Legenda Futian

Kewaspadaan



Kewaspadaan

1Tampaknya ada sebuah matriks raksasa di atas Istana Matahari.     
2

Pada saat ini, cahaya matahari tidak terbagi menjadi sembilan sinar, tetapi sebaliknya, semua cahaya menyinari Ye Futian dan membantunya untuk membuka gerbang menuju Tanah Leluhur.     

Kobaran api membara di bawah matriks menakjubkan yang terbentuk dari cahaya matahari tersebut. Semua orang yang berada di sekitar mereka mengambil langkah mundur karena kekuatan mengerikan yang terpancar dan mereka tidak berani mendekat.     

Para kultivator dari sembilan suku dan delapan perwakilan yang telah mereka undang bersama mereka kini menatap ke arah Ye Futian dan gerbang itu.     

Para kultivator dari Klan Wu menyaksikan pemandangan itu dengan seksama, terutama Wu Yong; jantungnya berdegup kencang.     

Wu Yong mungkin telah dua kali mengundang Ye Futian. Tetapi pada kenyataannya, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Pemimpin dari Kota Qianye mampu menempa Kobaran Api Jalur Agung dan mengalahkan semua lawannya, terutama Yin Tianjiao, putri dari Kaisar Wu, dan Duan Wuji.     

Tetapi sekarang dia telah berhasil melewati semuanya. Tentu saja dia berharap Ye Futian akan melangkah lebih jauh dan mampu membuka gerbang menuju Tanah Leluhur, sehingga memungkinkan mereka untuk menjejakkan kaki di sana.     

Selama bertahun-tahun, setiap suku yang berhasil memasuki Tanah Leluhur pasti menjadi semakin kuat, dan kekuatan mereka akan meningkat dengan pesat.     

Tentu saja mereka tidak ingin melewatkan kesempatan yang sudah ada di depan mata mereka.     

Alasan mengapa Klan Wu bersekutu dengan Klan Zhu adalah karena kekuatan kedua suku itu mulai meningkat secara perlahan-lahan. Saat menghadapi ancaman dari dunia luar, kesembilan suku itu bertindak sebagai satu kesatuan, tetapi mereka juga akan bersaing satu sama lain.     

Masing-masing suku dari sembilan suku itu sangat ambisius. Setiap suku ingin menyatukan kesembilan suku dan menjadi pemimpin mereka.     

Namun, tanpa memasuki Renhuang Plane, akan sulit untuk membuat delapan suku lainnya mendengarkan dan mematuhi perintah mereka.     

Tetapi bahkan jika mereka tidak bisa menyatukan kesembilan suku, kekuatan mereka akan tetap meningkat setelah memasuki Tanah Leluhur. Wu Yong sudah tidak perlu lagi mempedulikan kultivator dari Klan Zhu itu, maupun mendengarkan perintahnya.     

Saat dia memikirkan hal ini, Wu Yong menyaksikan pemandangan di hadapannya dengan seksama. Dia berharap Ye Futian mampu melakukannya.     

Duan Wuji dan Yin Tianjiao juga sedang menyaksikan Ye Futian beraksi. Mereka semua telah mendengar informasi mengenai reruntuhan Kaisar Kua. Rumor mengatakan bahwa setiap kali reruntuhan itu dibuka, orang-orang akan pergi kesana untuk menjalani ujian. Alasan terbesarnya adalah agar mereka bisa menjadi semakin kuat. Bagi orang-orang yang hendak menempa Kobaran Api Jalur Agung, mereka tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya secara langsung; pertama-tama mereka harus memperdalam pemahaman mereka tentang kekuatan api.     

Tetapi hal yang lebih penting lagi adalah, rumor mengatakan bahwa Kaisar Kua telah meninggalkan sesuatu di dalam reruntuhan. Mereka yang berhak memasuki Tanah Leluhur akan memiliki kesempatan untuk menemukan dan mewarisinya.     

Tentu saja, hanya beberapa orang yang mampu pergi kesana di masa lalu. Tidak ada yang pernah mendengar informasi bahwa ada seseorang yang telah menemukan sesuatu yang ditinggalkan oleh Kaisar Kua di dalam sana.     

Karena itulah, orang-orang masih berdatangan kemari.     

Tetapi tidak ada satu-pun dari mereka yang menyangka bahwa mereka tidak akan bisa melewati gerbang dalam kesempatan kali ini, karena Ye Futian telah mengambil kesempatan tersebut.     

Sekarang mereka hanya bisa menjadi pengamat.     

Baik Duan Wuji maupun Yin Tianjiao berpikir bahwa mengingat bakat yang dimiliki oleh Ye Futian, dia memiliki kesempatan untuk membuka gerbang tersebut. Bagaimanapun juga, mereka menganggap diri mereka sebagai sosok yang luar biasa, dan kini Ye Futian telah mengalahkan mereka menggunakan kekuatan api, jadi mereka tentu saja harus mengakui kekuatannya.     

Pada saat itu, terdapat sebuah matriks suci yang terbentuk dari sinar matahari di depan Istana Matahari. Sinar matahari yang dipancarkan dari matriks itu membantu Ye Futian menempa Kobaran Api Jalur Agung, dan auranya mulai meningkat pesat, hingga menjadi sangat kuat. Tampaknya matriks itu membantunya mencapai puncak dari Jalur Divine dan menempa semua aura api yang telah dia ambil dari lawan-lawannya.     

Bukan hanya matriks itu saja yang membantunya; sosok yang masuk ke dalam tubuhnya sebelumnya telah berubah menjadi Kobaran Api Jalur Agung yang menakjubkan dan ikut membantunya.     

Pada saat itu, Ye Futian telah mencapai batas maksimal dari kekuatannya. Bahkan kini dia mampu bertarung melawan seseorang di tingkat Nirvana.     

Tentu saja, sebagian besar dari kekuatan itu adalah kekuatan eksternal, dan dia memiliki kekuatan tersebut hanya untuk membantunya membuka gerbang menuju Tanah Leluhur.     

Kobaran api matahari melesat ke arah gerbang menuju Tanah Leluhur dan menyelimutinya.     

Namun, gerbang itu tidak bergerak, masih berdiri di tempatnya dengan kokoh, dan kobaran api dari Jalan Agung tidak bisa melelehkannya.     

Ye Futian terus menerus menempa aura api di dalam dirinya. Bahkan dia bisa merasakan bahwa sosok yang memasuki dirinya itu berada di tingkat Nirvana dan sosok itu juga sedang menempa aura api di dalam tubuhnya.     

Pada saat itu, dia merasa bahwa dia berada di titik pusat dari semua Kobaran Api Jalur Agung di area tersebut. Dia mengumpulkan semua kekuatan dari langit dan bumi untuk mencoba dan melelehkan gerbang tersebut.     

Tapi dia masih belum bisa membukanya.     

Waktu berlalu dengan lambat, dan Ye Futian masih duduk di tengah-tengah matriks tersebut, dengan diselimuti oleh kobaran api matahari. Dia sama sekali tidak mengambil jeda dan terus berupaya membuka gerbang tersebut.     

Tidak ada seorang-pun yang mencoba mengganggunya. Para kultivator dari sembilan suku berdiri di tempat masing-masing sambil terus menyaksikan Ye Futian. Mereka semua berada di tingkat Saint dan karena itulah mereka sangat sabar. Pada titik ini, mereka tidak perlu terburu-buru.     

Para kultivator yang telah dikalahkan dalam pertempuran juga tidak pergi meninggalkan tempat tersebut. Mereka juga berdiri di sana dan menyaksikan Ye Futian berjuang.     

Beberapa hari berlalu dalam sekejap mata.     

Namun, tidak ada yang berubah. Kobaran api di dalam tubuh Ye Futian menjadi semakin kuat, tetapi gerbang itu sama sekali tidak terpengaruh akan hal tersebut. Tampaknya itu adalah sebuah gerbang abadi yang tidak akan pernah terbuka.     

Kedua mata Ye Futian tertutup rapat. Dia sedang memikirkan apa masalah yang sedang dia hadapi.     

Dia telah mengambil semua kobaran api dari matriks tersebut. Jika hal itu sudah cukup untuk membuka gerbang tersebut, maka dia pasti sudah berhasil melakukannya sekarang.     

Tetapi gerbangnya masih belum terbuka. Jadi, apa masalahnya?     

"Kobaran Api Jalur Agung milik Kaisar Kua." Ketika Ye Futian memikirkan hal ini, kobaran api memasuki tungku yang telah dibentuk oleh tubuhnya lalu ke dalam auranya.     

Di dalam pikirannya, seorang dewa perang yang berapi-api sedang berdiri di antara langit dan bumi, melahap semua kobaran api.     

Aura Ye Futian bergerak, dengan memanfaatkan kekuatan matriks tersebut, auranya mulai menempa Kobaran Api milik Kaisar Kua.     

Waktu terus berlalu. Ketika seseorang mencapai Saint Plane, kultivasi bisa memakan waktu lama.     

Tidak terasa, Ye Futian telah menempa kobaran api tersebut selama sepuluh hari.     

Beberapa orang yang berada di sana berniat untuk pergi, namun pada akhirnya mereka tetap tinggal, duduk bersila di tempat masing-masing saat mereka berkultivasi.     

Para kultivator dari sembilan suku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Mereka mengetahui seperti apa gerbang menuju Tanah Leluhur tersebut. Gerbang itu memang tidak mudah untuk dibuka.     

Bahkan di antara anggota dari sembilan suku, tidak ada seorang-pun yang mampu membukanya. Itulah sebabnya mereka selalu datang kemari dan mengandalkan kekuatan dari orang asing untuk membukanya. Fakta itu menunjukkan betapa sulitnya membuka gerbang tersebut.     

Pemahaman Ye Futian terhadap aura itu menjadi semakin kuat. Dia sudah cukup lama menempanya. Di dalam pikirannya, dia telah berubah menjadi seorang dewa perang yang berapi-api. Satu sosok telah menyatu ke dalam tungku dari Jalur Agung dan perlahan-lahan semakin membesar.     

Sosok ini terlihat seperti Ye Futian, tetapi itu hanya sebuah ilusi yang terbentuk dari Kobaran Api Jalur Agung.     

Tubuhnya terus membesar dan melahap semua kobaran api di area tersebut. Sementara di atas langit, sinar matahari bersinar semakin terang dan berubah wujud dari sebelumnya. Seolah-olah kobaran api matahari akan mengalir di sepanjang langit dan bumi, menuju dewa perang yang berapi-api itu.     

Waktu terus berlalu, dan kobaran api tampak membara di atas langit. Di atas sosok yang telah dibentuk dari aura itu, cahaya api telah mencapai langit dan menyatu dengan dunia.     

Sebuah ledakan aura yang dahsyat melesat melintasi dunia. Perlahan-lahan, Ye Futian mampu memahami reruntuhan ini secara keseluruhan.     

Setelah beberapa saat, segala sesuatu yang ada di dalam pandangannya telah berubah. Saat ini sepertinya dia melihat satu sosok yang berukuran sangat besar.     

Rasanya seolah-olah dia baru saja memasuki reruntuhan ini, tetapi kini semuanya menjadi jauh lebih jelas.     

Terdapat sebuah wajah raksasa di atas langit, dan matahari yang bersinar terang tampak seperti matanya.     

Sementara deretan awan kemerahan adalah rambutnya.     

Dan reruntuhan yang luas ini tampaknya adalah tubuhnya, dan magma yang berapi-api adalah darahnya.     

Seolah-olah reruntuhan ini telah menyatu ke dalam satu sosok dewa, atau lebih tepatnya, reruntuhan ini, pada kenyataannya, adalah seorang dewa.     

"Apakah itu Kaisar Kua?"     

Ye Futian bertanya-tanya tentang hal ini. Langit dan bumi tampak berubah warna ketika seluruh reruntuhan itu kini berwarna merah. Kekuatan matriks matahari itu telah mencapai batasnya, dan sosok dewa perang yang terbentuk dari Kobaran Api Jalur Agung itu sepertinya akan melahap matahari secara keseluruhan. Terdapat kobaran api yang tak terbatas dimana-mana, dan semua kobaran api itu berubah menjadi energi bagi sosok tersebut.     

Sinar-sinar dari cahaya suci melesat ke arah gerbang itu dan akhirnya menghantamnya disertai dengan suara benturan yang keras. Gerbang itu perlahan-lahan mulai berubah, atau lebih tepatnya gerbang itu seperti meleleh.     

Seluruh bagian dari gerbang itu perlahan-lahan menjadi transparan.     

"Gerbang itu telah terbuka."     

Mata para kultivator dari Klan Wu tampak berbinar.     

Ye Futian berhasil melakukannya. Dia telah membuka gerbang menuju Tanah Leluhur.     

Wu Yong mengepalkan tangannya. Meskipun dia adalah seorang Saint tingkat Flawless Holiness, sudah jelas dia masih merasa sangat gembira dengan hal ini.     

Dia tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan keberuntungan seperti ini dengan mengundang seseorang yang mampu membuka gerbang menuju Tanah Leluhur.     

Dia mendongak ke arah langit yang berwarna merah dan bisa merasakan jantungnya berdegup kencang.     

Akhirnya Klan Wu memiliki kesempatan untuk memasuki Tanah Leluhur.     

"Tuan Ye, gerbang menuju Tanah Leluhur telah terbuka. Tolong izinkan kami, anggota dari Klan Wu, untuk masuk ke dalam. Anda juga boleh masuk, tetapi jangan biarkan orang lain masuk ke dalam sana," ujar Wu Yong pada Ye Futian.     

"Baiklah," jawab Ye Futian. Wu Yong memandang orang-orang di sekelilingnya dan melihat satu sosok yang luar biasa berdiri di sampingnya. Itu adalah sang Tetua dari Klan Wu. Dia memandang ke arah suku-suku lainnya dan berkata, "Kali ini, Klan Wu yang akan memasuki Tanah Leluhur."     

Setelah mengatakan hal ini, semua anggota dari Klan Wu mulai bergerak ke depan.     

Sementara delapan suku lainnya tetap berada di tempat masing-masing. Ini adalah perjanjian yang telah disepakati oleh sembilan suku selama bertahun-tahun, dan mereka akan terus mematuhinya.     

Selain itu, pada saat ini, Ye Futian sedang mengendalikan gerbang menuju Tanah Leluhur dengan bantuan dari matriks. Pada titik ini, dapat dikatakan bahwa Ye Futian berada pada puncak kekuatannya, bahkan dia dapat membunuh seseorang yang telah mencapai tingkat Nirvana.     

Dia adalah sosok yang diundang oleh Klan Wu, dan dengan demikian Klan Wu berhak untuk memasuki Tanah Leluhur.     

"Terbukalah." Ye Futian membuka matanya, dan cahaya yang mengerikan terpancar di matanya. Sebuah lubang yang berapi-api muncul di gerbang menuju Tanah Leluhur. Kemudian Klan Wu berjalan ke depan dan masuk ke dalamnya.     

Begitu mereka semua telah masuk, Ye Futian menghampiri gerbang tersebut dan berubah menjadi seberkas cahaya api yang melesat ke dalam.     

Pada saat berikutnya, matriks yang berada di Istana Matahari telah menghilang. Segala sesuatunya kembali seperti semula. Gerbang menuju Tanah Leluhur kembali memadat dan tertutup rapat.     

Suasana di tempat itu kembali seperti sedia kala. Sementara sang kultivator dari Klan Zhu memiliki ekspresi sedingin es di wajahnya. "Baj*ngan," gumam sosok bertubuh kekar itu.     

Klan Wu telah mengkhianati mereka.     

Jika Klan Wu mematuhi perintah mereka, maka orang yang membuka gerbang menuju Tanah Leluhur itu adalah Yin Tianjiao.     

"Apakah sebaiknya kita pergi, atau haruskah kita tetap menunggu di sini?" tanya Duan Wuji. Nada bicaranya terdengar sangat tenang. Tidak ada suka maupun duka di dalamnya. Seolah-olah semua ini sudah sangat biasa baginya.     

"Kami akan tetap tinggal di sini. Kalian semua boleh pergi," ujar sang kultivator dari Klan Zhong.     

"Apakah kami boleh tetap tinggal dan berkultivasi di sini sebentar?" tanya Yin Tianjiao.     

Kultivator dari Klan Zhu itu mengangguk. "Tentu saja." Duan Wuji memandang Yin Tianjiao, lalu tersenyum. Dia tidak berniat untuk pergi, jadi dia juga memutuskan untuk tetap berada di sana.     

Gerbang menuju Tanah Leluhur telah terbuka. Tidak ada satu-pun dari mereka yang mengetahui apa yang akan terjadi di dalam sana.     

Setelah Ye Futian dan para kultivator dari Klan Wu masuk ke dalam, mereka memandang ke depan dan melihat sebuah tangga di kejauhan, yang mengarah ke atas langit. Bagian ujung dari tangga itu sepertinya adalah tempat dimana matahari berada, yaitu titik tertinggi dari Istana Matahari.     

Para kultivator dari Klan Wu menunggu Ye Futian di bagian depan. Tetua itu menyaksikan Ye Futian berjalan mendekat. Banyak pikiran bermunculan di dalam benaknya.     

Pada titik ini, Ye Futian tidak lagi memiliki kekuatan dari matriks. Tetapi sebuah aura yang luar biasa masih mengalir di sekujur tubuhnya.     

Apa yang baru saja dia dapatkan?     

Setelah membuka gerbang menuju Tanah Leluhur, akankah dia menjadi satu-satunya orang yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan apa-pun yang ditinggalkan oleh Kaisar Kua?     

Ye Futian menyadari tatapan mata yang ditujukan oleh Tetua itu padanya tetapi dia terus menatap ke depan. Ekspresinya tampak sangat tenang, namun dia bisa merasakan sebuah tekad yang kuat.     

Semua peristiwa ini membuat hatinya sedikit berdebar dan membangkitkan rasa kewaspadaan di dalam dirinya.     

Tetua dari Klan Wu ini tidak pernah berbicara dengannya. Mungkinkah dia memiliki rencana tersendiri?     

Menjebak dan mengkhianati seseorang jelas bukan hal baru baginya!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.