Legenda Futian

Kekacauan



Kekacauan

0Setelah Lin Yuan dan Lu Qing terbunuh, beberapa sosok mendarat di lokasi kejadian. Mereka memandang satu sama lain dengan ekspresi serius di wajah mereka.     3

"Ayo kita pergi." Dalam sekejap, mereka menghilang dari tempat masing-masing.     

Sementara itu, di sebuah bar di dalam Pulau Dewa Penyu, seseorang tampak duduk dengan tenang di lantai atas dari bar tersebut. Ling He menyeruput anggurnya dengan tenang. Tiba-tiba, seseorang muncul di belakangnya. Dia adalah lelaki tua yang membunuh Lin Yuan. Dia berdiri di belakang Ling He dan berbicara secara telepati, "Benua Dongxiao, Menara Pengintai Wangshen."     

"Menara Pengintai Wangshen." Kilatan keterkejutan terlintas di mata Ling He. Satu nama langsung terbesit di dalam benaknya. "Zong Chan?"     

Tidak mungkin. Zong Chan dikabarkan telah menerobos ke Renhuang Plane tingkat atas. Sementara pria itu hanyalah seorang Renhuang tingkat menengah. Pasti dia juga kultivator dari Menara Pengintai Wangshen. Sesuai dugaannya, pria itu berasal dari pasukan yang sangat kuat di Wilayah Donghua.     

Namun, bahkan jika dia berasal dari Menara Pengintai Wangshen, dia tetap harus menanggung konsekuensinya karena telah mengacaukan rencananya.     

Kali ini, dia telah melakukan berbagai macam upaya untuk mendekati orang-orang dari Ibukota Salju; namun, sepertinya rencananya akan gagal total.     

"Siapa itu?" Pada saat ini, seorang kultivator di belakang Ling He memandang ke kejauhan. Rupanya ada jiwa spiritual yang mengintai mereka.     

Satu jiwa spiritual yang kuat menyelimuti area di sekitar bar tersebut. Tidak hanya itu saja, tekanan Jalur Agung yang dahsyat menyebar di lokasi tertentu, dan di tempat itu, beberapa orang tampak berjalan di udara. Mereka muncul di luar bar tempat Ling He berada dan berdiri di kejauhan. Salah satu dari mereka mengumumkan, "Kami dari Kantor Pemimpin Kota. Kau berasal dari mana?"     

Ling He menyipitkan matanya. Dia memandang lelaki tua di belakangnya dengan tatapan dingin di matanya. Ekspresi lelaki tua itu berubah, dan dia menundukkan kepalanya, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia telah meninggalkan jejak, dan tindakannya telah menarik perhatian beberapa orang.     

"Langit Donghua, Paviliun Lingxiao." Ling He mengangkat gelas anggurnya dan meminumnya dengan tenang tanpa memandang lawan bicaranya itu.     

Saat mendengar nama 'Paviliun Lingxiao dari Langit Donghua,' barisan kultivator tampak ragu-ragu untuk beberapa saat dan menghela napas dalam-dalam. Mereka tidak boleh menyingung pasukan dengan status setinggi itu.     

"Maaf telah mengganggu waktu anda." Mereka langsung menangkupkan tangan dan pergi meninggalkan area itu dalam sekejap, seolah-olah mereka tidak pernah muncul di sana sebelumnya. Mereka tidak memberitahukan alasan kedatangan mereka kemari; sepertinya mereka datang untuk menanyakan tempat asal dari pria itu.     

Ling He tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang aneh. Bahkan jika tindakannya terungkap, itu tidak berarti apa-apa baginya. Nyawa dua pecundang itu tidak ada artinya baginya; dia bahkan tidak akan repot-repot memikirkannya. Hanya saja reputasinya akan sedikit tercoreng jika tersiar kabar bahwa dia diduga memanfaatkan statusnya untuk membalaskan dendam pribadinya. Dia memiliki status yang sangat tinggi, jadi akan sedikit memalukan jika orang-orang mengetahui bahwa dia memanfaatkan statusnya untuk menghadapi sepasang muda-mudi.     

Selain hal itu, kematian dua kultivator itu bukanlah masalah besar.     

"Apakah orang-orang dari pasukan-pasukan terkemuka sudah tiba di sini?" Ling He bertanya. Pasukan-pasukan yang dia maksud tentu saja adalah pasukan-pasukan terkuat yang ada di Wilayah Donghua; mereka adalah pasukan yang berada di tingkat yang sama dengan Paviliun Lingxiao. Salah satunya adalah Menara Pengintai Wangshen.     

Jika mereka belum tiba, maka pasukan lainnya tidak berarti apa-apa baginya, dan dia tidak perlu repot-repot menaruh perhatian pada mereka.     

"Seharusnya beberapa dari mereka sudah tiba di sini," jawab lelaki tua itu. "Istana Pemimpin Wilayah selalu menempatkan anggota mereka di sini, tetapi mereka seharusnya masih dalam perjalanan kemari. Sekarang setelah orang-orang dari Menara Pengintai Wangshen tiba di sini, kita tinggal menunggu kabar dari Benua Nanhua dan Benua Badlands. Semua pasukan lainnya sudah memiliki perwakilan masing-masing di sini."     

"Mmm," pemuda itu mengangguk. "Segera selidiki jika ada seorang Renhuang tingkat menengah lainnya dari Menara Pengintai Wangshen."     

"Baik, tuan," seseorang menerima perintah tersebut. Ada begitu banyak pasukan yang berada di Pulau Dewa Penyu saat ini. Para kultivator dari berbagai macam tempat sudah berada di sini. Dalam situasi seperti ini, pengintaian akan menjadi lebih mudah dilakukan. Karena orang-orang dari berbagai macam tempat kini berkumpul di satu tempat, maka pertukaran informasi dapat dilakukan dengan mudah.     

Ling He memandang ke kejauhan dengan tatapan dingin di matanya. Tidak peduli sekuat apa pun lawannya, jika ada siapa pun yang berani mengacaukan rencananya, maka mereka harus menanggung akibatnya.     

Ye Futian belum mendengar berita tentang kematian Lin Yuan. Semua yang terjadi di Tebing Samudra Ilahi sebelumya disebabkan karena konflik antara dirinya dengan pihak lawan. Bagaimanapun juga, itu bukanlah masalah besar, jadi tidak ada dendam di antara mereka. Dia tidak menyangka bahwa peristiwa ini akan menjadikannya sebagai target dari upaya pembunuhan.     

Dan sudah jelas, dia tidak pernah membayangkan bahwa hal ini akan berujung pada kematian Lin Yuan dan Lu Qing. Jika dia mengetahuinya lebih awal, maka dia tidak akan membiarkan Lin Yuan pergi meninggalkannya.     

Saat mereka berkeliling di Pulau Dewa Penyu, beberapa sosok melesat mendekat dan mendarat di hadapan mereka. Melihat sosok-sosok yang baru saja tiba itu, Ye Futian tersenyum dan berkata, "Kakak-kakak senior, akhirnya kalian tiba di sini."     

"Mmm." Orang-orang yang baru saja tiba adalah para kultivator dari Menara Pengintai Wangshen. Li Changsheng dan Zong Chan berada di antara mereka.     

"Aku dan Zong Chan tiba di sini beberapa waktu yang lalu dan sudah bertemu terlebih dahulu. Kami berada tidak jauh darimu ketika kau tiba di sini," ujar Li Changsheng sambil tersenyum. Meskipun dia adalah seorang Renhuang tingkat sembilan yang kuat, namun orang-orang tidak bisa merasakan aura yang mengancam dari tubuhnya.     

Tentu saja, dia bersikap seperti ini karena ada saudara-saudaranya di sini.     

"Aku jadi bertanya-tanya berapa lama lagi kita harus menunggu," ujar Ye Futian.     

"Tidak perlu terburu-buru. Kali ini, banyak sosok yang luar biasa telah datang kemari. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak para kultivator dari berbagai macam tempat terakhir kali berkumpul di satu tempat yang sama di Wilayah Donghua. Ini benar-benar suatu kebetulan yang menguntungkan," ujar Li Changsheng sambil tersenyum. "Di antara sosok-sosok terkemuka yang datang kemari kali ini, mungkin ada beberapa orang yang belum tentu lebih lemah darimu. Sayang sekali kau tidak memiliki kesempatan untuk bertarung melawan mereka."     

"Sepertinya kakak senior ingin sekali menyaksikan pertarungan antar murid dari pasukan-pasukan terkemuka," ujar Zong Chan sambil tersenyum.     

"Tidak, aku hanya tertarik pada pertarungan antar kultivator di tingkat Adik Junior Ye, atau sosok-sosok terkemuka sepertimu," Li Changsheng tersenyum. "Kali ini, sepertinya di antara kultivator-kultivator kuat yang datang kemari kali ini, ada beberapa orang yang ingin tahu apakah kemampuanmu setara dengan reputasimu. Mungkin aku bisa menyaksikan beberapa pertarungan yang menarik kali ini."     

Zong Chan menggelengkan kepalanya tanpa berkomentar apa-apa. Semakin tenar seseorang, maka semakin mudah pula dia menjadi incaran orang lain. Menerobos ke Renhuang Plane tingkat atas adalah alasan mengapa dia menjadi sasaran berbagai macam pasukan terkemuka.     

*Boom*     

Saat mereka sedang berbincang-bincang, suara gemuruh terus menerus terdengar di udara. Ketika mereka mendongak ke arah langit, mereka melihat kumpulan awan hitam yang mulai menyelimuti langit biru. Awan-awan hitam itu terus menyebar, hingga akhirnya langit menjadi gelap.     

"Sepertinya akan terjadi peristiwa besar di sini." Tatapan mata Li Changshen tampak waspada saat dia menatap langit di atasnya. Kumpulan awan hitam itu memancarkan tekanan yang samar.     

Pada saat yang bersamaan, di berbagai tempat di Pulau Dewa Penyu, banyak orang mendongak dan memandang ke arah langit. Samar-samar, mereka bisa merasakan aura yang menyesakkan. Mereka memiliki firasat bahwa akan ada peristiwa besar yang terjadi di sini.     

"Cuaca berubah dengan sangat cepat, dan fenomena ini tiba-tiba muncul. Apakah ini berarti Ujian Para Dewa akan segera dimulai?" Ye Futian bergumam pelan.     

"Aku juga belum pernah menyaksikan Ujian Para Dewa sebelumnya. Namun, berdasarkan catatan-catatan kuno, fenomena alam yang disebabkan oleh Ujian Para Dewa membutuhkan waktu tertentu sebelum muncul. Pemandangan yang kita saksikan sekarang mungkin menunjukkan bahwa Ujian Para Dewa akan segera dimulai," jawab Li Changsheng sambil memandang ke arah langit.     

Pada saat yang bersamaan, banyak orang terbang dari seluruh penjuru kota menuju ke satu tempat yang sama—Gunung Penyu.     

"Sebaiknya kita juga pergi ke Gunung Penyu," Li Changsheng melanjutkan kata-katanya. Dalam sekejap, mereka juga melesat ke arah langit.     

Saat ini, mereka mendapati bahwa semua orang yang berada di Pulau Dewa Penyu sedang bergerak, dan mereka semua pergi menuju Gunung Penyu.     

Gunung Penyu adalah tempat Kaisar Xi berkultivasi. Semua kultivator akan turun dari atas langit tepat sebelum mereka tiba di Gunung Penyu, dan kemudian mereka akan mendaki ke puncak gunung tersebut. Semua orang mengetahui bahwa mereka tidak bisa memasuki Gunung Penyu melalui jalur udara. Tanpa kekuatan yang mumpuni, tindakan mereka akan dianggap sebagai provokasi.     

'Semua orang telah tiba di sini,' pikir Ye Futian dalam hati. Mereka juga sudah sampai di kaki Gunung Penyu dan mulai mendaki gunung tersebut. Dia tidak sendirian; semua kultivator berbondong-bondong mendaki Gunung Penyu. Aura Jalur Agung terpancar satu per satu saat semua orang mulai menggunakan kemampuan mereka masing-masing. Saat ini, area itu terlihat sangat menakjubkan.     

"Siapa orang-orang itu?" Pada saat ini, banyak orang memandang ke satu arah yang sama. Di tempat itu, ada sebaris sosok yang terlihat seperti dewi. Mereka berpakaian serba putih dan dikelilingi oleh aura yang sangat dingin. Bahkan suhu udara di sekitar mereka turun beberapa derajat; tidak ada seorang pun yang berani mendekati mereka.     

"Para dewi dari Benua Salju Utara," ujar seseorang.     

"Istana Fluttering Snow?" seseorang bertanya karena terkejut.     

"Ya," seseorang menjawab. Dalam sekejap, orang-orang di sekitar mereka mundur karena takut berada terlalu dekat dengan mereka. Meskipun wanita-wanita itu sangat cantik, namun tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan menggoda mereka.     

Ye Futian juga memandang ke arah yang sama. Para kultivator lainnya berusaha menjaga jarak dan tidak berani berada di sekitar mereka. Tampaknya para wanita ini cukup mengintimidasi.     

Ye Futian mengenali seseorang di antara mereka; itu adalah sosok seperti dewi yang dia temui di tebing tepi pantai hari itu,     

"Benua Salju Utara?" gumam Ye Futian. "Apakah mereka adalah kultivator dari Istana Fluttering Snow di Benua Salju Utara?"     

Benua Salju Utara adalah salah satu dari tujuh benua utama di Wilayah Donghua, jadi tentu saja, Ye Futian telah mencari informasi tentang tempat itu. Di Benua Salju Utara, Istana Fluttering Snow terletak di Ibukota Salju. Mereka adalah tempat suci nomor satu di Benua Salju Utara; sudah jelas, mereka sangatlah kuat.     

Kalau begitu, wanita itu pasti berasal dari Istana Fluttering Snow.     

"Apakah kau tertarik pada mereka?" Li Changsheng tersenyum pada Ye Futian. "Meskipun para kultivator dari Istana Fluttering Snow sangat kuat, namun mereka semua sangat cantik."     

Ye Futian tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tentu saja dia tahu bahwa Li Changsheng hanya bercanda.     

Namun, semua orang tampak waspada dengan kehadiran para dewi dari Istana Fluttering Snow. Apakah kultivasi mereka yang menjadi penyebabnya?     

Mereka terus mendaki, dan dalam waktu singkat, banyak kultivator telah tiba di puncak Gunung Penyu. Aura yang menyelimuti langit terasa semakin menyesakkan; rasanya seperti diselimuti oleh tekanan dari Jalur Agung.     

Saat fenomena alam terjadi di atas langit, mereka yakin akan ada peristiwa besar yang terjadi. Ujian Para Dewa akan segera dimulai!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.