Legenda Futian

Ekspetasi



Ekspetasi

1Ketika Ye Wuchen berdiri di tempatnya, dia dapat merasakan aura Pei Min yang begitu luar biasa.     
0

Dia telah meminta Pei Min untuk bertarung melawannya dalam pertempuran ini. Dia tidak memikirkan kemenangan atau kekalahan. Dia hanya ingin menguji ilmu pedang dari salah satu anggota dengan peringkat rendah dari Peringkat Raja Regional, sehingga mampu meningkatkan ilmu pedangnya sendiri.     

Memang dia telah mencapai tingkat Saint Plane, tetapi itu bukan berarti bahwa dia telah mencapai bagian akhir dari jalur kultivasinya.     

Tidak ada batas akhir untuk menjadi seorang pendekar pedang yang lebih baik.     

Sekarang, ketika dia berdiri di hadapan sang pendekar pedang terkenal dari Peringkat Raja Regional, tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk belajar darinya.     

"Mohon bimbingannya." Ye Wuchen memberi hormat dengan pedangnya.     

"Baiklah," jawab Pei Min. Pada saat dia mengatakan hal ini, Ye Wuchen bisa merasakan bahwa seluruh area tersebut telah dipenuhi dengan bilah-bilah pedang.     

Aura yang mengalir di area itu tampaknya telah berubah menjadi bilah-bilah pedang milik Pei Min. Kemana-pun auranya bergerak, maka aura itu akan berubah menjadi sebilah pedang.     

Selain itu dia tampak seperti sebuah gunung pedang, yang merupakan sumber dari ribuan pedang ini.     

Sementara itu, aura pedang milik Ye Wuchen bergejolak saat segel-segel pedang muncul di hadapannya.     

Setiap segel pedang itu tampaknya telah terbentuk dari auranya dan sebuah aliran aura pedang yang sangat kuat mengalir dari tubuhnya. Aura pedang yang tak berbatas itu menyebar ke area yang luas tersebut. Aura itu mengalir di sekitar Ye Wuchen, menjadikan tubuhnya sebagai titik pusatnya. Sementara sebuah aliran aura pedang lainnya muncul di sekitar tubuhnya.     

Jumlah segel-segel pedang itu semakin banyak, yang membuat aura pedang di sekeliling Ye Wuchen menjadi semakin mengerikan. Saat ini dia seperti memiliki kekuatan yang mumpuni untuk menghancurkan Jalur Agung itu sendiri.     

Bahkan ketika dia menyaksikan Ye Wuchen membentuk segel-segel pedang tersebut, Pei Min masih terlihat begitu tenang. Hanya dengan satu perintah dalam pikirannya, segel-segel pedang yang tak terhitung jumlahnya juga muncul di sekitarnya.     

Namun, tampaknya itu adalah segel pedang paling sederhana, karena segel-segel itu hanya terbentuk dari aura pedang.     

Segel-segel pedang itu tidak sekuat segel pedang yang dibentuk oleh Ye Wuchen. Kalau tidak, dia tidak akan mampu membentuk begitu banyak segel pedang dalam waktu sesingkat itu.     

"Aku memiliki dua pemahaman yang berbeda tentang Seribu Kata Kuno. Salah satu di antaranya sama seperti apa yang kalian semua miliki, sementara pemahaman lainnya adalah apa yang kau lihat sekarang: Aku telah menggabungkan pemahaman itu dengan kultivasiku sendiri," ujar Pei Min sambil menatap ke arah Ye Wuchen. "Jika pedangmu dapat menghancurkan pedangku, maka aku akan menganggapmu sebagai pemenangnya"     

Ye Wuchen tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba dia melangkah ke depan, dan dalam sekejap, satu sosok yang terlihat seperti sebilah pedang telah terbentuk. Dia menunjuk ke depan, dan semua segel pedang itu menyatu ke dalam jarinya.     

Tiba-tiba, aura pedang itu mulai berbunyi saat menerjang ke depan.     

Langit dan bumi tampak seperti akan terkoyak oleh aura pedang tersebut. Pedangnya yang mengerikan diayunkan saat Ye Wuchen melesat lurus ke arah Pei Min. Aura pedang terus menerus mengalir di udara dan semua aura itu menyatu dengan tubuhnya lalu berubah menjadi sebilah pedang penghancur.     

Penciptaan pedang ini akan menghancurkan Jalur Agung itu sendiri.     

Semua orang yang berada Gunung Suci sedang menyaksikan pemandangan ini dengan seksama. Sepertinya Ye Wuchen akan memenangkan pertempuran hanya dengan satu serangan.     

Satu serangan pedang yang akan menentukan kemenangan dan kekalahan.     

Dia ingin melihat seperti apa pedang milik Pei Min.     

Pei Min masih berdiri di tempatnya, dengan jubah panjangnya yang berkibar tertiup angin. Terdengar suara yang memekakkan telinga saat aura pedang melesat dari matanya. Dalam sekejap, auranya menyelimuti langit dan bumi.     

Dia masih belum bergerak, tetapi pedangnya telah dikeluarkan.     

Ketika seseorang berada di tingkat Saint Plane, maka aura mereka telah menyatu dengan Jalur Agung.     

Setiap pemikiran mereka menciptakan Dao.     

Dia mampu membuat sebilah pedang dari dirinya sendiri.     

Pei Min melangkah ke depan, dan ribuan segel pedang di sekelilingnya berubah menjadi sebuah badai pedang mengerikan yang menyebar seperti sebuah gelombang cahaya yang menakjubkan ke arah Ye Wuchen.     

Serangan ini tampaknya mengandung kekuatan dari Tablet Seribu Kata di dalamnya.     

Namun, pasti ada perbedaan di dalamnya. Pei Min tidak mungkin telah mengungkap semua misteri dibalik Seribu Kata Kuno dalam waktu sesingkat itu.     

Tapi sepertinya memang itulah kenyataannya.     

Bilah-bilah pedang milik Pei Min mencapai targetnya, dan bertabrakan dengan aura pedang milik Ye Wuchen.     

Ye Wuchen mengerahkan pedangnya ke depan, dan menembus udara. Dalam sekejap, bilah-bilah pedang yang mendekat dihancurkan seolah-olah semua pedang itu tidak mampu menangkis pedang milik Ye Wuchen.     

Tetapi semakin banyak bilah pedang yang mengalir ke arahnya. Bilah-bilah pedang itu seperti tidak ada habisnya.     

Suara yang memekakkan telinga terus menerus terdengar saat semua itu terjadi dalam sekejap mata.     

Pedang penghancur itu memotong bilah-bilah pedang yang mendekat seperti sebilah pisau saat memotong mentega. Tampaknya pedang itu akan menembus aliran pedang tersebut dalam sekejap.     

Tetapi gelombang qi pedang itu telah mempengaruhi momentum pedang milik Ye Wuchen. Bilah-bilah pedang yang mengalir itu tidak hanya memiliki kekuatan yang dahsyat; pada kenyataannya, momentum semua pedang tersebut terus meningkat.     

Cahaya pedang yang tajam terpancar dari mata Pei Min. Kemudian aura spiritualnya memenuhi area tersebut, dan setiap bilah pedang yang dia keluarkan tampaknya memiliki kehendak sendiri saat bilah-bilah pedang itu terus menerus menabrak pedang milik Ye Wuchen. Hal ini meninggalkan kesan yang mendalam dalam benaknya.     

*Brak, Brak, Brak*     

Bilah-bilah pedang itu dihancurkan satu per satu, tetapi momentum mereka terus meningkat. Sementara Ye Wuchen bisa merasakan pergerakan pedangnya melambat.     

Perasaan itu sangat aneh. Pedangnya bergerak sangat cepat sehingga seharusnya bisa menembus apa-pun.     

Namun pada saat ini, Ye Wuchen merasa seperti berada di sebuah lautan pedang. Setiap bilah pedang kini terlihat sangat jelas saat menangkis pedangnya satu per satu.     

Dia terus bergerak ke depan, tetapi dia semakin sulit menggerakkan tubuhnya.     

Pei Min kembali melangkah ke depan. Saat dia melakukan hal tersebut, aliran qi pedang miliknya semakin kuat. Setiap bilah pedang itu lebih mengerikan daripada pedang yang ada di depannya, dan semua pedang itu dikerahkan menuju Ye Wuchen.     

Pergerakan Ye Wuchen telah terhenti. Tampaknya pedangnya akan ditangkis oleh Pei Min.     

Dia mengulurkan tangan kirinya dan menunjuk ke depan. Dalam sekejap, aura pedang yang tak berbatas mengalir ke arah pedang yang berada di depannya dan kini Jalur Agung dunia telah kembali ke pedangnya.     

*Boom* Sepertinya udara akan terbelah menjadi dua bagian.     

Namun ada sebuah aliran qi pedang yang lebih kuat dari sebelumnya telah menantinya.     

*Boom* Sebilah pedang dikerahkan ke bawah, menabrak pedang penghancur tersebut.     

Kemudian pedang kedua, lalu pedang ketiga… Sepertinya bilah-bilah pedang itu tidak ada habisnya.     

Tapi tampaknya Ye Wuchen masih belum menyerah. Dia sudah sangat dekat dengan kemenangan. Pei Min kembali melangkah ke depan, sambil memancarkan cahaya yang tajam dari matanya.     

*Whoosh* Sebilah pedang melesat dari atas kepalanya menuju Ye Wuchen.     

*Brak*     

Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang memekakkan telinga. Ye Wuchen akhirnya berhasil mendekati Pei Min, tetapi udara di hadapan Pei Min dipenuhi dengan bilah-bilah pedang. Pedang penghancur itu akhirnya hancur, dan semua segel pedang yang dibentuk oleh Ye Wuchen kini telah menghilang.     

*Whoosh*     

Pei Min melangkah tepat di hadapan Ye Wuchen, dan sebuah aliran pedang yang mengerikan berhembus ke arah Ye Wuchen. Kemudian dia mengerang kesakitan, tetapi dia menahannya dan tidak berniat untuk mundur. Dia memandang ke arah bilah-bilah pedang dan sosok yang tampak tertandingi di hadapannya tersebut.     

Dia mengetahui bahwa dia kalah telak dalam pertempuran ini.     

Pei Min bahkan tidak benar-benar menggunakan auranya yang begitu kuat. Dia hanya menggunakan pedangnya yang paling sederhana untuk bertarung melawannya.     

Namun, ini adalah adalah ilmu pedang yang dia miliki.     

"Tidak ada seni di dalam ilmu pedang-mu," Ye Wuchen berbisik saat dia menatap ke arah Pei Min.     

"Tepat sekali. Ilmu pedang terkuat di Istana Kaisar Pedang adalah pedang yang mampu mengalahkan pedang lainnya sampai kau berhasil menghancurkan lawanmu, atau mereka akan menghancurkanmu terlebih dahulu," ujar Pei Min pada Ye Wuchen.     

"Bagaimana mungkin pedang yang mampu mengalahkan pedang lainnya dapat dianggap sebagai ilmu pedang?" Ye Wuchen tidak memahami penjelasan Pei Min.     

"Itu karena tekad dan keyakinanmu. Setiap kali kau menghunus pedangmu, tekad dan keyakinanmu akan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Maka dari itu, pedangmu tentu saja juga menjadi semakin kuat," ujar Pei Min.     

Ye Wuchen memikirkan bilah pedang terakhir yang dikeluarkan oleh Pei Min. Itu memang pedang yang mampu mengalahkan pedang lainnya.     

Itu sebabnya aura pedang Pei Min menjadi semakin kuat.     

"Terima kasih atas bimbinganmu," ujar Ye Wuchen sambil membungkuk hormat, menunjukkan rasa hormatnya.     

Tidak ada yang istimewa dari pertempuran tersebut. Keduanya hanya melancarkan satu serangan     

Tetapi dia telah belajar banyak dari hal tersebut.     

Mereka berdua berjalan menjauhi satu sama lain. Sementara itu, banyak orang di Gunung Suci memusatkan perhatian mereka pada Pei Min. Dia memang layak berada di Peringkat Raja Regional. Baik kekuatan maupun auranya begitu luar biasa.     

Mungkin dia mengetahui bahwa Ye Wuchen bukanlah tandingannya, tapi dia masih bertarung melawannya dengan serius, bahkan dia juga mengajarinya tentang ilmu pedang.     

Dia telah melakukan hal ini demi memenuhi permintaan Ye Wuchen untuk belajar lebih banyak tentang ilmu pedang.     

Orang-orang dari Kota Qianye telah bertarung secara berturut-turut, dan mereka akhirnya mengalami kekalahan.     

Namun, semua ini sangat normal. Jika Ye Wuchen mampu mengalahkan Pei Min, maka Peringkat Raja Regional harus dihapuskan.     

Lagipula, Ye Wuchen bukanlah sosok terkemuka pada saat Pertempuran Sungai Merah berlangsung. Tidak peduli seperti apa-pun pemikiran orang-orang, dia tidak akan pernah bisa melampaui sosok seperti Pei Min.     

Ye Wuchen mengetahui hal ini, dan karena itulah dia sama sekali tidak merasa kecewa atas kekalahannya.     

Kemudian dia berjalan ke posisinya semula. Dia tidak terlalu memikirkan kekalahannya. Justru dia sedang memikirkan ilmu pedang yang dimiliki oleh Pei Min.     

Sayangnya, dia tidak cukup kuat untuk membuat Pei Min menampilkan kemampuan terbaiknya. Jika mereka bertarung dalam pertempuran yang sesungguhnya, dia akan bisa belajar sedikit lebih banyak.     

Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki.     

Begitu Ye Wuchen dan Pei Min pergi menjauh, satu sosok lainnya muncul dan berjalan ke bagian tengah dari aula perjamuan. Permukaan tanah di area itu telah hancur, dan bekas pertempuran berada dimana-mana.     

Sosok itu berbalik dan memandang ke suatu arah tertentu.     

Sama seperti sebelumnya, sosok itu juga memandang ke arah orang-orang dari Kota Qianye.     

Tapi semua orang sudah terbiasa dengan hal ini. Mereka tidak lagi terkejut.     

Terlebih lagi, sosok ini memiliki dendam terhadap Kota Qianye. Dia juga berada di Pertempuran Sungai Merah dan dia mungkin datang kemari secara khusus untuk bertindak melawan Kota Qianye.     

Dia adalah Xiang Ze, sang pangeran dari Dunia Kaisar Xiang.     

Sebelum dia datang kemari, Xiang Nan adalah orang yang ditempatkan di sini, dengan didampingi oleh seorang kultivator tingkat Nirvana.     

Namun, kultivator tingkat Nirvana itu telah tewas dalam pertempuran di Kota Qianye. Ye Futian telah membunuhnya.     

Pada saat itu, Xiang Ze belum berada di Dunia Naga Merah dan karena itulah dia tidak menerima Undangan Persik. Tapi dia telah tiba di sini setelah bertarung mati-matian.     

"Beberapa orang telah mencoba untuk menguji kekuatan dari Tuan Ye, dan mereka semua ditolak. Apakah kau bersedia maju ke depan sekarang?" tanya Xiang Ze.     

Yu Sheng, Xia Qingyuan, dan kultivator lainnya menatapnya. Kali ini, Ye Futian tidak meminta mereka bertarung untuknya. Dia melangkah ke depan atas inisiatifnya sendiri.     

Sosok tampak berambut abu-abu itu berjalan ke bagian tengah dari aula perjamuan. Semua orang tampak menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Apakah mereka akhirnya bisa menyaksikan kekuatan sesungguhnya dari pria ini yang namanya telah terkenal di seluruh penjuru Dunia Naga Merah?     

Ye Futian telah bertarung beberapa kali, bahkan seorang kultivator tingkat Nirvana tewas di tangannya, tetapi semua itu tidak dilakukan oleh kekuatannya sendiri.     

Kemudian di reruntuhan Kaisar Kua, dia telah memanfaatkan kekuatan dari Kobaran Api Jalur Agung untuk bertarung.     

Sekarang, bahkan jika dia hanya menggunakan apa yang baru saja dia pahami dari Seribu Kata Kuno untuk bertarung, tetap saja mereka akan bisa melihatnya bertarung secara langsung. Ditambah lagi lawannya sangat kuat. Xiang Ze akan menjadi sebuah rintangan yang cocok untuk menguji kekuatannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.