Legenda Futian

Pertempuran Antara Sembilan Kultivator



Pertempuran Antara Sembilan Kultivator

2Jauh di atas Istana Matahari dan matahari yang berada di atas istana, kawanan Gagak Emas turun ke atas mereka dalam jumlah besar.      2

Ye Futian dan Yin Tianjiao berusaha semaksimal mungkin untuk memburu kawanan gagak itu dan mengambil aura dari Jalur Agung yang terbentuk.     

Duan Wuji, pangeran dari Istana Kaisar Dong, dan para kultivator dari Suku Zhong juga berada di sana. Tubuh Duan Wuji dikelilingi oleh sebuah badai api yang mengerikan seolah-olah badai itu mampu melahap apa-pun yang disentuhnya. Kemudian dia mengulurkan tangannya saat dia menerjang ke arah burung-burung tersebut. Sebuah bola api berwarna hitam telah terbentuk di tangannya, yang berubah menjadi pusaran yang mengerikan. Pusaran itu langsung melahap burung-burung itu satu demi satu sebelum aura dari Jalur Agung milik mereka diekstraksi dan diserap ke dalam tubuhnya.     

Terdapat seorang kultivator dari Suku Zhong yang ikut membantai kawanan Gagak Emas itu bersama Duan Wuji, yang kemudian memberikan aura dari Jalur Agung yang telah dia kumpulkan padanya, keduanya terus berburu aura dari Jalur Agung bersama-sama.     

Cahaya suci yang menyilaukan berkilauan di kejauhan. Seolah-olah kawanan Gagak Emas lainnya telah menukik ke bawah. Itu adalah para kultivator dari Suku Gagak yang datang bersama murid dari Saint Jiuyou.     

Para kultivator dari Suku Gagak memiliki darah Gagak Emas mengalir di dalam nadi mereka. Mereka merasa terkesan dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka. Seperti itulah tanah leluhur mereka, dimana aura dari Jalur Agung begitu berlimpah dan mampu berubah menjadi Gagak Emas yang tak terhitung jumlahnya.     

Murid dari Saint Jiuyou adalah sosok yang sangat kuat. Bunga-bunga teratai berwarna hitam mengelilingi tubuhnya, dan kobaran api berwarna hitam muncul dari bunga-bunga tersebut, membakar kawanan burung gagak itu dan menyerap aura dari Jalur Agung yang telah terbentuk ke dalam bunga-bunga itu sendiri.     

Pada akhirnya dia telah membunuh banyak Gagak Emas dalam waktu singkat. Roh Kehidupannya telah muncul, yaitu sebuah bunga teratai hitam yang begitu murni. Dia melangkahkan kaki ke atas bunga tersebut, yang kemudian menyelimuti sekujur tubuhnya. Aura dari Jalur Agung yang telah diambilnya mengalir di dalam tubuhnya dan diserap oleh teratai hitam tersebut.     

Setelah itu, murid dari Saint Chiming, Xi Chan dari Klan Xi, Chang Huai dari Klan Chang, dan banyak kultivator lainnya tiba di sana. Mereka semua langsung menerjang ke arah medan pertempuran bersama perwakilan dari sembilan suku tanpa ragu-ragu, memburu Gagak Emas yang tak terhitung jumlahnya itu dan menyerap aura api dari mereka.     

Para kultivator yang dipilih oleh sembilan suku mampu menggabungkan semua aura dari Jalur Agung yang diambil sepanjang perjalanan mereka di reruntuhan Kaisar Kua, dan membuat semua aura itu menjadi milik mereka sendiri, sehingga memungkinkan mereka untuk membunuh kawanan Gagak Emas yang berada di tingkat True Self Plane dengan mudah.     

Kekuatan api dari semua orang yang hadir saat ini sangatlah kuat. Ye Futian kini paham mengapa sembilan suku hanya memilih para kultivator yang berpengalaman dalam kekuatan api. Tidak mengherankan bahwa tidak ada satu-pun dari mereka yang berniat memberikan undangan padanya.     

Para kultivator yang kurang mahir dalam kekuatan api tidak akan bisa beradaptasi dan menggabungkan aura dari Jalur Agung di tempat itu untuk meningkatkan kekuatan mereka. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya.     

Pada saat dia sedang bertarung, Ye Futian menyadari bahwa para kultivator lainnya terus-menerus mengambil aura dari Jalur Agung saat mereka sedang bertempur, sehingga mereka dapat meningkatkan kekuatan masing-masing secepat mungkin.     

Metode Deed of Thorough Comprehension telah diaktifkan. Tubuh Ye Futian kini seperti sebuah tungku dari Jalur Agung sekaligus seperti matahari pada saat yang bersamaan. Roh Kehidupan matahari miliknya telah terhubung secara langsung dengan tubuhnya, memungkinkannya untuk melahap aura dari Jalur Agung yang diambil di tempat tersebut. Kini dia dapat dengan mudah membuat aura tingkat True Self Plane menjadi miliknya sendiri.     

*Boom* Seekor burung gagak emas raksasa terbang menukik ke arah mereka. Gagak itu memiliki sepasang mata yang sangat tajam, seolah-olah monster tersebut telah memperoleh kecerdasan. Gagak Emas itu tampaknya telah memiliki aura dari Jalur Agung di tingkat Flawless Holiness. Segala sesuatu yang disentuh oleh gagak itu terbakar dalam sekejap.     

Monster raksasa itu menerjang ke arah Ye Futian.     

Tetua berjubah abu-abu yang berada di belakang Ye Futian melesat ke depan dan mengarahkan jarinya ke udara. Kobaran api emas yang menyilaukan menyebar ke sekeliling mereka, sebelum akhirnya menembus tubuh raksasa dari Gagak Emas tersebut. Lubang-lubang yang berapi-api muncul di tubuh raksasa dari burung itu.     

Untaian rantai emas dari Jalur Agung yang mengerikan muncul dari dalam lubang-lubang tersebut, menyelimuti sekujur tubuh dari burung itu dan membelenggunya di tempat.     

"Pemimpin Kota Ye," panggilnya. Ye Futian langsung muncul di dekatnya. Jarinya menunjuk ke depan, dan dalam sekejap rentetan kobaran api melesat keluar, melahap tubuh Gagak Emas itu, bersama dengan aura dari Jalur Agung di tingkat Flawless Holiness.     

Aura Saint tingkat Flawless Holiness itu sangat kuat. Sekujur tubuh Ye Futian terasa sangat panas saat dia menyerap aura api dari burung tersebut. Seolah-olah dia akan dibakar hingga menjadi abu. Kobaran api dari tungku miliknya tidak mampu membuat aura itu menjadi Jalur Api yang dia butuhkan.     

Dia telah menggabungkan banyak aura dari Jalur Agung tingkat True Self Plane di sepanjang perjalanan menuju kemari. Namun, aura dari Jalur Agung di tingkat Flawless Holiness telah melebihi kapasitasnya untuk menggabungkan aura api dengan mudah, karena keterbatasan dari tingkat Plane miliknya saat ini.     

Akhirnya, dia menggunakan sebagian kecil dari kobaran api tingkat Renhuang di dalam tubuhnya, yang membuat cahaya di sekelilingnya bersinar semakin terang. Dia menggunakan kobaran api tingkat Renhuang serta aura api tingkat True Self Plane untuk menguasai aura api dari Jalur Agung tingkat Flawless Holiness tersebut.     

Waktu terus berlalu, dan Ye Futian telah menjarah aura dari Jalur Agung tingkat True Self Plane yang tak terhitung jumlahnya, serta beberapa aura di tingkat Flawless Holiness. Kemudian dia berhenti bertarung dan berjalan ke suatu tempat. Dia berkultivasi dengan mata terpejam, berusaha menggabungkan aura api ke dalam tubuhnya dengan tenang.     

Di antara kultivator lainnya, ada beberapa orang yang masih bertarung dan ada pula yang sedang menggabungkan aura api. Mereka semua berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kekuatan api mereka ke tingkat yang paling tinggi.     

Sesekali Ye Futian kembali melanjutkan pertempuran dan mengambil aura dari Jalur Agung sembari dia menggabungkan aura api yang telah dia dapatkan.     

Kelompok itu terus menerus menjarah aura api dan berkultivasi di Istana Matahari hingga lupa waktu.     

Pada akhirnya mereka berlatih di sana selama satu bulan. Kobaran api di tubuh mereka kini telah menjadi sesuatu yang mengerikan. Meskipun aura dari Jalur Agung yang telah mereka serap melebihi tingkat Plane masing-masing, mereka tetap mampu menggabungkan semua aura api itu karena mereka terus menerus mengkultivasinya. Meskipun hal itu tidak dapat meningkatkan tingkat Plane mereka secara langsung, namun kobaran api itu dapat mereka gunakan dalam pertempuran.     

Pada saat ini, semua orang yang berada di atas medan pertempuran telah menjadi sangat kuat. Duan Wuji, sang pangeran dari Istana Kaisar Dong, sedang berdiri di tempatnya. Pusaran-pusaran api yang mengerikan muncul di sekitarnya. Kobaran api berwarna biru laut yang tak terbatas menjalar di sekujur tubuhnya. Dia mengulurkan telapak tangannya dan menyerap segala sesuatu di sekitarnya. Kawanan Gagak Emas di sekelilingnya langsung terserap ke dalam tubuhnya tanpa henti, yang kemudian aura api mereka bergabung ke dalam tubuhnya.     

Teratai-teratai hitam milik murid dari Saint Jiuyou tampaknya telah berubah menjadi sangat besar, dan kobaran api miliknya meledak dengan kekuatan yang dahsyat di dalamnya, membakar segalanya. Semua Gagak Emas itu dibakar hingga tak bersisa.     

Mereka semua melancarkan kekuatan api yang sangat dahsyat sampai tidak ada satu-pun kawanan Gagak Emas yang tersisa di atas langit.     

Sinar matahari di atas Istana Matahari menyinari tubuh semua orang. Matahari tampaknya dikelilingi oleh seekor Gagak Emas sejati yang mengeluarkan suara pekikan yang melengking. Cahaya yang mengerikan ditembakkan ke arah sembilan kultivator itu seolah-olah mereka telah terhubung dengan koneksi yang misterius.     

Medan pertempuran kini tampak kosong, yang membuat para peserta menyadari bahwa jumlah burung-burung itu terbatas. Ketika mereka menjadi cukup kuat untuk menyerap dan menggabungkan aura api dari kawanan Gagak Emas itu dengan mudah, roh-roh burung itu menghilang tak bersisa.     

Tiba-tiba aura mengerikan menyebar dari arah Istana Matahari yang berada di hadapan mereka, kemudian mereka semua mulai berjalan menuju istana tersebut. Para kultivator dari sembilan suku tampak berjalan di bagian depan, menciptakan sebuah pemandangan yang menakjubkan.     

Seorang kultivator dari masing-masing suku berjalan ke depan dan menghadap satu sosok yang berada di depan gerbang dari Istana Matahari. Kesembilan kultivator berdiri di hadapan sosok tersebut. Mereka membungkuk hormat, lalu mengulurkan jemari mereka, menggoresnya satu per satu dan membiarkan darah mereka menetes.     

Tetasan darah itu melesat menuju sosok yang berada di depan istana tersebut, yang kemudian mengalir di tubuhnya. Kemudian sosok itu menatap ke arah langit, dan matahari yang berada di atas sana menyinarinya. Dalam sekejap, tubuh sembilan kultivator itu berkilauan dengan cahaya yang sangat menyilaukan. Seolah-olah seutas benang berwarna merah darah telah menghubungkan mereka.     

Kemudian sembilan kultivator dari sembilan suku itu kembali ke masing-masing kandidat yang telah mereka pilih. Sang Tetua berjubah abu-abu menghampiri Ye Futian dan berkata, "Lakukan apa yang telah kulakukan. Setelah itu kau akan terhubung dengan matriks. "     

Ye Futian mengangguk dan dia juga menggores jarinya. Darah menetes dari jarinya, dan seberkas sinar cahaya menyinari tubuhnya. Sosok yang berada di istana itu kini telah terhubung dengannya, dan seutas benang berwarna merah darah terlihat di udara. Ye Futian seperti telah melihat sebuah ilusi saat itu juga, seolah-olah dia telah terhubung dengan sosok yang berada di istana tersebut, ikut merasakan apa-pun yang dirasakan oleh sosok itu.     

Semua kultivator terpilih dari sembilan suku juga melakukan hal yang sama. Saat ini, area itu tampaknya telah memiliki sebuah matriks raksasa, yang menyelimuti semua orang di dalamnya. Titik pusat dari matriks itu adalah matahari yang berada di udara, menyinari semua orang di bawahnya.     

"Hanya satu di antara kalian bersembilan yang berhak memasuki tanah leluhur. Inilah saatnya bagi kalian untuk saling bertarung satu sama lain," ujar para kultivator dari sembilan suku pada kandidat mereka masing-masing.     

Kesembilan suku telah memilih kandidat mereka masing-masing, dan pertempuran yang akan datang akan menentukan siapa yang berhak untuk memasuki tanah leluhur.     

Hasil dari pertempuran ini juga akan menentukan siapa di antara sembilan suku yang tanah leluhurnya akan dibuka.     

"Siapa yang akan bertarung di pertempuran pertama?" ujar salah satu kultivator dari Klan Zhu. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Yin Tianjiao, berharap bahwa mereka tidak salah memilih kandidat dan Yin Tianjao akan memungkinkan Klan Zhu untuk membuka tanah leluhur mereka.     

Banyak orang mengalihkan pandangan mereka ke arah Yin Tianjiao dan Duan Wuji. Pemandangan itu membuat kultivator dari Klan Zhu mengerutkan keningnya.     

Kultivator dari Klan Zhu itu memandang ke arah sang Tetua berjubah abu-abu yang berada di samping Ye Futian, seolah dia sedang mengisyaratkan sesuatu.     

"Sebaiknya anda bertarung di pertempuran pertama, Pemimpin Kota Ye," ujar sang Tetua berjubah abu-abu padanya secara telepati. Ye Futian menyadari tatapan mata kultivator dari Klan Zhu itu. Dia berharap agar tidak bertarung melawan Yin Tianjiao terlebih dahulu, karena hal itu akan terlalu menarik perhatian orang-orang.     

Ye Futian mengangguk dan melangkah ke depan tanpa banyak berkomentar.     

Sosok lainnya berjalan ke depan dari sisi lainnya tepat setelah Ye Futian bergerak. Sosok itu tidak lain adalah Xi Chan, yang bekerja sama dengan Suku Burung Vermillion.     

Dia menatap Ye Futian dengan tajam. Kobaran api yang mengerikan mengalir di dalam matanya. Sekujur tubuhnya memancarkan hawa panas. Tentu saja dia menyadari bahwa Ye Futian juga memiliki Roh Kehidupan matahari, yang menunjukkan bahwa dia mampu menggunakan kemampuan elemen api.     

Xi Chan telah dikalahkan oleh Xia Qingyuan dalam pertarungan di Kota Jianmu, yang menyebabkan klannya kehilangan Kobaran Api Jalur Agung. Dia menganggap kekalahan itu sebagai sebuah penghinaan.     

Saat ini, pertempuran itu pada dasarnya adalah pertarungan antara pengguna kekuatan api. Dia merasa percaya diri bahwa dia tidak akan kalah dari Ye Futian.     

Tidak ada sepatah kata-pun yang diucapkan. Matahari menggantung di atas langit saat Xi Chan muncul di atas medan pertempuran. Sembilan matahari muncul pada saat yang bersamaan di atasnya. Sinar-sinar matahari yang mengerikan ditembakkan dalam sekejap, yang mengandung kobaran api dari Jalur Agung di dalamnya.     

*Boom* Kobaran api langsung menyelimuti sekujur tubuh Ye Futian, seolah-olah dia adalah sebuah tungku dari Jalur Agung, melahap sinar matahari yang ditembakkan ke arahnya.     

Xi Chan mengambil satu langkah, yang mengakibatkan permukaan tanah mengeluarkan suara berdering, dan semakin banyak matahari yang muncul di atas langit dan mengelilingi Ye Futian. Semua matahari itu terus menerus menembakkan aura api dari Jalur Agung ke arah Ye Futian.     

Aura api yang lebih mengerikan dari sebelumnya kini telah muncul, dan tubuh Ye Futian telah berubah sepenuhnya menjadi sebuah tungku dari Jalur Agung. Sinar-sinar api yang ditembakkan terus menerus dilahap oleh tungku tersebut, mencegah serangan-serangan itu membakar tubuhnya.     

Xi Chan membentuk rangkaian segel dengan tangannya dan beberapa matahari kini mengelilingi Ye Futian untuk mendekatinya dalam sekejap seolah-olah semua matahari itu akan bergabung menjadi sebuah matahari yang sesungguhnya.     

Kemudian dia mengeluarkan aura api dari Jalur Agung yang telah ditempanya ke dalam matahari tersebut. Sinar-sinar api yang dahsyat melesat dari matahari itu, membuat Ye Futian, yang saat ini sedang dikepung di dalamnya, merasa bahwa hari kiamat sudah dekat, dan dia akan dilahap oleh matahari tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.