Legenda Futian

Istana Matahari



Istana Matahari

0Raksasa yang terbuat dari lava itu mengambil satu langkah panjang ke depan dan menyatukan kedua tangannya ke arah Yin Tianjiao. Namun Yin Tianjiao sama sekali tidak terpengaruh dan langsung menerjang menuju kedua tangan tersebut. Tubuhnya dihiasi dengan cahaya yang berkilauan, selain itu kekuatan yang dahsyat terpancar dari tubuhnya. Dia mengerahkan tangannya ke depan. Meskipun tangannya terlihat ramping, di dalamnya tetap terkandung kekuatan dari Jalur agung. Tiba-tiba terdengar rentetan suara gemuruh dan dunia di sekitarnya beresonansi dengan tubuhnya. Dia mendorong tangannya ke depan dan dalam sekejap, muncul jejak telapak tangan raksasa yang berapi-api.      0

*Boom* Terdengar suara gemuruh yang keras dan tangan dari raksasa itu tampak retak, tetapi dengan cepat pulih kembali. Di sisi lain, kobaran api membakar jejak telapak tangan raksasa yang dikerahkan oleh Yin Tianjao. Dia mengerutkan keningnya saat menyaksikan kekuatan penyembuhan yang begitu cepat dari roh api tersebut.     

Aura pedang berputar-putar di sekitar Ye Futian. Pedang Kasyapa melesat di udara dan tiba tepat di hadapan raksasa tersebut, yang meraung saat bilah-bilah pedang itu mendekat. Dalam sekejap, semua bilah pedang itu dilalap oleh kobaran api dan melebur hingga tak bersisa. Kemampuan tingkat atas benar-benar ditunjukkan dalam pertarungan ini.     

Saat ini, Aura Yin Tianjiao menjadi semakin kuat. Satu sosok yang menjulang tinggi dan tampak mengesankan seperti seorang permaisuri tampaknya telah muncul di belakang tubuhnya. Sebuah aura yang dahsyat menyelimuti sekujur tubuhnya saat kekuatan yang dahsyat terus menerus terpancar. Ribuan aura dari Jalur Agung berputar-putar di sekelilingnya dan area di sekitarnya sepertinya telah menjadi sebuah dunia yang dipenuhi oleh kehancuran.     

Pada saat itu, banyak aura api dari Jalur Agung masuk ke dalam tubuhnya, dan rasanya seolah-olah tubuhnya sedang terbakar. Aura dari Jalur Agung di sekelilingnya terserap ke dalam tubuhnya. Ye Futian menatapnya dan mengeluarkan Tombak Ruang dan Waktu di genggaman tangannya.     

Ye Futian melesat ke udara dengan kecepatan tinggi, menghilang dalam sekejap dan muncul tepat di hadapan raksasa tersebut, sambil mengayunkan tombaknya seperti sambaran petir.     

Raksasa itu berusaha menangkis serangan tersebut dengan tangannya, yang kemudian saling bertabrakan dengan Tombak Ruang dan Waktu. Terdengar suara-suara gemuruh saat tangan itu hancur sedikit demi sedikit. Kobaran api menghantam tombak itu dan tubuh Ye Futian sendiri. Namun tetap saja, raksasa itu kembali menyerap kekuatan lava untuk memulihkan lengannya yang telah hancur.     

Yin Tianjiao melesat ke depan dan ikut melancarkan serangan. Jejak telapak tangan raksasa miliknya telah beresonansi dengan Jalur Agung di sekitarnya saat dia mengerahkan serangannya menuju roh api tersebut. Raksasa itu mencoba menangkis serangan tersebut, yang menyebabkan lengannya dihancurkan sedikit demi sedikit. Baik Ye Futian maupun Yin Tianjiao terus menerus melancarkan serangan mereka hingga mereka akhirnya menusuk tubuh dari raksasa tersebut. Kekuatan hukum milik Yin Tianjiao yang terkandung di dalam jejak telapak tangannya telah menghancurkan roh api tersebut.     

Seberkas aura dari Jalur Agung dengan warna yang sama seperti aliran lava mencoba untuk melarikan diri, tetapi Yin Tianjiao segera mencengkeram dan menahan aura tersebut. Tiba-tiba, kobaran api yang mengerikan meledak, berniat untuk melahap Yin Tianjiao hidup-hidup. Saat cahaya suci berkilauan, tubuhnya nyaris terbakar, namun cahaya itu melahap kobaran api di sekitar tubuhnya sedikit demi sedikit.     

"Kau bisa mendapatkan aura dari roh api berikutnya," ujar Yin Tianjiao pada Ye Futian, yang mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata-pun.     

Pada saat itu, kultivator dari Klan Zhu menambahkan, "Bukankah kau sebaiknya meningkatkan aura dari Jalur Agung di dalam dirimu ke tingkat tertentu terlebih dahulu?"     

"Tidak begitu penting," jawab Yin Tianjiao dengan nada datar.     

Ye Futian memandang kultivator yang baru saja berbicara. Sejak memasuki reruntuhan, kultivator dari Klan Zhu ini berbicara secara terang-terangan dan sama sekali tidak menahan diri.     

Reruntuhan ini memiliki aura yang tak terbatas dan tak terhitung jumlahnya di setiap sudutnya. Bagi orang-orang yang terlatih dalam kekuatan elemen api, reruntuhan ini seperti sebuah tempat suci. Alasan mengapa sembilan suku membantu kandidat mereka adalah untuk memungkinkan mereka memperkuat aura dari Jalur Agung masing-masing dan meningkatkan kekuatan mereka. Tapi apa tujuan utama mereka sebenarnya?     

Ye Futian dan Yin Tianjiao terus bergerak ke depan tanpa berpikir macam-macam. Area yang dipenuhi oleh lava ini sangat luas dan tampaknya juga tak berujung. Keduanya menjarah aura dari Jalur Agung sebanyak yang mereka bisa, tidak mengetahui berapa banyak roh api yang telah mereka hancurkan dan mereka ambil auranya. Mereka bukanlah satu-satunya orang yang melakukan hal tersebut. Para kultivator dari tujuh suku lainnya juga melakukan hal yang sama di area lainnya.     

Tidak lama kemudian, mereka memasuki sebuah wilayah yang dipenuhi dengan monster iblis dengan kekuatan api. Sebuah kota tampaknya telah muncul tepat di hadapan mereka—Kota Api. Mereka berhenti dan menatapnya dengan tajam. Kota itu memiliki banyak anak tangga yang mengarah ke puncak, dan seluruh tempat itu tampak seperti diselimuti oleh kobaran api. Fenomena itu membuat kota tersebut tampak seperti Kota Matahari.     

"Sebaiknya kalian menggabungkan aura api dari Jalur Agung ke dalam tubuh kalian terlebih dahulu. Mungkin saja kalian akan menghadapi tantangan yang lebih berat nantinya," ujar seorang kultivator dari Klan Zhu.     

Yin Tianjiao dan Ye Futian mengangguk, lalu mereka menemukan sebuah tempat untuk duduk bersila. Ye Futian memejamkan matanya dan cahaya yang menyilaukan muncul di sekujur tubuhnya. Suara gemerisik terdengar di dalam Istana Kehidupan miliknya, yang saat ini telah berubah menjadi sebuah dunia api. Kobaran Api Jalur Agung berputar-putar tanpa henti di dalam sana.     

Ye Futian mengetahui bahwa kekuatan itu bukan miliknya. Semua itu hanyalah aura yang diambil secara paksa. Bahkan jika dia mampu mengendalikan dan menggunakannya untuk pertempuran, semua aura api itu dapat dihancurkan dan tidak ada gunanya lagi. Pada dasarnya, dia hanya menggunakan kekuatan eksternal daripada mengandalkan kemampuannya sendiri. Itu adalah sesuatu yang tidak akan dia lakukan dalam kultivasi yang biasa dia terapkan. Kobaran api itu hanya bisa digunakan sebagai senjata rahasia, mirip seperti bantuan yang bisa dimanfaatkan kapan saja.     

Kecuali tingkat Plane-nya mampu mencapai tingkat yang diperlukan, baru pada saat itulah dia benar-benar bisa menguasai semua aura api tersebut. Pada Proving Holiness, dia benar-benar bisa meningkatkan kekuatannya sendiri, tapi tentu saja dia tidak akan mampu menguasai semua aura api itu dalam waktu singkat. Semakin besar kekuatan dari aura api yang didapatkan, maka semakin sulit pula untuk menguasainya.     

Tampaknya ada sosok lainnya di dalam Istana Kehidupan miliknya, yang sedang duduk bersila dan cahaya suci terpancar darinya. Kekuatan dari Deed of Thorough Comprehension mengalir tanpa henti di dalam dirinya. Saat ini tubuhnya seperti sebuah tungku pembakaran, berusaha melelehkan dan menggabungkan aura dari Jalur Agung ke dalam tubuhnya sendiri.     

Pohon Dunia tampak berayun-ayun. Kekuatan dari semua elemen telah berubah menjadi aura api dan menyelimuti sekujur tubuhnya. Aura di sekelilingnya mengalir ke dalam tubuhnya, memasuki Istana Kehidupan melalui nadinya. Tidak lama kemudian, kobaran api pertamanya telah selesai terbentuk. Kobaran api dengan jumlah yang semakin besar melebur untuk menjadi satu dengannya. Aura api dari Jalur Agung yang tak terbatas mengalir ke dalam Istana Kehidupan miliknya.     

Tidak jauh dari tempat Ye Futian berada, Yin Tianjiao juga sedang berkultivasi dengan mata terpejam. Mereka duduk seperti itu untuk waktu yang lama. Ketika mereka selesai berkultivasi, mereka membuka mata masing-masing. Kemudian, mereka mulai menaiki tangga di depan mereka, pergi menuju Kota Matahari.     

Dengan setiap langkah yang mereka ambil, hawa panas yang terpancar dari tangga itu menjadi semakin kuat. Mereka seperti sedang berjalan di atas kobaran api dari Jalur Agung.     

Matahari menggantung di atas langit dengan kawanan Gagak Emas yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di sekitarnya. Burung-burung itu terbang menukik ke arah mereka dengan membawa kekuatan yang dahsyat, seolah-olah mereka menganggap kelompok itu sebagai penyusup. Semua orang ketakutan dan merasa bahwa mereka sedang berada di ambang kehancuran.     

Ye Futian merasakan aura dari kawanan burung itu dan menyadari bahwa sebagian besar dari mereka berada di tingkat True Self Plane. Aura api dari Jalur Agung mengalir di sekitar matahari, kemudian menyatu menjadi sinar-sinar cahaya yang menyilaukan. Sinar-sinar itu melesat di udara seperti kobaran api suci. Kawanan Gagak Emas itu langsung diselimuti oleh kobaran api tersebut, dan mereka meledak menjadi aura api dari Jalur Agung.     

Apa yang telah terjadi telah menarik perhatian para kultivator dari Klan Zhu dan Klan Wu. Kemampuan elemen api yang dimiliki oleh Ye Futian sepertinya sama sekali tidak lemah. Kekuatannya yang telah dikombinasikan dengan aura api yang telah diserap olehnya terlihat seperti sinar-sinar matahari, yang mampu melelehkan apa-pun. Bahkan serangan itu tampaknya mengandung aura pedang di dalamnya, yang memberi sinar-sinar itu kekuatan pengoyak yang mengerikan.     

Kemudian dia kembali mengeluarkan Tombak Ruang dan Waktu di tangannya, lalu mengumpulkan aura dari Jalur Agung. Dia menerjang ke arah kawanan Gagak Emas yang menutupi langit. Di sisi lain, serangan-serangan yang dilancarkan oleh Yin Tianjiao juga sama kuatnya dengan Ye Futian. Sekujur tubuhnya kini diselimuti oleh cahaya api suci yang menyilaukan. Dapat terlihat dengan jelas bahwa, sama seperti Ye Futian, dia juga telah menggabungkan aura api dari Jalur Agung ke dalam tubuhnya. Dia menyatukan semua aura api itu dengan serangannya sendiri dan menghancurkan segala sesuatu yang berada di hadapannya.     

Tiba-tiba, roh-roh humanoid muncul di tengah-tengah kawanan Gagak Emas tersebut. Satu sosok menukik ke arah Ye Futian. Kedua matanya memancarkan sebuah aura iblis yang sangat mengerikan.     

Ye Futian dapat merasakan aura itu saat kobaran api matahari turun dari atas langit, berniat untuk menembus tubuh dari sosok tersebut. Namun, tiba-tiba sosok itu berubah menjadi lautan api, membanjiri area tempat Ye Futian berada. Sebuah kepala yang mengerikan muncul secara tiba-tiba, berniat untuk melahapnya hidup-hidup.     

Kultivator berjubah abu-abu dari Klan Wu muncul di belakangnya. "Hati-hati, makhluk itu berniat untuk mengambil rohmu!"     

Orang-orang dari sembilan suku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada kandidat mereka, apalagi sebelum mereka mencapai tujuan mereka. Perjalanan itu dimaksudkan untuk memperkuat kekuatan mereka dan membiasakan mereka dengan Jalur Api dari tanah leluhur milik sembilan suku.     

Kultivator itu melancarkan serangan dengan tangannya dan dalam sekejap, kobaran api berwarna emas yang menyilaukan ditembakkan pada makhluk yang mendekati Ye Futian. Makhluk itu mengeluarkan suara raungan yang mengerikan saat tubuhnya berubah menjadi aura dari Jalur Agung.     

"Terima kasih, senior," ujar Ye Futian sebelum dia terus bergerak ke depan.     

Tidak lama kemudian, para kultivator lainnya juga telah tiba di sana dan bergegas menaiki tangga menuju Istana Matahari.     

Sosok-sosok bertubuh tegap berjaga di sekitar gerbang dari kota tersebut. Mereka memusatkan pandangan ke depan dan aura yang mengerikan menyebar di area tersebut, kemudian berubah menjadi badai-badai mengerikan yang telah beresonansi dengan matahari di atas langit.     

"Sudah bertahun-tahun lamanya sejak kalian terakhir kali datang kemari. Apakah ada sosok yang layak untuk masuk ke dalam kali ini?"     

Sembilan suku telah berusaha mendapatkan warisan dari Kaisar Kua selama bertahun-tahun. Mereka telah bekerja keras selama berabad-abad, tetapi mereka tidak pernah berhasil. Karena itulah, mereka dipaksa untuk mulai meminjam kekuatan eksternal. Tujuannya adalah untuk mengungkap rahasia dibalik tanah leluhur mereka melalui bantuan dari orang-orang asing. Meskipun begitu, tidak ada satu-pun dari generasi-generasi itu yang berhasil. Para penjaga kini bertanya-tanya seperti apa kemampuan dari orang-orang yang baru terpilih ini. Mereka berharap agar sembilan suku tidak akan mengecewakan mereka lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.