Legenda Futian

Tamatlah Riwayatmu



Tamatlah Riwayatmu

0'Mereka tidak akan bisa menahan serangan-serangan itu.' Para Renhuang berpikir dalam hati saat mereka mengamati pertempuran yang terjadi jauh di atas langit. Meskipun orang-orang di sekitar Ye Futian sangat kuat dan mereka semua adalah sosok-sosok terkemuka di dunia masing-masing, namun pasukan lawan yang mengepung mereka juga sangat kuat. Dengan rentetan serangan yang dilancarkan oleh pasukan lawan dan kubu Ye Futian dalam posisi bertahan, mereka kini telah terpojok. Mereka sama sekali tidak bisa menahan serangan-serangan yang dilancarkan oleh musuh mereka.     
3

Tombak-tombak dari Negeri Ilahi Emas, teknik Tianshen Cleave dari Klan Dewa, Pedang Dewa Matahari dari Istana Divine Solar, jejak telapak tangan tangan raksasa dari Kuil Celestial Worthy, dan matriks raksasa dari Akademi Bintang Kaisar—ketika semua serangan yang dilancarkan oleh kultivator-kultivator ini mendarat pada saat yang bersamaan, area dimana Ye Futian berada seperti diterjang oleh cahaya suci penghancur. Kekuatan pertahanan yang dibentuk oleh kelompok Ye Futian juga terus-menerus terkikis.     

Dekan dari Akademi Sky Reaching melangkah ke depan. Dalam sekejap, muncul sebuah menara yang menjulang hingga mencapai langit. Dia mengarahkan telapak tangannya pada Ye Futian, dan pada saat itu juga, Menara Pencakar Langit setinggi 81 lantai itu memancarkan cahaya suci yang tak tertandingi. Menara itu dikerahkan dari atas langit. Kemana pun menara itu melintas, Jalur Agung akan berubah menjadi debu.     

Di sisi lain, Gunung Ilahi yang dikeluarkan oleh Pemimpin Istana Divine telah diratakan dan dihancurkan sedikit demi sedikit. Rentetan suara gemuruh yang keras bergema di udara, dan kini semakin banyak retakan yang muncul di Jalur Agung. Menara Pencakar Langit setinggi 81 lantai itu terus bergerak ke bawah, mencoba meratakan area yang berada di bawahnya.     

Aura petarung yang tak tertandingi terpancar dari tubuh Pemimpin Suku Dou. Aura Dewa Pertempuran telah diaktifkan di setiap tingkatannya. Pada akhirnya, dia mengaktifkan delapan tingkat Aura Dewa Pertempuran secara berurutan. Aura petarung yang mengerikan itu saja sudah mampu membunuh para Renhuang. Pancaran cahaya suci melesat ke depan dan membentuk gelombang menakjubkan yang menghantam Menara Sky Reaching, yang turun ke arah mereka dari atas langit.     

Tubuhnya kini berubah menjadi satu sosok dewa perang. Tubuhnya menjulang tinggi dan berukuran sangat besar, seolah-olah seorang dewa telah turun ke muka bumi. Kepalanya mencapai langit, dan kedua kakinya menyentuh permukaan tanah. Dia mengangkat salah satu tangannya, dan telapak tangan emasnya yang mengandung aura petarung di dalamnya menyerang Menara Pencakar Langit yang semakin mendekat. Tidak lama kemudian, terdengar suara dentangan, seolah-olah dua peralatan ritual baru saja bertabrakan. Pada saat itu juga, deretan gelombang cahaya penghancur menerjang area di sekitar mereka.     

Banyak kultivator sedang bertarung sambil mengelilingi Ye Futian, melindunginya di bagian tengah dari kelompok mereka.     

Pada saat ini, Ye Futian tampak melayang di udara. Kekuatan Yin mengalir di sekujur tubuhnya. Tidak hanya itu saja, aura kaisar yang sangat menakjubkan terpancar dari tubuhnya. Cahaya seterang itu pasti akan menarik perhatian banyak orang jika seandainya tidak ada pertempuran besar yang sedang terjadi di sini.     

Namun pada saat ini, tidak ada seorang pun yang memedulikannya, dan bahkan mereka sama sekali tidak menyadarinya. Medan pertempuran di sekitarnya terlalu mengerikan. Pertempuran antar sosok terkemuka sedang berlangsung di sekelilingnya.     

Tiga kultivator terkuat dari Klan Dewa membelah ruang hampa dengan teknik Tianshen Cleave. Dalam sekejap, banyak retakan bermunculan dan diikuti oleh sebuah badai ruang dan waktu yang muncul dari dalam retakan-retakan tersebut. Dengan menjadikan tubuh mereka sebagai titik pusatnya, aura ruang dan waktu yang sangat menakjubkan menyelimuti seluruh tempat. Tampaknya aura tersebut berusaha bersaing dengan cahaya hijau yang dikeluarkan oleh Kaisar Nan.     

Dengan kekuatan gabungan dari tiga sosok terkuat di Klan Dewa itu, area cahaya hijau yang dikeluarkan oleh Kaisar Nan perlahan-lahan mulai terkikis. Badai ruang dan waktu yang dahsyat itu menyelimuti area Jalur Agung miliknya, dan membentuk sebuah area yang baru.     

"Aku akan mengalihkan perhatian Kaisar Nan. Kuserahkan area ini pada kalian semua," Shen Gao angkat bicara. Dia dan pemimpin dari Klan Dewa bergerak ke depan pada saat yang bersamaan, sementara Shen Ji justru bergerak ke belakang. Shen Gao adalah salah satu sosok terkemuka di Klan Dewa di masa lalu. Dia pergi ke Prefektur Ilahi untuk berlatih dan kini telah kembali. Kemampuan bertarungnya sangat kuat. Ada juga pemimpin dari Klan Dewa, yang juga merupakan salah satu sosok terkemuka di 3.000 Dunia dari Jalur Agung. Dia memiliki reputasi yang luar biasa.     

Dua sosok itu saja sudah cukup untuk berhadapan dengan Kaisar Nan. Keduanya membawa Kaisar Nan pergi juga bertujuan untuk mencegah munculnya potensi bahaya, seperti sosok setingkat Kaisar Nan yang akan memperumit situasi jika mereka tetap bertarung di sini.     

Adapun Shen Ji, dia bisa tetap di sini dan terus bertarung untuk membunuh Ye Futian.     

"Kaisar Nan, kau tidak bisa menghentikan semua ini," ujar Pemimpin Klan Dewa pada Kaisar Nan. Dia baru saja mengucapkan kata-kata ini ketika sebuah badai ruang dan waktu yang tak berbentuk mengelilingi wilayah dimana keduanya serta Kaisar Nan berada. Cahaya ruang dan waktu memancarkan lingkaran cahaya tak terbatas dari Jalur Agung Ruang dan Waktu.     

Pada saat berikutnya, rasanya seolah-olah ruang hampa telah berpindah tempat. Tiga kultivator kuat itu menghilang pada saat yang bersamaan.     

Shen Gao dan Pemimpin Klan Dewa menggunakan pemahaman mereka yang mendalam tentang kinerja Jalur Agung Ruang dan Waktu untuk memaksa Kaisar Nan menjauh dari medan pertempuran. Keduanya akan berhadapan dengan Kaisar Nan sementara yang lainnya terus berusaha membunuh Ye Futian.     

Tanpa perlindungan dari Kaisar Nan, serangan yang dilancarkan oleh kultivator-kultivator lainnya kini tidak lagi dipengaruhi oleh area cahaya hijau yang dibentuk oleh Kaisar Nan.     

"Kenapa kita harus melanjutkan pertempuran yang tidak ada gunanya ini?" Jian Ao, Dekan dari Akademi Tianshen, berbicara sambil menghela napas. Dia mengambil satu langkah ke depan dan memandang medan pertempuran di bagian bawah. Telapak tangannya diulurkan di depan tubuhnya. Dalam sekejap, sebuah badai dari Jalur Agung terbentuk dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusatnya.     

Di dalam badai ini, seberkas cahaya suci bersinar terang, dan sebuah gambaran ilahi telah muncul di sana. Jian Ao mengayunkan tangannya, dan dalam sekejap, sepertinya hujan musim semi telah turun, membasahi semuanya tanpa menimbulkan suara sedikit pun.     

Gambaran ilahi itu mencakupi segalanya, termasuk Jalur Agung di sekitar mereka. Gambaran itu semakin membesar, kemudian bergulung ke bawah. Semua serangan itu tersapu ke dalam gambaran ilahi tersebut oleh kekuatan Jalur Agung di dalamnya. Seolah-olah semua serangan itu dilahap oleh gambaran tersebut.     

Banyak orang mengerutkan kening saat menyaksikan pemandangan ini. Ekspresi mereka menjadi serius. Saat ini, Dekan dari Akademi Tianshen, yang merupakan akademi nomor satu di 3.000 Dunia dari Jalur Agung, telah bergerak.     

Pemimpin Istana Divine memandang gambaran ilahi yang menakjubkan itu. Dia mengayunkan tangannya, dan langit langsung bergemuruh. Aura pedang yang tak terbatas bermunculan dan tidak bisa dihancurkan. Dia mengangkat tangannya dan menunjuk ke udara. Dalam sekejap, pedang-pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya mengarah menuju gambaran ilahi tersebut.     

Gambaran ilahi itu terus membesar dan menutupi langit, sambil menyimpan semua kekuatan yang terhisap ke dalamnya untuk digunakan nanti.     

*Boom*     

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang keras. Langit dan bumi seperti terbelah. Tampaknya gambaran ilahi itu dibentuk dari Petir Ilahi Jiutian. Dalam sekejap, gambaran itu berubah menjadi petir yang mampu menghancurkan dunia. Miliaran kilatan petir menyambar ke bawah dan menghantam segalanya. Gunung Ilahi yang dikeluarkan oleh Pemimpin Istana Divine hancur seketika dan berubah menjadi ketiadaan.     

Tampaknya gambaran ilahi ini hanya memiliki satu serangan.     

Jian Ao mengayunkan tangannya, dan pada saat itu juga, muncul gambaran ilahi lainnya. Tampaknya itu adalah sebuah Gulungan Tianshen, yang juga terlihat seperti selembar kertas. Namun, bagi para kultivator di tingkat ini, bahkan selembar kertas pun bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.     

Selembar kertas ini terbang ke udara dan langsung meledak menjadi jutaan arus pedang. Mereka menghujani berbagai macam kultivator di kubu Ye Futian, sehingga membuat mereka bergegas membentuk perlindungan.     

Namun, hal yang lebih mengerikan lagi adalah fakta bahwa Jian Ao terus menerus mengayunkan tangannya. Dia mampu mengayunkan tangannya lebih dari sepuluh kali dalam waktu singkat. Setiap lembaran kertas yang berterbangan di udara adalah sebuah serangan yang mengerikan.     

Tidak lama kemudian, tidak ada tempat aman yang tersisa di atas langit. Hanya ada arus penghancur yang bergejolak di berbagai tempat.     

Dia terlalu kuat; banyak orang bergumam saat hati mereka berguncang menyaksikan pemandangan ini.     

Jauh di atas langit, Puteri Donghuang menjadi sedikit tertarik saat melihat pemandangan ini. Sebagai pemimpin dari Klan Jian, Jian Ao telah dikenal sebagai sosok terkemuka selama bertahun-tahun. Kemudian, dia dikirim ke Dunia Asal.     

Sebagai pemimpin dari salah satu klan terbaik di Prefektur Ilahi, orang-orang bisa membayangkan betapa hebatnya kemampuan yang dia miliki. Dia adalah salah satu sosok yang berdiri di puncak 3.000 Dunia dari Jalur Agung. Meskipun dia tidak pernah terlibat dalam pertempuran sebelumnya, tidak ada seorang pun yang akan meragukan kemampuan sejatinya.     

Jika situasi ini terus berlanjut, pertahanan kelompok Ye Futian akan terkoyak dengan sangat cepat. Puteri Donghuang terkejut akan hal ini. Dia tidak pernah membayangkan bahwa orang-orang ini akan begitu efisien dalam bertindak. Menilai dari situasi saat ini, mereka tidak ingin memberi Ye Futian kesempatan sedikit pun.     

Di bagian bawah, banyak Renhuang yang ikut mengamati jalannya pertempuran juga menyaksikan pemandangan ini. Mereka mengepalkan telapak tangan masing-masing sambil menghela napas secara diam-diam.     

Ye Futian tidak akan bisa menghindari hasil akhir yang telah ditentukan. Bagi Ye Futian, sulit baginya untuk melarikan diri dari pertempuran ini. Dia tidak bisa berkutik. Satu-satunya jalan keluar baginya adalah kematian.     

*Boom*     

Suara benturan yang sangat keras bergema di udara. Semua orang melihat bahwa area tersebut akhirnya tertembus, dan pertahanan mereka terkoyak. Pada saat itu juga, semua kultivator berkumpul dan menerjang ke arah Ye Futian.     

Kali ini, di atas langit, Pedang Dewa Matahari menyerap lingkaran cahaya matahari, yang kemudian diayunkan ke arah Ye Futian sambil memancarkan kobaran api matahari.     

Namun, pedang itu dihentikan oleh Lord Taixuan. Jalur Agung miliknya telah berubah menjadi senar-senar guqin, dan kekuatan Jalur Agungnya bisa menyerang musuh-musuhnya melalui senar-senar tersebut.     

Ye Futian masih berdiri di tempatnya dan mengamati badai penghancur yang bergejolak di sekitarnya. Tatapan matanya tetap terlihat tenang. Dia telah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi pertempuran ini. Dia menyadari bahwa ini adalah pertempuran yang tidak mungkin bisa dia menangkan. Hasil akhirnya sudah bisa ditebak.     

Banyak kultivator bersedia bertarung demi dirinya, tetapi sebelum pertempuran ini dimulai, dia telah menyarankan agar mereka memprioritaskan keselamatan mereka masing-masing,     

Dia berharap tidak ada seorang pun yang akan mengalami hal buruk karena dirinya.     

Arus penghancur dan badai yang mengerikan itu menerjang ke arahnya. Badai itu menutupi seluruh penjuru langit. Tidak akan ada yang bisa melarikan diri dari jangkauan badai tersebut.     

Para sosok terkemuka mulai terlibat dalam pertempuran jarak dekat. Saat ini mereka tidak lagi menyerang dari jarak jauh. Sebaliknya, mereka telah pergi ke area tempat Ye Futian berada. Karena semua serangan jarak jauh mereka berhasil dihentikan, mereka tidak punya pilihan selain membunuh Ye Futian dalam pertempuran jarak dekat.     

Satu per satu, para kultivator yang berjaga di sekitar Ye Futian bergerak dan pergi ke arah yang berbeda-beda, bertarung melawan musuh-musuh mereka secara langsung.     

Badai dari Jalur Agung yang bergejolak di sekitar Ye Futian itu semakin mendekat. Di sekelilingnya, para kultivator kuat dari Dunia Heavenly Mandate masih berusaha melindunginya. Ketika beberapa dampak serangan mendekati Ye Futian, para kultivator itu akan menghancurkan serangan tersebut.     

Pada saat yang bersamaan, di area sekitar mereka, retakan-retakan yang ditimbulkan oleh terkoyaknya ruang hampa itu menjadi semakin dalam dan terlihat lebih mengerikan daripada sebelumnya.     

"Bersiaplah untuk menerobos barisan pasukan mereka," teriak Jian Ao, Dekan dari Akademi Tianshen. Begitu dia selesai berbicara, lembaran kertas berterbangan dari tubuhnya dan melayang di atas langit.     

Pada saat berikutnya, lembaran kertas yang melayang di udara ini berputar-putar dan berubah menjadi gulungan. Setiap gambaran di dalamnya merupakan satu jenis serangan dari Jalur Agung yang unik.     

"Maju!" Saat Jian Ao memberikan perintah, serangan yang tak terhitung jumlahnya dikerahkan dalam sekejap. Pada saat yang bersamaan, banyak sosok melesat melintasi ruang hampa dan menerjang ke bawah.     

Retakan-retakan itu membelah langit, dan semua kultivator tampak menerjang ke bawah. Para kultivator di sekitar Ye Futian mengeluarkan serangan terkuat mereka untuk menahan serangan dari lawan-lawan mereka. Namun, mereka semua terpencar saat semua kultivator menerjang ke bawah. Formasi mereka hancur, dan pertahanan mereka kini tidak sekokoh sebelumnya.     

Terlebih lagi, beberapa kultivator dari pihak lawan telah menerobos masuk ke dalam formasi mereka. Saat ini, sosok-sosok terkemuka yang tak terhitung jumlahnya telah berada di atas kepala mereka. Sosok-sosok ini menatap Ye Futian seolah-olah di mata mereka, Ye Futian sudah mati.     

"Tamatlah riwayatmu," ujar Gai Cang dari Negeri Ilahi Emas. Hari ini adalah hari dimana dia akan membalaskan dendam Gai Shi Shi dan yang lainnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.