Legenda Futian

Diculik



Diculik

2Ye Futian membawa Zi Feng ke tempat dimana Pemimpin Pulau Dewa Timur tinggal. Setelah melihat kehadiran mereka berdua, Pemimpin Pulau berkata dengan tenang, "Apakah kau sudah siap untuk pergi?"      3

Sudah jelas, dia sudah menebak bahwa Ye Futian akan pergi meninggalkan Pulau Dewa Timur. Setelah keributan terkait Klan Jun telah terselesaikan, Ye Futian sebenarnya sudah bisa pergi meninggalkan pulau tersebut. Selain berkultivasi, dia memfokuskan diri untuk mempelajari alkimia. Sekarang setelah kultivasinya meningkat pesat, temperamennya juga telah berubah. Satu-satunya alasan kenapa dia berada di sini untuk menemuinya, kemungkinan besar dia sudah bersiap-siap untuk pergi.     

"Ya, dan kami datang kemari untuk mengucapkan selamat tinggal," Ye Futian mengangguk.     

"Baiklah." Pemimpin Pulau mengangguk dan tidak memintanya untuk tetap tinggal. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya, "Bagaimana kalau Bai Mu membawa beberapa orang bersamanya untuk mengawalmu?"     

Ye Futian tidak tahu apa yang direncanakan oleh Pemimpin Pulau. Dia telah mendapatkan banyak keuntungan di Pulau Dewa Timur. Tidak realistis baginya untuk memutuskan hubungan dengan Pulau Dewa Timur setelah pergi dari sini. Tindakan itu menyiratkan bahwa dia adalah sosok yang tidak tahu terima kasih, dan Pemimpin Pulau mungkin akan memburunya.     

Dia telah mengonsumi ramuan dari Jalur Agung, menggabungkan pohon ilahi ke dalam tubuhnya, dan Api Ilahi Wutong juga telah diambil olehnya. Dia telah mewarisi teknik alkimia dari Dewa Tertinggi Donglai, dan mendapatkan harta karun yang tak terhitung jumlahnya di sini. Sekarang dia akan menculik seekor phoenix ilahi dari Pulau Dewa Timur.     

"Tidak usah berpikir terlalu berlebihan; ini hanya untuk memastikan keselamatanmu. Aku akan mengirimkan kelompok kecil karena tidak masuk akal untuk mengirimkan kultivator dalam jumlah besar. Aku akan memilih anggota terbaikku," ujar Pemimpin Pulau.     

"Dengan kekuatan saya saat ini, saya tidak membutuhkan perlindungan para dewi dari Pulau Dewa Timur." Ye Futian berkata, "Bahkan jika ada Tetua yang lebih kuat dari saya, hal itu tidak akan membawa pengaruh besar. Lagipula, saya tidak akan tinggal diam. Jika terjadi suatu masalah yang tidak dapat diselesaikan, kehadiran para Tetua dari Pulau Dewa Timur hanya akan memperumit masalah yang ada."     

Pemimpin Pulau memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Maksudmu, kau ingin pergi sendirian?"     

Ye Futian menatap lurus mata lawan bicaranya itu. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia masih mengkhawatirkannya, namun hal itu tidaklah mengejutkan—memangnya siapa yang tidak merasa khawatir?     

"Tidak ada orang asing di sini. Aku telah menunjukmu sebagai pemimpin kedua dari Pulau Dewa Timur. Jika kau mampu melampauiku di masa depan, kau bisa menempati posisi sebagai pemimpin dari Pulau Dewa Timur. Segala sesuatu yang menjadi milikku di sini dapat dianggap sebagai milikmu juga," ujar sang Pemimpin Pulau.     

"Milikku?" Ye Futian mengedipkan matanya. Apakah dia sudah resmi menjadi Pemimpin Pulau kedua sekarang?     

Wanita ini benar-benar serius; dia bersedia memberinya Pulau Dewa Timur secara keseluruhan.     

Apakah ini berarti semua dewi di Pulau Dewa Timur juga menjadi miliknya... Saat dia memikirkan hal ini, dia segera menyadarkan dirinya sendiri. Dia harus bersikap sebagai seorang pria yang bermartabat.     

"Mmm," Pemimpin Pulau mengangguk, "Semua itu akan menjadi milikmu. Jika hari itu benar-benar tiba, bahkan aku pun harus menuruti perintahmu."     

Ye Futian memandang wajah yang sangat cantik di hadapannya itu, dan pikirannya kini membayangkan imajinasi yang liar.     

"Ehem..." Ye Futian memandang Pemimpin Pulau dan berkata, "Saya tidak pantas mendapatkan kehormatan seperti itu."     

"Kau telah menggabungkan ramuan dari Jalur Agung dan pohon ilahi ke dalam tubuhmu. Selain itu, kau juga mendapatkan warisan dari leluhurku. Sekarang kau adalah sang penerus dari Pulau Dewa Timur, dan tidak ada salahnya menyerahkan pulau ini kepadamu suatu hari nanti," ujar Pemimpin Pulau Dewa Timur.     

Kedua mata Ye Futian berkedip. Karena Pemimpin Pulau berkata demikian, maka dia tidak perlu bersikap malu-malu.     

Dia menatap Pemimpin Pulau dan berkata, "Sebenarnya tidak masalah apakah para dewi dari Pulau Dewa Timur bersedia mengawalku atau tidak. Pengawalan mereka tidak akan membawa pengaruh besar, kecuali…"     

"Kecuali apa?" Pemimpin Pulau bertanya.     

Ye Futian menatapnya, seolah-olah dia ingin melanjutkan kata-katanya, tetapi dia mengurungkan niatnya.     

Jika didampingi oleh seseorang yang merupakan Renhuang tingkat atas, keselamatannya akan jauh lebih terjamin. Kecuali jika mereka terlibat masalah dengan sosok-sosok yang sangat kuat, maka mereka akan menemui sedikit kesulitan.     

"Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja," ujar Pemimpin Pulau dengan nada dingin. Apa yang sedang dipikirkan oleh pria ini? Tatapan mata yang gelisah itu membuatnya merasa sangat tidak senang.     

"Bagaimana jika Pemimpin Pulau juga pergi bersama saya untuk mencari udara segar?" Ye Futian berkata dengan suara pelan. Meskipun dia sudah mencapai Renhuang Plane tingkat menengah, nada bicaranya terdengar kurang percaya diri. Bagaimanapun juga, sosok yang berada di hadapannya saat ini adalah sosok terkemuka yang telah membunuh para Renhuang di tingkat kesembilan, seperti Jun Xiaoyao.     

Meskipun dia sangat cantik, namun Ye Futian tidak tertipu oleh penampilannya. Dalam pertempuran yang terjadi beberapa tahun lalu, Pemimpin Pulau adalah orang yang paling banyak membunuh Renhuang dari pasukan musuh.     

Saat Ye Futian selesai berbicara, tekanan dari Jalur Agung yang tak terlihat tiba-tiba menimpanya, membuat tubuhnya gemetar seperti sehelai daun. Sementara itu di sebelahnya, Zi Feng memandang Ye Futian dengan terkejut; apakah dia benar-benar meminta Pemimpin Pulau untuk mengikutinya ke dunia luar?     

B*jingan ini terlalu sembrono dalam bertindak…     

Ye Futian memandang Pemimpin Pulau yang cantik itu dengan malu-malu. Karena Pemimpin Pulau mengatakan bahwa Pulau Dewa Timur cepat atau lambat akan menjadi miliknya, dia hanya ingin menggunakan kekuasaannya lebih awal.     

Dia bisa merasakan tekanan mengerikan yang menimpa tubuhnya.     

Pemimpin Pulau terus menatap Ye Futian. Saat ini, dia melangkah ke depan, dan gaunnya menjuntai di permukaan tanah, membuat penampilannya tampak bermartabat dan dingin, serta memancarkan keanggunan yang tak tertandingi. Sekarang dia telah tiba di sebelah Ye Futian.     

"Jika Pemimpin Pulau tidak setuju, maka abaikan saja apa yang baru saja saya katakan," sikap Ye Futian berubah drastis dari sebelumnya.     

Pemimpin Pulau menatapnya dan berkata, "Baiklah!"     

"Uh..." Ye Futian mengedipkan matanya dan menatap wajah cantik di hadapannya. Dia menyetujui permintaannya?     

Dia tidak memberikan paksaan pada Pemimpin Pulau, dan sekarang Pemimpin Pulau benar-benar menyetujui permintaannya?     

Kekuatan yang dimiliki oleh Pemimpin Pulau benar-benar luar biasa, dan dengan didampingi olehnya, maka Renhuang mana pun tidak lagi menjadi ancaman baginya.     

"Aku akan mendampingimu." Ujar Pemimpin Pulau yang cantik saat dia menatap Ye Futian. Tiba-tiba, sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya— senyuman yang mampu membuat semua makhluk hidup terpikat olehnya. Namun, Ye Futian tidak punya waktu untuk terpesona oleh kecantikannya. Sebaliknya, dia merasa cemas; apakah akan ada motif tersembunyi dibalik sikapnya ini?     

"Kapan kita akan pergi?" Pemimpin Pulau bertanya.     

"Saya ingin membuat beberapa pil terlebih dahulu, jadi bagaimana kalau kita pergi tujuh hari lagi?" Ye Futian mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara pelan. Kepercayaan diri dalam suaranya kini jauh berbeda daripada sebelumnya.     

"Bagus, aku akan menentukan rutenya sehingga kau dapat menyelesaikan urusanmu dengan tenang," ujar Pemimpin Pulau.     

Saat memandang Pemimpin Pulau, Ye Futian merasa bahwa dia sedang dipancing ke dalam sebuah jebakan.     

Firasat bahwa ada motif terselubung dibalik sikap Pemimpin Pulau ini menjadi semakin kuat. Apakah dia telah salah dalam bertindak?     

"Kau datang kemari dari Dunia Asal, sehingga kau tidak begitu mengenal seperti apa itu Prefektur Ilahi, dan wawasanku terkait Wilayah Donghua jauh lebih baik darimu. Tidak usah khawatir, aku akan memandu perjalananmu. Bagaimanapun juga, kali ini aku hanyalah pengikutmu, Pemimpin Pulau Ye!" ujarnya sambil menekankan tiga kata terakhir yang dia ucapkan.     

"Pemimpin Pulau bersikap terlalu sopan. Kalau begitu, semuanya telah ditentukan." Ye Futian bergegas pergi dengan tubuh yang masih gemetar. Dia melarikan diri tanpa memedulikan Zi Feng, yang tertinggal di belakangnya.     

Zi Feng tidak bisa berkata-kata saat melihat kepergian Ye Futian. Dia memandang Pemimpin Pulau dan berkata, "Kakak senior, apakah kau akan benar-benar pergi bersamanya?"     

"Kenapa tidak?" Pemimpin Pulau memandang sosok Ye Futian yang pergi ke kejauhan sambil tersenyum penuh arti. Pria ini benar-benar berani memintanya untuk mengikutinya. Dia hanya memberi sedikit pancingan, dan Ye Futian langsung berkeinginan untuk menguasai Pulau Dewa Timur saat ini juga. Sekarang, pria itu bahkan memiliki pemikiran aneh tentang dirinya.     

Saat ini, karena dia sudah lama tidak bepergian, maka dia akan pergi bersama pria ini untuk berjalan-jalan ke dunia luar.     

Selama tujuh hari berikutnya, Ye Futian telah menghabiskan waktunya di Paviliun Alkimia, tanpa memedulikan kepentingan lainnya.     

Dan kali ini, tidak ada seorang pun yang mengamatinya. Semua orang menunggu di luar, dan Ye Futian tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu kegiatannya.     

Dari arah Paviliun Alkimia, untaian aura yang mengerikan menyebar di udara. Pancaran cahaya kehijauan bersinar, yang kemudian berubah menjadi sebuah pohon ilahi, yang membayangi seluruh tempat. Di dalamnya, aroma obat-obatan terus menerus tercium dari area tersebut.     

*Whoosh*     

Pada saat ini, kobaran api dari Jalur Agung yang mengerikan melesat ke atas langit, disertai dengan suara pekikan phoenix yang samar. Ketika semua ahli alkimia memandang ke arah dimana suara itu berasal, mereka melihat bayangan seekor phoenix yang berputar-putar di luar Paviliun Alkimia.     

Tiba-tiba terdengar suara pekikan phoenix yang keras, dan suara benturan terdengar dari dalam Paviliun Alkimia. Phoenix ilahi itu terbang ke atas langit dan memekik sebanyak sembilan kali. Sosoknya melesat menembus langit seperti sebuah fenomena yang aneh, disertai dengan pancaran cahaya yang menakjubkan.     

Sinar-sinar dari cahaya suci melesat ke atas langit, dan aroma yang harum menyebar di udara. Cahaya suci dari Jalur Agung menerangi Paviliun Alkimia, dan semua orang memusatkan perhatian mereka pada pemandangan di hadapan mereka.     

Teknik alkimia dan fenomena aneh ini...     

"Ini..." gumam seseorang.     

"Tidak salah lagi," seseorang yang berada di sebelahnya menjawab, dan mereka semua terkejut. Akhirnya mereka menyadari mengapa pemahaman Ye Futian dalam alkimia begitu kuat, dan kenapa kemajuannya sangat cepat. Tidak heran Pemimpin Pulau mengaguminya dan mengizinkannya melakukan apa pun yang dia inginkan.     

Jadi, dia adalah penerus dari Dewa Tertinggi Donglai.     

Ini adalah teknik alkimia milik Dewa Tertinggi Donglai, dan Ye Futian telah mewarisinya.     

"Semua ramuanku kutinggalkan di dalam kuali; kalian bisa membaginya sendiri. Aku harus pergi sekarang." Tiba-tiba terdengar sebuah suara, dan semua orang hanya bisa melihat satu sosok berpakaian putih yang berjalan keluar dan menghilang dalam sekejap.     

Baru pada saat inilah semua orang tersadar dan bergegas memasuki Paviliun Alkimia. Aroma obat-obatan yang begitu kuat dan harum menyambut mereka. Di dalam kuali alkimia, cahaya suci dari Jalur Agung bersinar dengan terang.     

*Whoosh* Sebuah bayangan melesat masuk.     

Pada saat berikutnya, beberapa bayangan bergerak pada saat yang bersamaan. Semua bayangan itu menerjang ke arah kuali alkimia.     

Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan yang muncul dari arah Paviliun Alkimia.     

Ye Futian bergerak di udara saat suara-suara terus menerus terdengar dari belakangnya.     

"Dasar pencuri..."     

"Berani-beraninya kau!"     

"…"     

Suara-suara itu terus menerus terdengar, diikuti dengan suara ledakan yang keras; itu adalah suara Paviliun Alkimia yang meledak. Ye Futian menghela napas. Bukannya dia tidak ingin membantu mereka, hanya saja dia tidak ingin melihat mereka bermusuhan satu sama lain.     

Akhir-akhir ini, banyak ahli alkimia saling bertarung satu sama lain dengan kejam, tanpa memandang hubungan pertemanan di antara mereka. Bahkan mereka tidak memedulikan harga diri mereka masing-masing, dan ada pula yang langsung bertarung tanpa ragu-ragu. Pulau Dewa Timur menjadi gempar saat peristiwa itu terjadi. Ketika seseorang melapor pada Pemimpin Pulau, mereka mendapati bahwa Pemimpin Pulau telah pergi meninggalkan Pulau Dewa Timur bersama Ye Futian dan yang lainnya.     

Di luar Pulau Dewa Timur, sekelompok orang bepergian di udara dan melintasi lapisan kabut. Beigong Ao sesekali melirik ke arah wanita di sebelahnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tatapan matanya ketika memandang Ye Futian dipenuhi dengan kekaguman di dalamnya; pria ini benar-benar seorang jenius yang mampu menculik pemimpin dari Pulau Dewa Timur.     

"Apakah kau melakukannya dengan sengaja?" pemimpin dari Pulau Dewa Timur bertanya pada Ye Futian.     

"Hah?" Ye Futian berpura-pura bingung.     

"Paviliun Alkimia," ujar Pemimpin Pulau.     

"Itu hanya kesalahpahaman belaka. Saya hanya ingin membawa beberapa pil dari Jalur Agung." jawab Ye Futian dengan nada datar. Pemimpin Pulau memandangnya, namun dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Kelompok itu terus bergerak ke depan, bersiap-siap untuk pergi meninggalkan Benua Penglai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.