Legenda Futian

Storm Demon



Storm Demon

1Meskipun semua orang sudah bisa menebak hasil akhir dari pertarungan ini, namun prosesnya tetaplah mengejutkan bagi mereka. Di bawah tekanan dari Roda Ilahi milik Ning Hua, Desolation akhirnya berhasil ditundukkan.      1

Seperti itulah dahsyatnya Roda Ilahi dari Jalur Agung, dan Roda Ilahi milik Ning Hua berbeda dari yang lain, karena Roda Ilahi itu juga mengandung kekuatan Jalur Agung Penyegelan di dalamnya. Begitu Roda Ilahi lawannya ditekan, Roda Ilahi milik Ning Hua akan menyegelnya dan membatasi kemampuan lawannya sehingga mereka akan kehilangan kekuatan untuk melancarkan serangan balasan.     

Karena itulah, bahkan jika pertarungan tidak dilanjutkan, kedua belah pihak sudah bisa menebak seperti apa hasil akhirnya.     

Lagipula Roda Ilahi milik Desolation memang lebih lemah dari Roda Ilahi Ning Hua.     

'Di generasi ini, siapa yang bisa mengalahkan Wakil Ketua Ning?' banyak orang di bagian bawah berpikir dalam hati. Dengan memiliki bakat yang begitu luar biasa sejak lahir, Ning Hua adalah lambang dari generasi ini di Wilayah Donghua. Tidak ada seorang pun yang bisa disejajarkan dengannya. Dia memiliki asal-usul yang luar biasa dan akan terus melangkah ke depan sendirian hingga dia mencapai puncak kekuatan dan meneruskan posisi sebagai Pemimpin Wilayah Donghua.     

"Tebakan yang dibuat Kakak Senior terbukti benar; hasil akhir dari pertarungan ini memang sudah tidak perlu diragukan lagi," ujar Ye Futian pada Li Changsheng, yang berada di sebelahnya.     

"Cermin Ilahi dari Roda Surgawi tidak pernah berbohong. Terlebih lagi, apa yang diwarisi oleh Desolation lebih sedikit daripada Wakil Ketua Ning. Bahkan jika dia mampu menghadapi Roda Ilahi Penyegelan milik Ning Hua, hasilnya akan tetap sama. Oleh karena itu, mengingat bahwa tingkat Roda Ilahi mereka tidak berada pada tingkat yang sama, Desolation jelas tidak memiliki harapan untuk menang, meskipun dia sendiri adalah sosok yang luar biasa. Namun ada beberapa orang yang akan selalu terlihat menonjol dimana pun mereka berada, dan Ning Hua jelas adalah salah satunya." Li Changsheng berbicara dengan Ye Futian secara telepati dan melanjutkan, "Tentu saja, kau juga termasuk dalam kategori ini. Mereka yang termasuk dalam kategori ini ditakdirkan untuk duduk di atas sana nantinya."     

Kemudian dia memandang ke arah Istana Donghua yang berada di atasnya.     

"Kakak Senior terlalu berlebihan dalam memujiku," Ye Futian terkekeh. Dia memahami apa yang dimaksud oleh Li Changsheng. Ada begitu banyak kultivator di dunia ini, termasuk para jenius di dalamnya. Mereka ini adalah para jenius yang mampu menempa Roda Ilahi, serta sosok-sosok tak tertandingi yang mampu menerobos ke Renhuang Plane atas sambil mempertahankan Roda Ilahi yang sempurna.     

Namun, di atas kategori ini, ada orang-orang yang statusnya jauh melebihi para jenius ini. Mereka memiliki kemampuan yang luar biasa, seperti Ning Hua dan dirinya.     

Sudah jelas, Li Changsheng sangat mengaguminya, dan itu adalah pujian tertinggi baginya.     

Ning Hua dan Desolation telah kembali ke kursi masing-masing. Mereka tidak mengatakan apa-apa. Seolah-olah mereka sudah melupakan pertarungan yang baru saja berakhir. Tapi ekspresi Desolation terlihat tidak begitu baik. Dia tampak cemberut dan tidak mengatakan apa pun, sementara Ning Hua bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana.     

Di Istana Donghua, Dewa Kehancuran tidak berkomentar apa-apa. Namun, Pemimpin Istana Lingxiao berkata sambil tertawa, "Desolation telah mewarisi kekuatan dari Dewa Kehancuran dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Dampak yang ditimbulkan oleh Roda Kehancuran sangat mengerikan; kekuatannya memang mencengangkan. Sangat disayangkan bahwa Roda Ilahi itu harus berhadapan dengan Ning Hua dan Desolation tidak dapat mengerahkan kekuatannya secara maksimal. Namun, Dewa Kehancuran tidak perlu terlalu khawatir karena Ning Hua sudah menjadi kultivator muda yang hampir menyamai kita di Langit Donghua. Di masa depan, dia mungkin bisa melampaui kita semua, jadi wajar saja jika Desolation kalah melawannya."     

"Ning Hua selama ini berkultivasi di bawah bimbingan Ketua Ning; tidak heran dia memiliki kemampuan yang menakjubkan. Kekalahan yang dialami oleh Desolation hanya akan memotivasinya untuk semakin giat dalam mencari Jalur Agung," ujar Dewa Kehancuran. "Aku mendengar informasi bahwa pemimpin muda dari Istana Lingxiao memiliki kemampuan bertarung yang kuat dan pernah meremehkan Ye Liunian. Meskipun pada akhirnya dia dikalahkan oleh Ye Liunian, aku yakin dia telah belajar dari kekalahannya itu sehingga dia bisa memiliki kesempatan kedua untuk mengalahkan Ye Liunian ketika tingkat Plane-nya meningkat."     

"…"     

Ekspresi orang-orang di dalam Istana Donghua tampak aneh. Sepertinya sosok-sosok terkemuka ini pun mulai memprovokasi satu sama lain.     

Selama ini Pemimpin Istana Lingxiao duduk di samping Ketua Ning, dan Dewa Kehancuran tidak senang melihat pengaturan tersebut, jadi dia berani menyinggung masalah terkait Ling He.     

"Ye Liunian juga sosok yang luar biasa. Dia tampil dengan menakjubkan di depan Cermin Ilahi dari Roda Surgawi, termasuk Desolation dan yang lainnya. Tidak mengherankan jika Ling He kalah darinya," ujar Pemimpin Istana Lingxiao sambil tersenyum. Meskipun dia merasa sangat tidak senang dengan ucapan Dewa Kehancuran sebelumnya, namun dia tidak mengungkapkannya secara terang-terangan. Perbincangan antara keduanya kini dipenuhi oleh provokasi dan sindiran.     

"Mmm, aku mengerti." Dewa Kehancuran mengangguk pelan sambil memandang ke bawah. Kemudian dia berkata, "Siapa di antara kalian yang berani menghadapi pemimpin muda dari Istana Lingxiao?"     

"…"     

Perhatian semua orang kini tertuju pada Dewa Kehancuran, sementara kultivator yang berada di Istana Donghua hanya tersenyum tanpa berkomentar apa-apa. Mereka bersikap seolah-olah mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan pertunjukan berikutnya.     

Dewa Kehancuran masih terlihat mengintimidasi seperti biasanya, ekspresinya tampak serius dan dingin. Desolation memang telah dikalahkan, tetapi dia dikalahkan oleh Ning Hua, bukan oleh siapa pun dari Istana Lingxiao. Komentar dari Pemimpin Istana Lingxiao rupanya telah menyinggung Dewa Kehancuran.     

Karena itulah, ini adalah pertama kalinya bagi sosok terkemuka yang berada di Istana Donghua menawarkan anggota mereka untuk ditantang.     

Penampilan para kultivator yang berada di bagian atas selalu disaksikan oleh orang-orang di bagian bawah. Istana Dewa Kehancuran membawa banyak anggota mereka kemari, dan semua anggota mereka yang datang kemari kali ini adalah sosok-sosok yang kuat, bukan hanya Desolation saja. Tapi karena Desolation adalah penerus dari Dewa Kehancuran, dia adalah orang yang paling banyak menarik perhatian. Selain Desolation, ada banyak kultivator kuat lainnya di Istana Dewa Kehancuran dari Benua Badlands, yang terletak di Wilayah Barat dari Wilayah Donghua.     

Dewa Kehancuran telah angkat bicara. Sehingga pertarungan ini harus dimenangkan oleh Istana Dewa Kehancuran.     

Oleh sebab itu, tatapan mata semua orang dari Istana Dewa Kehancuran kini tertuju pada satu orang. Dapat terlihat dengan jelas bahwa mereka sudah sepakat siapa yang akan menjadi penantangnya.     

"Storm Demon dari Istana Dewa Kehancuran." Li Changsheng memandangnya dan berbisik, "Dia adalah kultivator yang sangat kuat, dan statusnya di Istana Dewa Kehancuran tidak kalah tinggi dari Desolation."     

"Storm Demon."     

Banyak orang mengenalinya. Para kultivator dari pasukan-pasukan terkemuka memiliki wawasan mengenai kultivator-kultivator kuat di Wilayah Donghua. Ekspresi banyak orang dari Istana Lingxiao langsung berubah ketika mereka melihat pria itu. Mereka belum pernah melihat Storm Demon beraksi sebelumnya, tetapi mereka sudah sering mendengar tentang betapa kuatnya dia.     

Ling He mungkin tidak akan mampu mengalahkan lawannya ini.     

Storm Demon memiliki tubuh yang kekar dan mengintimidasi. Dengan mengenakan jubah hitam, penampilannya terlihat semakin menakjubkan bila dilihat dari dekat. Sepertinya dia berusia empat puluhan, dan kedua matanya tampak tajam serta memancarkan tekanan yang kuat.     

Saat dia berdiri, tubuhnya bahkan lebih tinggi dari Desolation. Dia memandang ke arah Ling He, lalu berjalan menuju panggung pertempuran dan berkata, "Majulah."     

Nada bicaranya dipenuhi oleh kebencian. Seolah-olah dia tidak ingin repot-repot berbicara dengannya.     

Sudah jelas, tantangan ini diajukan untuk Ling He.     

Tantangan yang diajukan oleh Storm Demon ini jelas ditanggapi oleh Ling He. Meskipun Storm Demon adalah sosok terkenal di Istana Dewa Kehancuran, namun Ling He sendiri adalah seorang kultivator dari Langit Donghua dan juga pemimpin muda dari Istana Lingxiao. Bagaimana mungkin dia membiarkan orang lain berani bersikap kurang ajar padanya?     

Ling He berdiri dari kursinya dan mengikuti langkah Storm Demon. Keduanya memasuki panggung pertempuran secara berurutan.     

Saat mereka memasuki Panggung Pertempuran Hukum, Storm Demon berada di bagian depan dan memunggungi Ling He, lalu dia berhenti. Saat dia berbalik, sebuah badai penghancur muncul di sekelilingnya, dan badai ini langsung menerjang ke atas langit, disertai dengan munculnya awan petir berwarna hitam yang mengerikan. Kilatan petir hitam yang tak terhitung jumlahnya menyambar seperti bencana dari Jalur Agung.     

Kegelapan telah menyelimuti langit, dan badai penghancur itu menjadi semakin kuat. Setiap hembusan angin dari badai itu terlihat seperti sebilah pisau yang mampu memotong segalanya saat badai tersebut menerjang ke arah Ling He. Tidak hanya itu saja, badai ini juga mampu mengoyak ruang hampa.     

Di dalam badai petir hitam itu, muncul sebuah kapak petir hitam raksasa. Sementara Storm Demon tampak melayang di udara dan menerjang ke dalam badai penghancur itu sambil mencengkeram kapak tersebut di tangannya. Dengan penampilan seperti seorang dewa iblis penghancur, dia memandang Ling He yang berada di bagian bawah.     

Di atas kepala Ling He, Pagoda Lingxiao telah muncul dan melayang di atas langit. Bayangan pagoda yang tak terbatas memenuhi dan menekan seluruh tempat, disertai dengan untaian cahaya keemasan yang terpancar dari pagoda-pagoda tersebut. Pada saat yang bersamaan, sebuah tombak emas muncul di tangannya, yang dikelilingi oleh seberkas cahaya suci yang menyilaukan.     

Bayangan pagoda yang tak terbatas itu mencoba menekan bagian langit ini. Namun, langit di seberangnya dipenuhi oleh badai petir penghancur. Jalur Agung hancur berantakan, dan semua tanda kehidupan di area itu telah dimusnahkan. Untaian cahaya keemasan itu menerjang ke dalam badai tersebut dan dihancurkan dalam sekejap. Di sisi lain, arus kegelapan yang mengerikan menghantam Pagoda Lingxiao dan menyebabkan Roda Ilahi dari Jalur Agung itu mengeluarkan suara yang keras, seolah-olah ada sebilah pedang yang diayunkan pada pagoda itu.     

Ukuran Pagoda Lingxiao semakin membesar, hingga akhirnya menutupi langit dan matahari, menekan ke arah Storm Demon.     

Tapi Storm Demon tetap berdiri tegak di udara, dengan disertai oleh kekuatan mengerikan yang menyebar ke area sekitarnya. Tubuhnya yang kekar terlihat mirip dengan dewa badai tak terkalahkan yang sedang memegang sebuah kapak perang di tangannya. Badai penghancur yang mengerikan itu langsung menerjang Pagoda Lingxiao milik Ling He dan mempengaruhi tekanan yang dipancarkan olehnya. Meskipun pagoda itu berusaha melawan badai tersebut, namun pagoda itu tetap terdorong ke bawah.     

Pada saat yang bersamaan, Ling He juga melancarkan serangan. Tombak Lingxi telah muncul saat untaian cahaya keemasan itu menembus ruang hampa. Tombak emas yang menyilaukan itu melesat menembus udara dan langsung bergerak menuju tempat Storm Demon berada.     

Namun pada saat yang hampir bersamaan, kapak perang milik Storm Demon telah diayunkan dengan membawa milyaran arus penghancur di dalamnya, yang dikerahkan menuju tombak lawannya, seolah-olah hari kiamat telah tiba.     

Keduanya melancarkan serangan masing-masing dan bertabrakan di udara, namun sosok Ling He menghilang dari tempatnya. Dengan serangan sedahsyat itu, dia bisa memisahkan dirinya tanpa perlu berinteraksi secara berlebihan dengan lawannya. Rasanya seolah-olah tombak itu bisa bergerak sesuai keinginannya, muncul di lokasi lainnya dalam sekejap, dan melanjutkan serangannya. Tombak itu terlihat seperti sebuah bayangan emas, namun kekuatannya sangatlah mengerikan saat melesat menembus ruang hampa.     

*Whoosh* Angin bertiup kencang, namun reaksi yang ditunjukkan oleh Storm Demon justru menjadi semakin cepat. Kapak perang di tangannya kini berubah menjadi hembusan angin dan menyatu dengan badai di sekelilingnya. Saat kapak itu membentuk lengkungan yang menakjubkan di udara, rupanya kapak tersebut kembali dikerahkan menuju Tombak Lingxi milik Ling He.     

"Kecepatan serangan dari dua sosok ini sungguh mengerikan…" Para penonton hanya bisa melihat bayangan samar di hadapan mereka. Di dalam badai kegelapan itu, bayangan Ling He yang tak terhitung jumlahnya bermunculan dan menyebar ke berbagai arah. Setiap kemunculan bayangan itu disertai oleh bayangan dari sebuah tombak emas. Seolah-olah beberapa tombak dikerahkan sekaligus dalam waktu yang sangat singkat.     

Namun setiap serangan yang dilancarkan berhasil diatasi oleh lawannya.     

"Tombak Lingxi merupakan kombinasi sempurna antara kultivator, tombak, dan Jalur Agung, sehingga memungkinkan penggunanya untuk menggerakkannya dengan sesuka hati. Bahkan ketika tombak itu berhasil ditangkis, tombak tersebut masih bisa membebaskan diri dan menyerang dari lokasi lain dalam sekejap. Namun, kapak perang milik Storm Demon juga tidak jauh berbeda, seolah-olah tubuhnya telah berubah menjadi hembusan angin, menari-nari dan bergerak mengikuti momentumnya. Namun, hal yang lebih mengerikan lagi adalah, selain mampu bergerak seperti hembusan angin, kekuatan serangan dari kapak perangnya akan menjadi semakin kuat, seolah-olah dia terus menerus mendapatkan tambahan kekuatan."     

Jiang Yueli dari Istana Fluttering Snow angkat bicara, dengan tujuan untuk memberikan penjelasan pada adik-adik juniornya sehingga mereka bisa memahami apa yang sedang terjadi di pertarungan ini.     

Dalam waktu singkat, keduanya telah berulang kali bertabrakan di udara. Namun pada saat ini, satu sosok melesat dari atas langit, dan Tombak Lingxi masih bergerak dengan sangat cepat, seperti kilatan petir keemasan. Pada saat yang bersamaan, badai itu seperti berhenti sejenak, tidak bergerak dengan leluasa seperti sebelumnya.     

Tepat ketika Tombak Lingxi hendak mengenai targetnya, sebuah badai yang dahsyat menabraknya dan mengoyak ruang hampa. Semua orang melihat Storm Demon bergerak begitu cepat sehingga sulit dilihat dengan mata telanjang. Tapi, pada saat berikutnya, cahaya kapak berwarna hitam muncul dari atas langit dan melesat ke bagian bawah, membelah bagian langit ini.     

Pada saat berikutnya, untaian cahaya keemasan itu terhempas ke kejauhan dengan begitu cepat. Kali ini, Ling He telah berhenti menyerang dan menatap Storm Demon di kejauhan. Dia batuk-batuk dan memuntahkan darah, selain itu wajahnya tampak sedikit pucat!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.