Legenda Futian

Benua Penglai



Benua Penglai

0Setelah melakukan perjalanan ke Paviliun Dongyuan, ketiga pasukan utama di dalamnya tentu saja telah membuat persiapan yang matang. Setelah beberapa masalah di Paviliun Dongyuan terselesaikan, kelompok dari Paviliun Dongyuan berangkat dengan membawa pasukan besar. Dalam perjalanan ini, tiga pasukan utama masing-masing membawa generasi muda mereka, dimana mereka semua telah mencapai Renhuang Plane. Meskipun secara teknis para kultivator di tingkat Saint Plane juga dapat mencari peluang di Benua Penglai, namun jumlah kultivator di Paviliun Dongyuan sangatlah terbatas. Ditambah lagi, kesempatan untuk mengembangkan kultivasi seseorang bahkan bukanlah suatu hal yang pasti bagi para Renhuang, apalagi junior mereka di tingkat Saint dan Sage Plane.      1

Berdasarkan kondisi ini, tentu saja hanya mereka yang memiliki peluang keberhasilan tertinggi yang akan pergi ke sana, maka dari itu, orang-orang ini semuanya berada di Renhuang Plane.     

Di atas langit, rombongan kultivator itu melakukan perjalanan bersama-sama, sehingga menghasilkan pemandangan yang menakjubkan untuk dilihat. Mereka berdiri di atas sebuah peralatan ritual raksasa, dan melesat di udara dengan kecepatan yang luar biasa.     

Ye Futian juga berdiri di antara kerumunan kultivator dengan didampingi oleh Xia Qingyuan di sisinya dan Elang Kecil di belakangnya. Sementara di kiri dan kanannya adalah Kaisar Helian dan Beigong Ao. Sedangkan Yang Dongqing berdiri bersama anggota Klan Yang di bagian samping.     

"Pemimpin Paviliun Ye, putriku telah merepotkanmu akhir-akhir ini, ya?" Beigong Ao berbicara dengan Ye Futian yang berada di sampingnya. Wanita yang berdiri di samping Beigong Ao adalah Beigong Shuang.     

Ye Futian memandang ke arah Beigong Shuang dan melihat bahwa dia juga menatap lurus ke arahnya. Dia jadi bertanya-tanya apakah Beigong Ao benar-benar tidak sadar atau dia hanya berpura-pura.     

"Bagaimana mungkin putri anda merepotkan saya? Nona Shuang sangat fokus pada kultivasinya, dan upayanya dalam berkultivasi juga telah mengajari saya mengenai beberapa hal," jawab Ye Futian sambil tersenyum.     

"Ya, dia memang telah memfokuskan diri dengan kultivasi sejak dia masih kecil," Beigong Ao tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu, aku akan menyuruhnya menemui Pemimpin Paviliun lebih sering di masa depan. Tentu saja hal ini juga akan menguntungkan bagi kultivasinya."     

"…"     

Ye Futian menatap ke arah Beigong Ao. Dia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menanggapinya.     

Kaisar Helian mengerutkan keningnya. 'Beigong Ao, dasar kau rubah tua,' pikirnya dalam hati. Beigong Ao dikenal sebagai sosok yang sangat cerdik. Beigong Shuang tidak hanya sangat cantik, tapi dia juga sosok yang jujur. Selain itu, dia juga memiliki bakat yang luar biasa dalam berkultivasi dan telah dibimbing dengan sangat hati-hati oleh Beigong Ao.     

"Oh ya, aku belum pernah menanyakan hal ini pada Pemimpin Paviliun Ye sebelumnya. Melihat betapa luar biasanya bakatmu, kau pasti memiliki latar belakang yang cukup kuat. Bagaimana dan kenapa kau datang ke Kota Dongyuan?" Beigong Ao bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.     

Pada saat ini, Kaisar Helian, serta Yang Dongqing, ikut mendengarkan dengan seksama. Mereka juga merasa penasaran dengan hal ini.     

Ditambah lagi, Ye Futian bahkan tidak tahu tentang keberadaan Pulau Dewa Timur.     

"Saya berasal dari tempat yang sangat jauh," jawab Ye Futian dengan tenang. Dia tidak memberikan penjelasan secara detail. Menyadari bahwa Ye Futian tidak tertarik untuk melanjutkan perbincangan ini, Beigong Ao menyikapinya dengan baik dan tidak bertanya lebih jauh.     

Mungkin ini adalah kunci untuk memecahkan misteri dibalik identitas Ye Futian.     

Kemudian, kelompok itu membicarakan topik-topik lainnya dengan santai, dan Ye Futian memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih memahami tentang Benua Penglai serta Pulau Dewa Timur. Dan tanpa sadar, mereka telah pergi meninggalkan benua yang mereka tempati sebelumnya.     

Ye Futian mengalihkan pandangannya ke depan. Deretan awan dan lapisan kabut berputar-putar di sekelilingnya, dan Spiritual Qi di sana sama pekatnya seperti Kabut Dewa, melayang di sekitar kaki mereka. Di dalam pandangannya, dia bisa melihat benua lain di kejauhan. Memang benar, sama seperti yang dikatakan Ying Qing sebelumnya, masing-masing benua berdekatan satu sama lain.     

Ditambah lagi, benua-benua ini tidak seperti 3.000 Dunia dari Jalur Agung, dimana ada gelombang ruang dan waktu yang memisahkan masing-masing dunia. Di Prefektur Ilahi, semua benua berperan seperti satu kesatuan, melayang di alam semesta seolah-olah mereka berada di dunia para Dewa.     

Ye Futian dan anggota kelompoknya tidak mendarat di benua yang baru saja mereka temui, melainkan terus bergerak ke atas. Di sepanjang perjalanan, mereka seringkali melihat benua-benar yang tampak seperti deretan ubin yang mengambang di angkasa. Beberapa di antaranya melayang di atas mereka sementara benua lainnya melayang di bawah mereka; semua itu sungguh pemandangan yang luar biasa untuk dilihat.     

Di wilayah sekitar Benua Penglai, sudah ada ribuan benua di sana, dan Benua Penglai hanyalah salah satu benua yang ada di Wilayah Donghua. Sebenarnya ada berapa banyak benua yang ada di Wilayah Donghua secara keseluruhan?     

Lalu, ada berapa banyak benua di Prefektur Ilahi?     

Jumlahnya terlalu banyak untuk dibayangkan, dan jumlah kultivator yang ada di dalamnya juga sangat banyak. Di antara kultivator-kultivator ini, dia bertanya-tanya berapa banyak sosok berpengaruh dan tangguh yang akan muncul di masa depan.     

Namun, di seluruh penjuru Prefektur Ilahi, hanya ada satu Kaisar Agung.     

Sekuat apakah Kaisar Agung ini?     

Setelah bepergian selama beberapa hari, saat Ye Futian dan yang lainnya masih melakukan perjalanan di udara, jumlah kultivator di sekitar mereka meningkat. Terkadang mereka melihat sekelompok kultivator lain yang melakukan perjalanan melalui udara seperti mereka dan menuju arah yang sama. Melihat hal ini, semua orang mengerti bahwa mereka akan segera tiba di tempat tujuan mereka.     

Benua Penglai telah menarik perhatian para kultivator dari ribuan benua. Mustahil untuk menghitung jumlah kultivator yang pergi ke benua itu. Terlepas dari pasukan-pasukan yang diundang secara resmi, banyak kultivator dari Dunia Luar juga datang ke sana atas kemauan mereka sendiri untuk mencari peluang kultivasi mereka masing-masing. Acara akbar ini hanya terjadi setiap satu dekade dan karena itulah, acara ini merupakan kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.     

Di depan mereka, lapisan Kabut Dewa berputar-putar di sekitar sebuah daratan yang luas.     

"Itu pasti Benua Penglai," ujar Kaisar Helian pada Ye Futian saat dia memandang ke depan.     

Ye Futian mengangguk. Sebagai titik pusat dari ribuan benua di sekitarnya, Benua Penglai tentu saja sangat besar, wilayahnya bahkan membentang ke kejauhan.     

"Lalu, dimana letak Pulau Dewa Timur di benua ini?" Ye Futian bertanya.     

"Ada sebuah wilayah tersendiri di Benua Penglai yang dikenal sebagai Wilayah Dewa Penglai. Di sana terdapat pintu masuk menuju Pulau Dewa Timur. Itu juga merupakan lokasi pertemuan untuk acara akbar yang diadakan setiap sepuluh tahun sekali ini. Di Wilayah Dewa Penglai, tidak ada pasukan terkemuka yang menguasai area tersebut. Hal ini terjadi bukan karena mereka tidak mampu melakukannya, melainkan karena mereka sengaja mengosongkan kursi kekuasaan ini untuk membuat wilayah ini benar-benar terpisah dari wilayah lainnya di Benua Penglai. Setiap dekade akan diadakan pusat perdagangan besar-besaran di sana," Kaisar Helian menjelaskan.     

Ye Futian mengangguk. Perlahan-lahan kelompok Ye Futian mendekati benua itu. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama tujuh hari di atas peralatan ritual, kini mereka telah tiba di Benua Penglai.     

Ini bukan pertama kalinya bagi Kaisar Helian maupun dua pemimpin pasukan lainnya untuk datang ke benua ini, jadi mereka sudah tidak asing dengan area tersebut dan dengan demikian mereka langsung pergi menuju titik berkumpul yang telah ditetapkan. Di sekitar mereka, ada beberapa orang yang juga bergerak menuju Wilayah Dewa Penglai.     

Orang-orang di bagian bawah sesekali mendongak dan memandang ke atas langit. Saat mereka melihat para kultivator yang terbang di atas mereka, hati mereka terguncang.     

Tidak peduli dari benua mana pun, dunia kultivasi akan selamanya berbentuk seperti piramida; semakin tinggi tingkat kultivasi, maka semakin sedikit jumlah orang yang berada di sana. Ada banyak kultivator tingkat Renhuang di Prefektur Ilahi karena pada dasarnya jumlah kultivator di sana sangat banyak, dan banyak orang telah berkultivasi selama bertahun-tahun. Selain para Renhuang, ada lebih banyak pula mereka yang memiliki tingkat kultivasi relatif rendah.     

Sudah jelas, hukum ini juga berlaku di Benua Penglai. Karena diadakannya acara akbar ini, banyak kultivator dari berbagai tempat datang dan berkumpul di benua ini. Melihat berkumpulnya begitu banyak kultivator ini memotivasi banyak kultivator dengan tingkat kultivasi rendah, yang diam-diam bersumpah dalam hati bahwa mereka akan berusaha lebih giat lagi dalam berkultivasi sehingga suatu hari nanti mereka juga berhak untuk berpartisipasi dalam acara akbar ini.     

Di area kosong di atas langit, seorang pengembara yang bergerak menuju ke arah yang sama memandang ke arah kelompok Ye Futian dan bertanya, "Apakah kalian semua pergi menuju pertemuan di Wilayah Dewa Penglai?"     

Ye Futian dan yang lainnya memandang ke arah sumber suara dan melihat seorang kultivator tua duduk dengan memegang sebuah labu minuman di tangannya, dan dia memancarkan aura seperti seorang dewa.     

"Mmm," jawab Beigong Ao sambil mengangguk.     

"Apakah kalian semua datang kemari atas undangan dari Pulau Dewa Timur? Darimana kalian berasal? Kebetulan aku juga sedang menuju ke sana. Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" ujar sang Tetua sambil tersenyum.     

"Kami berasal dari benua tak bernama dan datang kemari untuk berlatih. Bagaimana mungkin kami bisa mendapatkan undangan untuk datang kemari?" Beigong Ao menjawab sambil tersenyum tipis.     

"Pemimpin Paviliun, aku yakin kau masih ingat apa yang kita bicarakan terakhir kali. Tiket masuk ke Pulau Dewa Timur sangatlah berharga. Banyak kultivator tidak mendapatkan undangan meskipun mereka adalah sosok-sosok yang kuat, dan sudah jelas, mereka akan mencari kesempatan untuk menjarah tiket masuk dari orang lain. Tetua ini memang terlihat seperti seorang kultivator biasa, tetapi tingkat kultivasinya pasti sangat tinggi," Kaisar Helian berbicara secara telepati pada Ye Futian di suatu tempat di dalam peralatan ritual yang mereka kendarai.     

Ye Futian tentu saja memahami hal ini. Dia adalah pemimpin dari Paviliun Dongyuan, dan hanya pasukan-pasukan seperti yang dipimpinnya yang akan dikirimi undangan dan diberi tiket masuk ke Pulau Dewa Timur.     

Ketika Beigong Ao sengaja menyembunyikan kebenarannya, dapat terlihat dengan jelas bahwa dia mewaspadai Tetua itu.     

Tetua itu menyipitkan matanya, sambil membawa sebuah labu kecil di tangannya. Dia memiringkan kepalanya ke belakang dan menegak anggur beras dari labu di tangannya, lalu menghela napas dalam-dalam dan melanjutkan kata-katanya, "Tidak, tidak, sepertinya kalian bukanlah orang biasa. Aku tidak setua itu sehingga mataku menjadi kabur. Sekelompok kultivator dengan tiga Renhuang tingkat atas dan puluhan kultivator tingkat Renhuang di dalamnya... Kalian pasti merupakan sebuah pasukan yang kuat dari suatu benua. Kalian sengaja berbohong padaku."     

"Oh tidak, kami tidak akan berani menipu seorang senior sepertimu," ujar Beigong Ao sambil terus tersenyum. Namun, dapat terlihat dengan jelas bahwa senyuman dari kedua orang ini benar-benar dipaksakan.     

Tetua itu mengalihkan pandangannya pada Ye Futian dan bertanya, "Kalau begitu, siapa kau sebenarnya? Ini benar-benar aneh, sangat aneh."     

Mengingat pengalaman yang dia miliki, sang Tetua tentu saja dapat dengan mudah menebak bahwa Ye Futian adalah sosok inti dalam kelompok ini. Dia berdiri tepat di bagian tengah dari kelompoknya, dan tiga kultivator terkuat dalam kelompok ini berdiri di sekelilingnya. Ditambah lagi, beberapa wanita yang sangat cantik juga berdiri di sampingnya. Statusnya di kelompok ini sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.     

"Namaku Ye Liunian, seorang kultivator dari sebuah benua tak bernama. Aku tidak memiliki status apa pun," Ye Futian tertawa. "Karena Tetua juga hendak pergi ke Pulau Dewa Timur dan kita ditakdirkan bertemu di sini. Mari kita pergi bersama-sama. Oh ya, aku merasa sedikit haus sekarang. Mungkin aku bisa meminta segelas anggur darimu."     

Ketika Tetua itu mendengar jawaban Ye Futian yang sangat tenang, rasa penasaran terlintas di matanya. Saat dia memandang Ye Futian, dia bergumam pelan, "Ini menarik."     

Secara mengejutkan, Ye Futian setuju untuk bepergian dengannya, mengundangnya untuk bepergian bersama-sama, dan dia bahkan ingin meminta segelas anggur? Ini sangatlah menarik.     

"Waspadalah terhadap pria ini," tiba-tiba terdengar sebuah suara dari kejauhan. Sekelompok orang menghampiri mereka dari belakang. Pemimpin kelompok itu adalah seorang wanita paruh baya yang memancarkan keinginan membunuh yang mengerikan. Dia menatap Tetua itu dengan tajam dan berkata, "Kembalikan tiket masuk ke Pulau Dewa Timur milikku."     

Tetua itu memandang wanita di belakangnya dan berkata, "Memangnya kapan aku mengambil tiket masuk ke Pulau Dewa Timur milikmu?"     

"Kau..." Semua orang menatap sang Tetua. Lelaki tua ini jelas mencuri tiket masuk ke Pulau Dewa Timur milik wanita itu, namun dia menolak untuk mengakuinya.     

"Memangnya kenapa denganku? Paling tidak, aku jauh lebih tua darimu. Apakah kau tidak tahu bagaimana cara memanggilku dengan sedikit lebih hormat? Memang benar, begitu seorang wanita menua, amarahnya akan meningkat seiring dengan usianya," ujar Tetua itu dengan nada datar. Di sisi lain, wajah wanita paruh baya itu seputih embun es, dan dia mengeluarkan untaian aura es dari tubuhnya. Sambil memandang Ye Futian dan kelompoknya, dia berkata, "Kakek tua ini telah mencuri tiket masuk ke Pulau Dewa Timur milikku, dan itu adalah motif utamanya untuk mendekati kalian. Bagaimana kalau kita bekerja sama dan menangkapnya?"     

"Ini bukan waktunya untuk ikut campur dalam urusan orang lain," Kaisar Helian berbicara secara telepati, dia khawatir bahwa Ye Futian mungkin ingin menjadi sosok pahlawan dan membantu wanita itu.     

Tentu saja, Ye Futian memahami hal ini. Bukannya dia takut akan menimbulkan masalah. Hanya saja Tetua itu tampaknya tidak menyakiti siapa pun. Jika ini adalah peraturan tersembunyi yang berlaku di Pulau Dewa Timur, maka mereka harus menyelesaikannya dengan kekuatan mereka masing-masing, dan dengan demikian dia tidak perlu ikut campur di dalamnya.     

"Kami sedang terburu-buru, selamat tinggal," jawab Ye Futian dengan acuh tak acuh. Kemudian dia terus bergerak ke depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.