Legenda Futian

Pilihan Antara Hidup dan Mati



Pilihan Antara Hidup dan Mati

0Duan Qing—Pangeran dari Istana Kekaisaran, sekaligus seorang kultivator tingkat Renhuang—telah binasa di sini.     2

Keduanya berada di tingkat Plane yang sama, dan karena Duan Qing telah mencapai tingkat itu lebih dulu, maka pengetahuannya jelas lebih dalam daripada Qin Xuangang. Dia telah menempa tiga Roda Jalur Agung dan mencapai bagian terkuat berikutnya dari Renhuang Plane. Namun, dia telah dimusnahkan oleh Qin Xuangang. Jiwa spiritualnya telah dihancurkan, dan auranya telah dihancurkan. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk merasa terkejut.     

Tentu saja, Qin Xuanguang telah menggunakan teknik yang mengharuskannya untuk melukai dirinya sendiri agar dia bisa meningkatkan kekuatannya secara paksa. Pada saat yang bersamaan ketika dia membunuh Duan Qing, dia harus melukai dirinya sendiri. Hal inilah yang membuat pihak lawan tampak sangat khawatir. Mereka tidak peduli apakah Duan Qing akan hidup atau mati. Sebaliknya, mereka lebih memedulikan Qin Xuangang. Mereka tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi padanya.     

Dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui fakta tentang hilangnya pusaka ilahi itu.     

Pada saat Duan Qing tewas terbunuh, sebuah ledakan energi yang mengerikan menimpa tubuh Qin Xuangang. Jiwa spiritual miliknya kembali kepadanya dalam sekejap, dan langsung terbakar di dalam tungku ilahi dari Jalur Agung. Cahaya suci yang tak terbatas dari atas langit itu masih menembus pikirannya, dan jumlah huruf-huruf yang tak terhitung jumlahnya dari Jalur Agung itu telah melebihi batas kemampuannya.     

Jiwa spiritual dan tubuhnya kini bermandikan dalam kobaran api ilahi. Semburan energi yang kuat itu mulai menghilang. Sementara cahaya tak terbatas itu meledak dan hancur, selain itu aura di dalam pikirannya terbakar habis. Dalam sekejap, kekuatannya menurun, dan dia tidak lagi sekuat sebelumnya.     

"Apa yang telah kau lakukan?" Cahaya suci yang mengerikan terpancar dari mata Shen Yao saat dia menatap Qin Xuangang. Dia bisa merasakan bahwa jiwa spiritual Qin Xuangang melemah. Sebelumnya, dia telah membakar jiwanya sendiri untuk menciptakan aura yang mengerikan itu dan menggunakannya secara paksa untuk melancarkan serangan. Selain membunuh Duan Qing, dia juga telah menghancurkan sebagian dari jiwanya sendiri.     

Qin Xuangang membuka matanya dan menatap ke arah Shen Yao. Dia terlihat sangat tenang. Seolah-olah semuanya akan berakhir di sini bersamanya.     

"Kau membakar jiwamu sendiri. Apakah kau juga menghancurkan sebagian dari ingatanmu?" Kultivator dari Klan Dewa itu melesat ke depan, sambil menatap Qin Xuangang dengan tajam. Tapi dia tidak lagi peduli akan hal tersebut. Dia tampak seperti telah terbebas dari semua masalahnya.     

Dia tahu bahwa dia telah menghapus sebagian besar dari ingatannya sendiri, dan dia lupa ingatan mana yang telah terhapus. Mungkin itu adalah informasi tentang Feixue, serta pelariannya. Dengan cara ini, meskipun Klan Dewa memiliki teknik pengungkap rahasia yang ampuh, mereka tidak akan bisa mendapatkan informasi berharga dari pikirannya terkait Feixue.     

Dia telah menghapus ingatan-ingatan ini. Jadi sekarang, Feixue pasti baik-baik saja, bukan?     

Dia tidak tahu pasti, karena dia tidak lagi memiliki ingatan tentang hal tersebut.     

Dia telah melupakannya, tetapi kini dia merasa sangat tenang.     

Jie Huang dari Istana Kekaisaran berjalan menghampiri Duan Qing. Dia membawa jasad itu dalam pelukannya dan menatap ke arah Qin Xuangang, Kedua matanya dipenuhi dengan keinginan membunuh.     

Hari ini, Qin Xuangang telah kembali, dan di depan mata semua orang, pria itu telah membunuh putranya Duan Qing. Dia adalah sang penerus yang telah memberikan kontribusi besar pada Istana Kekaisaran. Dia telah membawa kemakmuran pada Istana Kekaisaran dengan tangannya sendiri.     

Tapi dia telah dibunuh oleh Qin Xuangang dengan cara seperti ini.     

Namun, dia mengetahui bahwa Klan Dewa tidak akan mengizinkannya untuk membalas dendam.     

Klan Dewa tidak akan membiarkan Qin Xuangang tewas terbunuh.     

"Ingatannya menjadi berantakan. Sebagian ingatannya telah terhapus," ujar salah satu sosok terkemuka dari Klan Dewa, sambil memandang ke arah Shen Yao.     

Tatapan mata Shen Yao tampak muram. Dia tidak pernah mengira bahwa murid Pamannya ini akan bertindak begitu berani. Tampaknya pria ini sudah merencanakan segalanya sebelum dia kembali ke Dunia Tianhe dan telah merelakan segalanya, menghilangkan semua harapan bagi Klan Dewa. Meskipun dia telah kembali, dia tidak memberi mereka kesempatan sedikit pun.     

Qin Xuangang kembali hanya untuk mengakhiri masalah ini dan membunuh Duan Qing.     

"Memang inilah yang seharusnya terjadi. Jadi berikan dia padaku," tiba-tiba terdengar sebuah suara. Sosok yang baru saja berbicara tentu saja adalah Tetua Agung Tianhe. Saat ini dia berjalan menghampiri Qin Xuangang.     

Shen Yao memandang ke arah Tetua Agung Tianhe dan berkata, "Dia datang kemari untuk mengakhiri masalah ini dengan kehendaknya sendiri. Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal ini lagi."     

Dia tentu saja tidak akan mencurigai Tetua Agung Tianhe lagi. Qin Xuangang telah kembali untuk mengakhiri masalah ini, jadi dia pasti tidak akan memberikan informasi itu pada Tetua Agung Tianhe. Itu adalah tindakan yang bodoh. Apakah Tetua Agung Tianhe akan berada dalam bahaya karena hal ini? Menilai dari tindakan yang dilakukan oleh Qin Xuangang, hal ini tidak mungkin terjadi.     

Apabila spekulasi ini memang benar adanya, maka Klan Dewa tidak bisa mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Kala itu ketika Qin Xuangang baru saja melarikan diri, sosok-sosok terkemuka dari Klan Dewa telah mencarinya di seluruh penjuru Dunia Tianhe. Kemudian mereka menghabiskan beberapa tahun untuk mencarinya di seluruh penjuru 3.000 Dunia dari Jalur Agung untuk menemukan jejaknya. Tapi mereka tidak menemukannya, jadi mereka menyerah.     

Sekarang dia berada di sini, sehingga hanya menyisakan Feixue. Dan Feixue masih muda ketika dia pergi meninggalkan Dunia Tianhe. Setelah bertahun-tahun lamanya, penampilan dan auranya pasti akan sangat berbeda. Bahkan jika mereka menjelajahi 3.000 Dunia dari Jalur Agung dan menyembunyikan keberadaan mereka semua dengan aura spiritual masing-masing, mereka tidak akan dapat mengenalinya.     

Tetapi mereka harus membawa Qin Xuangang ke Klan Dewa bersama mereka untuk melihat apakah mereka bisa mendapatkan petunjuk darinya.     

Aura yang dipancarkan oleh Tetua Agung Tianhe sangat mengerikan, tetapi Shen Yao masih berdiri di depannya dengan tenang. Qin Xuangang menoleh dengan susah payah untuk memandang ke arah Tetua Agung Tianhe dan berkata, "Guru, murid anda ini tidak berbakti. Saya tidak bisa lagi berada di sisi anda untuk menjaga anda, saya juga tidak bisa menjadi penerusmu."     

Tetua Agung Tianhe menunjuk ke arah Ye Futian dan berkata, "Muridmu akan menjadi penerusku. Dan putrimu baik-baik saja. Aku akan mengajarinya berkultivasi."     

Qin Xuangang memandang ke arah Ye Futian dan melihatnya melangkah ke depan, menuju Tetua Agung Tianhe.     

Orang-orang dari Klan Dewa mengatakan bahwa gurunya telah mengacaukan ingatannya sendiri. Sepertinya ingatannya tentang dirinya juga ikut terhapus.     

"Jangan khawatir, saudaraku. Saya akan berkultivasi dengan giat dan menjaga Guru," ujar Ye Futian pada Qin Xuangang. Dia membungkuk hormat padanya, tetapi hanya dia dan Tetua Agung Tianhe yang memahami arti dibalik sikapnya tersebut.     

"Mm." Qin Xuangang mengangguk. Wajahnya tampak pucat, dan auranya semakin lemah. Dia mendongak ke arah langit. Dia seperti melihat satu sosok cantik di sana. Seharusnya dia sudah pergi bersamanya. Kenapa dia masih hidup?     

Qin Xuangang sendiri tidak mengerti mengapa dia masih hidup.     

Dia tidak memahaminya, tetapi Tetua Agung Tianhe dan Ye Futian mengetahuinya.     

"Bawa dia ke Klan Dewa," ujar Shen Yao. Dalam sekejap, Rantai dari Jalur Agung dikerahkan pada Qin Xuangang, menjeratnya dan membawanya ke atas langit.     

"Jaga dirimu, Paman," ujar Shen Yao pada Tetua Agung Tianhe sambil membungkuk hormat. Lalu dia berbalik dan terbang ke atas langit.     

Cahaya suci yang menyilaukan bersinar, dan tubuh Qin Xuangang ditarik ke atas langit. Dia semakin menjauh hingga sosoknya menghilang.     

Qin Xuangang menatap gurunya sambil tersenyum dengan tenang saat tubuhnya ditarik ke atas. Dia sepertinya sama sekali tidak merasa khawatir. Dia tidak tahu apa penyebabnya, tapi dia merasa sangat tenang.     

Dia juga menatap ke arah Ye Futian. Mengapa pria ini terlihat tidak asing baginya? Itu pasti karena dia adalah salah satu murid dari gurunya.     

Mereka berdua memiliki asal-usul yang sama.     

Mulai sekarang, Guru harus bergantung pada muridnya yang lain ini.     

"Kembalilah pada kami," bisik sang Tetua saat dia memandang sosok yang menghilang ke kejauhan itu. Ye Futian mengangguk. Keduanya berbalik dan pergi seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana. Mereka tampak sangat tenang, tetapi ada kesedihan dibalik ketenangan mereka itu.     

Tetua Agung Tianhe sudah semakin tua.     

Ada kalanya dia merasa tidak berdaya menghadapi semua ini. Jika situasi ini terjadi di masa lalu, dia akan bertarung. Dia tidak akan membiarkan Klan Dewa menangkap Qin Xuangang.     

Tapi kali ini, dia memutuskan untuk tidak bertarung. Dan sejak awal, dia tampak sangat tenang.     

Mungkin dia benar-benar sudah semakin tua.     

Banyak orang memandang ke arah Istana Tianhe dan sang kaisar yang menakjubkan, serta jasad Duan Qing yang tewas terbunuh. Tampaknya sang Kaisar telah menipu Tetua Agung Tianhe, sehingga mengakibatkan tiga ribu muridnya tewas terbunuh.     

Mungkin dia menjadi mati rasa karena hal-hal yang terjadi kala itu—sehingga tidak ada ambisi yang tersisa dalam dirinya.     

Tiga ribu muridnya telah tewas terbunuh, dan sekarang Qin Xuangang telah dibawa pergi. Apakah semua ini tidak mampu menyulut emosinya?     

Bahkan Qin Xuangang telah kembali, dengan niat untuk membunuh para pengkhianat itu dengan cara apa pun.     

Dia telah menginterogasi dan membunuh Duan Qing di luar Istana Kekaisaran.     

Lelaki tua dan pemuda itu berjalan berdampingan.     

Suara Tetua itu muncul di benak Ye Futian. "Gurumu datang kemari untuk menjemput ajalnya sendiri."     

"Saya tahu," jawab Ye Futian secara telepati. Gurunya tidak berencana untuk pergi dari sini hidup-hidup. Dia datang untuk menjemput ajalnya sendiri.     

Kematiannya akan bermanfaat bagi banyak orang.     

Feixue akan baik-baik saja, karena dia berada di salah satu Dunia Jalur Supremasi. Gurunya tidak akan menyeretnya ke dalam masalah lainnya, jadi dia memutus koneksi dengannya. Karena itulah, dia kembali ke Dunia Tianhe sendirian.     

"Tapi pada akhirnya dia tidak mati," ujar sang Tetua.     

"Hal itu terjadi karena saya. Selama guru masih hidup, perhatian Klan Dewa akan tetap tertuju padanya. Tidak ada yang akan memedulikan tentang sosok yang akan menjadi penerus Grandmaster," ujar Ye Futian. Kematian akan menjadi jalan keluar yang lebih mudah bagi gurunya. Dia sudah memiliki keinginan untuk mati. Tetapi dia juga berada di Dunia Tianhe, sehingga membuat rencana gurunya berubah. Ketika gurunya mengetahui bahwa Klan Dewa akan datang, dia memutuskan untuk muncul lebih awal, yaitu tepat di luar Istana Kekaisaran. Dia telah memutus jalan keluar untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi, dia telah menghancurkan ingatannya sendiri.     

Hidup jauh lebih sulit daripada kematian baginya.     

Hidupnya akan penuh dengan penghinaan. Klan Dewa akan menyiksanya, yang merupakan sesuatu yang tidak ingin dia jalani. Tapi selama dia masih hidup, mereka tidak akan memedulikan Ye Futian. Ketika gurunya berada di sana, mengapa mereka perlu menaruh perhatian pada muridnya?     

Saat mereka berdua berbincang-bincang, mereka tiba di Gunung Xiangren. Mereka berdiri di sana dengan tenang, sambil memandang ke kejauhan. Melihat bahwa mereka telah kembali, Xu Ping'an merasa lega. Tapi dia tidak melihat sosok Qin Xuangang, yang membuatnya merasa sedih.     

"Dia pikir kematiannya akan mengakhiri segalanya. Tapi semuanya tidak sesederhana itu." Saat mereka berdua mendarat di Gunung Xiangren, Tetua Agung Tianhe memandang ke arah langit.     

Mengakhiri segalanya?     

Bagaimana mungkin kematiannya bisa mengakhiri segalanya?     

Apakah membunuh sang pengkhianat, Duan Qing, dan mengorbankan nyawanya akan mengakhiri semuanya?     

Masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan.     

Ye Futian memandang sang Tetua.     

Tidak sesederhana itu.     

"Sebaiknya kau tidak meninggalkan gunung ini lagi. Kau harus tinggal di sini dan berkultivasi, dengan begitu kau akan mencapai Renhuang Plane lebih cepat," lanjut Tetua Agung Tianhe. Ye Futian mengangguk.     

Lelaki tua itu memandang ke kejauhan dan Xu Ping'an datang menghampiri mereka. Tetua Agung tersenyum hangat saat melihat wajah cantiknya.     

"Ping'an," ujarnya.     

"Guru." Ping'an menatapnya. Dia tampak seperti akan melanjutkan kata-katanya, namun dia mengurungkan niatnya. Dia ingin menanyakan sesuatu, tapi pada akhirnya dia tidak melakukannya.     

"Apakah kau ingin tinggal di tempat lain? Mencari rekan spiritual? Merelakan segalanya dan memilih kehidupan yang berbeda?" tanya Tetua Agung Tianhe.     

Ping'an menatapnya, dan tatapan matanya menjadi serius. Dia menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa, tetapi jawabannya dapat terlihat di matanya.     

Tetua itu mengangguk pelan. Kemudian dia mengulurkan tangan dan menepuk bahunya dengan lembut, sambil memandang ke kejauhan.     

Jika dia tidak mau, maka dia tidak perlu melakukannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.