Tie Tou, "Antarkan Ling Kecil keluar."     

"Tentu saja." Tie Tou mengangguk dan mengantarkan kelompok itu keluar. Meskipun dia masih remaja, sepertinya Tie Tou telah tumbuh menjadi seorang pria yang bertanggung jawab.     

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi." Ye Futian bisa melihat bahwa Si Buta Tie bukanlah tuan rumah yang bersemangat dalam menyambut tamu-tamunya. Dia berjalan mengikuti Ling dan Tie Tou keluar dari tempat tersebut. Sambil berjalan di samping Ye Futian, Chen Yi berbicara secara telepati padanya, "Pria ini jelas bukan orang biasa."     

"Kenapa kau berpendapat seperti itu?" Ye Futian bertanya.     

"Aku percaya bahwa pengalaman tidak akan berbohong. Tapi apa menurutmu orang buta bisa menempa senjata semacam itu?" Chen Yi berkata, "Selain itu, meskipun perkakas besi itu hanyalah barang-barang biasa, namun kualitas mereka benar-benar nomor satu. Dia bisa menjadi seorang Armorer yang luar biasa jika dia tahu bagaimana cara berkultivasi."     

"Tapi aku tidak bisa mendeteksi aura dari tubuhnya." Faktanya, Ye Futian memiliki pemikiran yang sama dengan Chen Yi.     

"Karena itulah dia bukan sosok biasa. Dia bahkan mungkin berada di tingkat kultivasi yang lebih tinggi dari kita," jawab Chen Yi sambil tersenyum. Keduanya berbincang-bincang secara telepati, sehingga orang lain tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.     

Ye Futian sepertinya memikirkan hal itu dengan serius. Situasi di Desa Empat Sudut sepertinya jauh lebih rumit dari apa yang dia bayangkan. Bahkan seorang pandai besi biasa di desa ini memiliki kemampuan yang menakjubkan...     

Di antara sekelompok remaja yang keluar dari sekolah sebelumnya, pemuda bernama Muyun itu sepertinya memiliki status yang tinggi. Tie Tou jelas tidak memiliki pengaruh yang besar di desa ini. Tetapi jika ayah Tie Tou benar-benar seorang kultivator tingkat atas seperti yang diduga oleh Ye Futian dan Chen Yi, lalu sekuat apakah ayah dari Muyun dan remaja lainnya?     

Muyun seperti menyiratkan bahwa kakaknya sedang berkultivasi di dunia luar. Dia tidak akan bersikap sesombong itu jika kakaknya bukanlah seorang kultivator yang luar biasa.     

Saat Ye Futian dan kelompoknya kembali ke kediaman Ling, beberapa remaja tiba-tiba muncul dan menghalangi jalan mereka. Sosok yang memimpin mereka adalah Muyun, yang sudah bertemu dengan Ye Futian sebelumnya.     

"Muyun Shu, apa maumu?" Tie Tou menatap tajam ke arah pemuda yang berada di hadapannya itu. Muyun Shu adalah nama lengkapnya.     

'Muyun' adalah salah satu nama keluarga paling terkenal dan berpengaruh di Desa Empat Sudut.     

"Guru mengatakan bahwa kau menunjukkan perkembangan pesat akhir-akhir ini. Aku jadi tertanya-tanya kenapa putra dari seorang pandai besi yang buta bisa dipuji oleh guru. Aku datang kemari untuk mengujimu dan melihat apakah kau layak mendapatkan pengakuan darinya," ujar Muyun Shu dengan tatapan mata penuh kebencian.     

Putra seorang pandai besi yang buta dipuji oleh sang guru?     

Hal ini membuat Muyun Shu tersulut emosi.     

Ye Futian memandang tiga remaja yang berada di hadapannya itu dan tidak menyangka bahwa mereka akan bertarung di sini.     

Sejak awal dia tidak menyukai Muyun Shu. Dia menyadari bahwa ada dua golongan yang hidup di desa ini. Salah satunya adalah penduduk yang hidup dengan tenang dan menyendiri. Sementara Muyun Shu termasuk dalam golongan satunya.     

Sesuai dugaannya, manusia akan selalu diliputi oleh konflik. Bahkan remaja juga tidak luput di dalamnya, dan dia sendiri pernah mengalaminya saat dia masih muda.     

"Baguslah kalau begitu," Tie Tou mengambil beberapa langkah ke depan dan melindungi Ling di belakangnya. Cahaya tampak bersinar dari tubuhnya saat dia mengeluarkan untaian energi yang mengerikan. Ye Futian bahkan samar-samar bisa merasakan aura dari cahaya yang bersinar terang itu.     

Ye Futian tampak takjub. Tie Tou masih sangat muda dan belum bisa memahami kekuatan Jalur Agung. Satu-satunya pengecualian yang pernah ditemui oleh Ye Futian adalah anak terpilih dari Jalur Agung.     

Mustahil bagi Tie Tou untuk memahami aura dari Jalur Agung. Sehingga penjelasan yang masuk akal adalah dia memang terlahir dengan kekuatan tersebut. Mungkin ada sesuatu yang membuat kekuatannya ini terpancing keluar.     

Apakah mungkin insiden yang terjadi di sekolah saat itu?     

Ketika Ye Futian berada di luar sekolah itu sebelumnya, dia melihat bahwa suara di dalam huruf-huruf itu berubah menjadi rune-rune keemasan seperti musik ilahi dari Jalur Agung.     

Melihat hal ini, Muyun Shu menatap tajam ke arah Tie Tou.     

"Tie Tou, jumlah mereka lebih banyak daripada kita. Jangan bertarung melawan mereka," Ling bergegas mengingatkannya.     

"Dasar bocah bermulut besar. Gelandangan yang menyebalkan," Muyun Shun mengejek Ling Kecil. Hal ini membuat Ye Futian mengerutkan keningnya dengan kesal. Ini adalah kedua kalinya bocah ini berkata kurang ajar. Dia sudah memiliki kepribadian yang sangat buruk untuk anak seusianya.     

"Tutup mulutmu!" Tie Tou berteriak dengan penuh amarah.     

"Para berandal ini..." ujar Beigong Ao sambil melangkah ke depan. Muyun Shu menatapnya dengan dingin dan memperingatkan, "Kau tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan yang berkaitan dengan Desa Empat Sudut. Jika tidak, kau sama saja seperti ingin menjemput ajalmu sendiri."     

Beigong Ao menatap Muyun Shu dengan penuh amarah. Bagaimana bisa seorang pemuda bersikap sekurang ajar ini pada orang lain?     

Pada saat ini, orang-orang mulai berkumpul di sekitar mereka. Beberapa pemuda yang mengenakan pakaian elegan tampak mengamati mereka dari kejauhan.     

Sepertinya banyak orang tertarik untuk menyaksikan pertunjukan ini.     

"Dia benar. Jangan berani-berani untuk ikut campur dalam urusan kami," ujar seseorang dengan acuh tak acuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.