Legenda Futian

Roh Api



Roh Api

2Mereka yang hadir di sana adalah sosok-sosok terkuat di antara sembilan suku. Para pemimpin dari kesembilan suku itu datang secara pribadi, demikian pula para kultivator tingkat Nirvana.      3

Fakta bahwa kesembilan suku itu masih mampu menguasai wilayah tersebut setelah kematian Kaisar Kua menjadi sebuah bukti yang tak terbantahkan dari kekuatan mereka.     

Beberapa tatapan mata beralih pada Ye Futian saat dia muncul di sana. Sosok-sosok yang terlihat menonjol di antara mereka adalah para kultivator dari Klan Zhu dan Yin Tianjiao, sang Puteri dari Kaisar Wu. Selain itu ada pula Xi Chan dari Klan Xi dan Chang Huai, yang bekerja sama dengan Klan Burung Vermilion dan Suku Jue.     

Klan Burung Vermillion beranggotakan monster-monster iblis, dimana pemimpin mereka pernah menjadi tunggangan dari Kaisar Kua.     

Murid dari Saint Chiming bekerja sama dengan Suku Nanli, sedangkan murid dari Saint Jiuyou bekerja sama dengan Suku Gagak. Para kultivator dari Suku Gagak memiliki garis keturunan dari Gagak Emas Berkaki Tiga.     

Sementara itu, Suku Beili telah memilih untuk bekerja sama dengan seorang Saint muda yang cukup terkenal dari Kota Penjara Api setelah Ye Futian menolak penawaran mereka. Dan yang terakhir, para kultivator dari Kota Awan Merah bekerja sama dengan Suku Shang.     

Kesembilan kultivator yang telah memiliki Kobaran Api Jalur Agung semuanya berada di tingkat Proving Holiness. Meskipun ada kultivator lainnya dengan tingkat Plane yang lebih tinggi, namun hanya mereka yang berada di tingkat Proving Holiness yang diizinkan untuk berpartisipasi. Itu karena hanya orang-orang dari tingkat Proving Holiness yang dapat memasuki reruntuhan Kaisar Kua. Peraturan itu kemungkinan diberlakukan karena kekhawatiran dari kesembilan suku itu agar kemampuan mereka tetap lebih kuat dari para peserta. Mungkin memang ada alasan lainnya, tetapi hanya sembilan suku itu yang mengetahui kebenarannya.     

"Karena kita semua sudah tiba di sini, mari kita berangkat," ujar sang Tetua dari Klan Zhu yang memiliki janggut berwarna merah menyala. Pemimpin dari Klan Zhu berdiri tepat di sampingnya dan auranya tidak dapat dideteksi, sosoknya terlihat seperti seorang dewa api hanya dengan berdiri di tempatnya.     

Semua orang mengangguk dan mulai berjalan. Para pemimpin dari sembilan suku berjalan menuju gerbang bayangan dan mereka semua membentuk rangkaian segel dengan tangan masing-masing. Dalam sekejap, sembilan kobaran api yang menyilaukan muncul dari tangan mereka dan melesat ke arah gerbang tersebut.     

Sembilan sinar cahaya mengalir ke bawah dan gerbang itu sepertinya telah mendeteksi semacam panggilan. Sebuah aura api yang mengerikan serta aliran udara mengalir dan seluruh bagian dari gerbang itu berputar, dimana sebuah lubang raksasa muncul tidak lama kemudian.     

"Ayo kita masuk," tiba-tiba terdengar sebuah suara di suatu tempat.     

Semua orang bergerak menuju gerbang tersebut, tubuh mereka langsung menghilang setelah melangkahkan kaki ke dalamnya.     

"Ayo kita pergi, Pemimpin Kota Ye," ujar sang Tetua berjubah abu-abu.     

Ye Futian mengangguk dan memandang ke arah Xia Qingyuan serta yang lainnya. Kemudian sang Puteri berkata, "Berhati-hatilah."     

"Ya." Ye Futian merespon kata-kata Xia Qingyuan sebelum dia bergerak bersama rombongan besar itu, lalu menghilang ke dalam gerbang tersebut.     

Kemudian giliran para kultivator dari sembilan suku untuk masuk ke dalam. Setelah semua orang masuk, para pemimpin dari sembilan suku mengikuti mereka ke dalam reruntuhan.     

Hanya anggota generasi muda dari sembilan suku—dan juga para kultivator dari pasukan-pasukan di seluruh penjuru Dunia Naga Merah—yang tersisa di luar gerbang tersebut. Mereka semua berjaga-jaga di wilayah yang luas itu, menunggu kembalinya rekan-rekan mereka.     

"Sebaiknya kita menghabiskan waktu dengan berlatih," ujar Xia Qingyuan dan semua orang mengangguk. Mereka semua pergi ke tempat lainnya dan duduk bersila, menunggu Ye Futian dan yang lainnya kembali.     

…     

Ye Futian memasuki area lain tepat setelah dia melangkahkan kaki ke dalam gerbang tersebut. Ketika mereka masuk kesana, mereka bisa merasakan aura api menyelimuti seluruh area tersebut. Tempat itu tampak seperti telah dipanggang dalam waktu lama. Kobaran api bermunculan dari permukaan tanah yang berwarna merah menyala. Aura api dari Jalur Agung berada di sekitar mereka.     

"Dunia api," Ye Futian bergumam. Dia mendongak dan melihat bahwa langit-pun berwarna merah menyala, yang tampaknya telah dibentuk menjadi pola-pola yang aneh. Terdapat dua bola api raksasa di atas sana, seolah-olah ada dua matahari di atas langit. Namun, keduanya terlihat cekung dan tampak seperti dua lubang hitam yang berapi-api. Bentuk itu membuat keduanya terlihat seperti sepasang mata.     

Pikiran Ye Futian terguncang. Dia menatap ke arah langit dengan seksama dan menyadari bahwa itu lebih dari sekedar sepasang mata. Kemudian dia melihat sebuah wajah raksasa dan untaian rambut berwarna merah menyala menyebar ke seluruh penjuru langit, seperti deretan awan merah yang bercahaya di atas langit. "Itu sosok humanoid [1][1]!"     

Ye Futian bukanlah satu-satunya orang yang berpikiran seperti itu. Delapan kultivator lainnya yang tidak memiliki hubungan dengan sembilan suku kini menatap ke arah langit. Mereka semua tampaknya telah melihat sesuatu dan tampak takjub.     

"Ayo kita pergi," ujar seorang kultivator.     

Angin panas berhembus dan sepertinya angin-pun diperkuat oleh aura api dari Jalur Agung. Hembusan angin terasa sangat panas saat menimpa tubuh mereka. Tempat itu tampak seperti sebuah tempat suci untuk berlatih kekuatan elemen api.     

Sebenarnya apa yang telah ditinggalkan oleh Kaisar Kua di sini? Sembilan suku telah bertindak menentang tradisi mereka dengan mengundang para jenius dari berbagai dunia Renhuang. Mungkinkah kesembilan suku yang pernah melayani Kaisar Kua tidak mampu mendapatkan warisan itu sendiri? Itukah sebabnya mereka menginginkan bantuan dari orang asing?     

"Apa yang harus kulakukan?" Ye Futian bertanya pada para kultivator dari Klan Wu yang berada di sampingnya.     

"Roh-roh api menghuni reruntuhan ini. Roh-roh api yang tak terhitung jumlahnya dengan kekuatan yang berbeda-beda lahir di tempat ini. Semua roh api itu memiliki ekstrak aura api dari Jalur Agung. Hal yang perlu kau lakukan adalah mengambilnya dan menjadikannya sebagai milikmu sendiri." jawab salah satu kultivator.     

"Hanya itu saja?" tanya Ye Futian.     

"Ya. Untuk memiliki aura dari Jalur Agung yang tak terbatas dan mengubah dirimu sendiri, kau harus terus mengekstraksi dan menyempurnakan aura tersebut. Prosesnya belum sempurna hingga kau mampu mengeluarkan kekuatan yang dahsyat dengan menggunakan Jalur Api," kultivator itu menjelaskan.     

Ye Futian mengangguk. Kemudian para kultivator lainnya bergerak ke depan.     

Ye Futian bertanya-tanya apakah dia mampu mengabaikan rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan tingkat Plane dan mengeluarkan kemampuan bertarung melebihi tingkat Plane-nya saat ini, hanya dengan menggunakan Jalur Api.     

Tidak mengherankan apabila kesembilan suku tersebut benar-benar mementingkan kemampuan manipulasi api dari para kandidat yang akan dipilih. Mungkin itu ada hubungannya dengan reruntuhan ini. Jalur Api sangat penting di sini. Karena itulah, mereka yang tidak mampu merasakan aura dari Jalur Agung tidak akan diizinkan untuk masuk kemari.     

Para kultivator dari sembilan suku bergerak ke depan dan menyebar, bergerak menuju arah yang berbeda-beda. Bahaya mengintai dimana-mana di tanah leluhur tersebut. Jika sembilan orang asing itu berkeliaran sendirian, tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka akan tewas terbunuh.     

Karena itulah, setiap suku bertanggung jawab atas keselamatan satu orang. Tetapi tentu saja, kesembilan suku itu memiliki alasan tersendiri untuk melakukan hal tersebut. Jika tidak, mereka tidak akan begitu teliti dalam menyeleksi mereka. Mereka semua menaruh harapan besar pada kandidat yang mereka pilih.     

Klan Wu memilih untuk bekerja sama dengan Ye Futian, jadi mereka mengikutinya dari belakang. Klan Zhu juga berada di sana. Mereka ditugaskan untuk melindungi Yin Tianjiao.     

Sebuah area gurun yang berapi-api berada tepat di depan mereka, tampak tak berujung.     

Ye Futian akhirnya melihat roh-roh api bermunculan. Kawanan naga api satu per satu terlihat menyebar di berbagai tempat. Semua naga itu diselimuti oleh kobaran api berwarna emas. Mereka memiliki tubuh humanoid yang diselimuti oleh kobaran api. Naga-naga itu menerjang ke arah kelompok tersebut saat menyaksikan kehadiran mereka. Meskipun mereka hanya berbentuk roh, naga-naga itu sebenarnya belum disempurnakan dan hanya bertindak berdasarkan insting, sehingga mereka memandang manusia sebagai mangsa mereka.     

"Ayo kita pergi," ujar para kultivator dari kedua klan itu pada Ye Futian dan Yin Tianjiao.     

Keduanya mulai bergerak dan pergi menuju ke arah yang berbeda.     

Para kultivator dari Klan Wu mengawasi Ye Futian dengan seksama. Klan Zhu berharap Ye Futian dapat membantu Yin Tianjiao. Ini adalah kesempatan bagus untuk melihat kemampuan dari keduanya,     

*Boom* Yin Tianjiao menerjang ke depan dan sekujur tubuhnya diselimuti oleh kobaran api keemasan yang sangat menyilaukan. Cahaya suci terpancar dari tubuhnya, yang membuat sosoknya terlihat seperti sebuah tungku dari Jalur Agung. Dia bergerak dengan kecepatan tinggi saat dia menerjang ke arah salah satu roh api.     

Meskipun roh-roh api bukanlah makhluk yang cerdas, mereka tetap memiliki aura tingkat Saint, seolah-olah mereka sendiri adalah Kobaran Api Jalur Agung. Namun, Yin Tianjiao sama sekali tidak ragu-ragu. Dia menerjang tepat di depan sebuah roh api dan melancarkan serangan. Sosok berapi-api yang menerjang ke arahnya itu meraung tapi dengan cepat diatasi oleh Yin Tianjao.     

Sebuah pusaran yang mengerikan tampaknya telah muncul di sekitar Yin Tianjiao, melahap tubuh dari roh api itu dan menggabungkannya dengan tubuhnya sendiri. Dia mampu menyerap roh api di tingkat seperti itu ke dalam tubuhnya tanpa jeda sedikit-pun.     

Kultivator dari Klan Zhu menyaksikan pemandangan itu dengan tenang. Yin Tianjiao, sang puteri dari Kaisar Wu, memang mewarisi kemampuan ayahnya. Dia mampu menggabungkan kobaran api dari Jalur Agung ke dalam tubuhnya secara langsung. Kemampuan seperti itu jelas membuatnya menjadi sosok yang sangat kuat.     

Ye Futian juga menerjang ke arah salah satu roh api. Kobaran api yang bergejolak dapat dirasakan di seluruh area tersebut.     

*Boom* Sebuah roh api menerjang ke arah Ye Futian, berniat untuk melahapnya hidup-hidup. Namun, aura dari Jalur Agung menyebar di sekujur tubuhnya dan cahaya suci mengelilinginya. Kobaran api itu dapat dikendalikan dengan cepat. Roh api itu meraung dan ingin menghancurkannya, namun tubuhnya terus menyusut. Situasi itu berlanjut hingga setiap Jalur Api dari roh api itu terhisap ke dalam tubuh Ye Futian, langsung menuju Istana Kehidupan miliknya.     

Para kultivator dari kedua klan, baik itu Klan Zhu maupun Klan Wu mengangguk saat mereka menyaksikan pemandangan itu. Meskipun sang pemimpin dari Kota Qianye mungkin tidak begitu mahir dalam kekuatan api, tapi itu bukan berarti dia adalah sosok yang lemah. Roh api tingkat pemula seperti itu sama sekali tidak mampu mengancamnya.     

Baik Yin Tianjiao maupun Ye Futian terus bergerak ke depan, menghancurkan setiap roh api yang bermunculan dari area gurun dan menghisap kekuatan mereka.     

Waktu terus berlalu dan ketika mereka melintasi area gurun, ratusan aura api dari Jalur Agung telah terkumpul di dalam Istana Kehidupan milik Ye Futian.     

Kini mereka telah tiba di sebuah area yang dipenuhi oleh lava setelah mereka melintasi area gurun. Aliran lava meledak dimana-mana, dan ada lebih banyak roh api yang ditemukan di sana. Namun, aura api dari Jalur Agung di tempat itu berbeda dari apa yang terlihat sebelumnya. Namun situasinya berakhir tidak jauh berbeda dari sebelumnya.     

Keduanya menerjang ke dalam lautan lava dan terus mengekstrak roh-roh api di dalam sana. Para kultivator lainnya mengikuti mereka dari belakang. Mereka yang berasal dari Klan Zhu merasa lega saat mendapati bahwa Ye Futian sama sekali tidak menimbulkan kesulitan, karena dia mampu menghisap kobaran api itu dengan mudah. Sepertinya Ye Futian memiliki cara tersendiri untuk menaklukkan roh-roh api tersebut.     

Pada saat itu, aliran lava bergejolak dan terdengar suara-suara semburan. Ye Futian memandang ke depan dan melihat aliran lava itu mendidih, dimana telah muncul satu sosok dewa perang yang terbuat dari aliran lava. Sosok itu bukan lagi roh api yang sederhana, karena roh api tersebut telah memadatkan diri menjadi tubuh yang kokoh dan berubah wujud menjadi raksasa yang terbuat dari lava, memancarkan aura yang mengerikan.     

"Saint tingkat True Self Plane, huh," Ye Futian bergumam pada dirinya sendiri.     

Raksasa itu memandang ke arah Yin Tianjiao dan Ye Futian, lalu melancarkan serangan dengan kedua tangannya. Apa-pun yang terhantam oleh dua tangan raksasa yang terbuat dari lava itu mungkin akan meleleh dalam sekejap. Keduanya menghindar dengan kecepatan tinggi. Yin Tianjiao memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Sebaiknya kita bekerja sama."     

Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia sedang bersiap-siap untuk menghadapi raksasa itu, meskipun lawannya tersebut merupakan Saint tingkat True Self Plane.     

---     

[1] Humanoid adalah makhluk atau sesuatu yang menyerupai manusia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.