Legenda Futian

Kemarahan Pelayan Kesembilan



Kemarahan Pelayan Kesembilan

0Kobaran api yang terlihat seperti aliran lava bergejolak dan mengeluarkan suara keras di Sungai Merah, serta membentuk deretan gelombang raksasa.      2

Gelombang berwarna merah menyala itu menerjang ke arah Istana Regional dan tepi sungai. Namun, semua orang tampaknya benar-benar tidak menyadari hal tersebut. Tatapan mata mereka tertuju pada tongkat bintang yang diayunkan tepat di atas bagian pusat dari Sungai Merah.     

Tongkat itu tampaknya juga memukul hati para penonton.     

Ye Futian benar-benar menepati kata-katanya.     

Hanya ada satu di antara mereka yang bisa masuk ke dalam Istana Regional.     

Ye Futian telah mengalahkan Xing Kai.     

Sang pemenang telah membunuh pihak yang kalah.     

"Itu benar-benar sebuah tindakan yang brutal." Chi Shang bergumam dalam hati setelah menyaksikan pemandangan tersebut. Meskipun sejak awal pertempuran itu memang merupakan sebuah pertarungan sampai mati, jika Ye Futian bersedia mengurungkan niatnya untuk membunuh Xing Kai, tidak ada orang lain yang bersedia melakukan hal itu untuknya.     

Ditambah lagi, Pelayan Kesembilan telah menyuarakan ancamannya, namun Ye Futian tetap membunuh Xing Kai di atas Sungai Merah.     

"Dia mengirimkan tantangan ke Kota Kekaisaran Kuno setelah dia setuju untuk bergabung dengan Istana Regional. Mungkin dia telah merencanakan hal ini sejak awal?" banyak orang bergumam dalam hati. Dia hanya perlu membuat Istana Regional menjadi saksi dari pertempuran ini sebelum dia bergabung dengan Istana Regional, dan hal itu akan memastikan bahwa apabila dia mampu membunuh Xing Kai, Pelayan Kesembilan tidak akan bisa berbuat apa-pun padanya..     

Ye Futian sudah lama mengambil keputusan ini.     

Ketika dia dan Xing Kai bertarung di Kota Naga Merah, dia sudah mulai yakin bahwa dia mampu membunuh Xing Kai. Pertempuran ini telah membuktikan keyakinannya itu.     

Sekelompok orang berdiri di tepi Istana Regional, sambil menyaksikan satu serangan itu dikerahkan pada targetnya. Pikiran mereka semua terguncang, dan mereka semua merasa gelisah.     

Pikiran Yin Tianjiao terguncang karena hal tersebut. Dia merasa bahwa dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Pemuda yang pernah bertarung melawannya di reruntuhan Kaisar Kua kala itu berhasil membunuh Xing Kai, sosok yang dikenal tak terkalahkan di antara rekan-rekannya.     

Ekspresi di wajah Shu Zi menunjukkan bahwa dia merasa ketakutan dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak dapat memahami bagaimana semua itu bisa terjadi.     

Dia tidak berani mempercayai apa yang baru saja dia lihat. Sosok yang telah mengalahkan orang-orang dari generasinya di Istana Regional, sosok legendaris yang telah mengalahkannya berkali-kali, pada akhirnya terbunuh oleh seorang Saint tingkat Proving Holiness.     

"Dia menjadi lebih kuat daripada saat dia berada di Kota Naga Merah. Sepertinya dia telah berkembang cukup pesat." Pei Min bergumam dalam hati. Ekspresinya tampak tidak terlalu terkejut, pada saat yang sama dia juga merasa hal itu sangat disayangkan.     

Xing Kai adalah seseorang dengan ketenaran yang sama seperti Pei Min, dan dia akan merasa sangat frustrasi jika terbunuh seperti itu.     

Meskipun sebelumnya dia pernah mengatakan bahwa dia merasa bahwa Ye Futian akan memenangkan pertempuran, dia tidak tahu bagaimana caranya Ye Futian mampu menang melawan Xing Kai, yang merupakan seorang Saint tingkat True Self.     

Namun, dalam pertempuran tersebut, Pei Min melihat bahwa Ye Futian mampu menggunakan kekuatan yang dia dapatkan dari Perjamuan Persik sebagai kekuatannya sendiri, dimana dia telah menggabungkan kekuatan itu ke dalam metode-metode kultivasi miliknya dengan sempurna. Ditambah lagi, dia juga telah mengembangkan sebuah serangan baru— Entropi.     

Xing Kai telah membakar Roh Kehidupan dan darahnya untuk berubah bentuk menjadi Sosok Petarung Penghukum Langit pada saat-saat terakhirnya, tapi Ye Futian juga bergabung dengan bintang-bintang di sekitarnya dan berubah menjadi satu kesatuan, yaitu Sosok Petarung Bintang. Kekuatan di dalam tubuhnya mungkin setara dengan Xing Kai.     

Teknik menggunakan tongkat yang digunakan oleh Ye Futian pada saat-saat terakhir itu membuat orang-orang merasa bahwa setiap serangan yang dikerahkan terasa seolah-olah bintang-bintang sedang dijatuhkan. Pei Min jadi bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika dia adalah orang yang bertarung melawan Ye Futian.     

Dia sedang berpikir apakah pedangnya akan mampu menahan serangan tongkat semengerikan itu.     

Kekuatan pedangnya memungkinan setiap serangannya menjadi lebih kuat dari serangan sebelumnya.     

Namun, teknik menggunakan tongkat milik Ye Futian juga memiliki cara kerja yang sama, dimana setiap serangan akan lebih kuat dari serangan sebelumnya. Ditambah lagi, setiap serangan berikutnya mengandung kekuatan dari serangan sebelumnya. Serangan-serangan itu akan terus berlanjut hingga langit dan bumi runtuh, sehingga sosok petarung milik Xing Kai tidak dapat menahan serangan-serangan itu lagi.     

Kini satu sosok monster lainnya akan bergabung dengan jajaran anggota dari Istana Regional setelah Yu Sheng bergabung belum lama ini.     

Istana Regional jelas memiliki alasan khusus untuk memiliki reputasi sebagai tempat berkumpulnya sosok-sosok paling jenius dan paling mengerikan di Dunia Naga Merah.     

Tapi kembali lagi, itu juga menjadi alasan dari antusiasme orang-orang terkait Istana Regional.     

Dengan disaksikan oleh semua orang, sosok petarung milik Xing Kai telah hancur. Bagaimanapun juga, sosok itu dibentuk oleh tubuh Xing Kai dan merupakan sebuah perwujudan dari daging dan darah yang asli, bukan dari aura Jalur Agung, dimana sosok itu baru diberi kekuatan yang luar biasa setelah terbentuk.     

Namun, sosok itu malah menjadi petaka bagi Xing Kai.     

Ketika tongkat bintang itu diayunkan ke kepala Xing Kai, seolah-olah bintang-bintang di atas langit menghujani tubuhnya. Sosok petarung milik Xing Kai tidak mungkin bisa menahan serangan tersebut, dan kenyataannya benar, sosok itu hancur. Ketika tongkat itu masih berayun di udara, tubuh Xing Kai telah menghilang di atas langit Sungai Merah.     

Di medan pertempuran yang berada di atas Sungai Merah itu, hanya tubuh Ye Futian yang tersisa—dimana dia masih berada dalam bentuk Sosok Petarung Bintang, yang telah menyatu dengan Jalur Agung dan diselimuti oleh cahaya bintang yang tak berbatas.     

Suasana di area yang sangat luas itu kini sangat sunyi. Saat ini hanya suara dari Sungai Merah yang bisa didengar oleh orang-orang.     

Itu hanyalah sebuah momen yang sangat singkat, namun semua orang yang menyaksikan pemandangan itu merasa seolah-olah momen itu telah berlangsung sangat lama. Suara yang dihasilkan oleh Sungai Merah perlahan-lahan menghilang dan sungai itu tidak lagi bergejolak. Namun, airnya terus mengalir dengan ganas. Hawa panas yang dipancarkan oleh Sungai Merah menyebar di sekitar mereka, tetapi kerumunan orang itu tampaknya sama sekali tidak merasakannya.     

Pikiran mereka masih terfokus pada kenyataan bahwa Xing Kai sudah mati.     

Satu sosok legendaris yang namanya telah mengguncang dunia baru saja terbunuh di luar Istana Regional oleh seorang jenius yang muncul secara tiba-tiba.     

Ye Futian menegaskan pada semua orang di Dunia Naga Merah tentang siapa sosok terkuat di generasinya dengan cara membunuh Xing Kai.     

Sebagai seorang Saint tingkat Proving Holiness, dia berhasil membunuh Xing Kai. Itu adalah sebuah pencapaian yang tidak akan pernah bisa dilampaui oleh siapa-pun.     

Udara di atas Sungai Merah saat ini dipenuhi oleh tekanan, seolah-olah sebuah kekuatan yang berapi-api turun dari atas langit dan menyelimuti seluruh bagian dari Sungai Merah.     

Ye Futian bisa merasakan betapa mengerikannya tekanan dari Jalur Agung tersebut. Seolah-olah kekuatan itu adalah sesuatu yang tidak akan bisa digoyahkan, dan kekuatan itu menimpa tubuhnya.     

Namun, ekspresi Ye Futian masih terlihat tenang. Dia mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut.     

Tapi kembali lagi, saat ini mereka berada di Sungai Merah, tepat di luar Istana Regional, dan masih berada di wilayah dari Kota Naga Merah.     

Kerumunan orang yang berada di tepi sungai langsung memisahkan diri. Satu sosok berdiri tegak di sana, dan sosok itu tidak lain adalah Pelayan Kesembilan.     

Dia memandang ke arah Sungai Merah. Kekuatan dari Jalur Agung miliknya menyelimuti area tersebut. Kedua matanya dipenuhi dengan keinginan membunuh yang mengerikan.     

Dia telah menyaksikan Xing Kai tumbuh dewasa dan pemuda itu telah berhasil menjadi seorang Saint tingkat True Self. Posisi tuan mudanya tidak begitu jauh dari tujuan akhirnya, namun Ye Futian telah membunuh tuan mudanya di Sungai Merah.     

Dia menjadi saksi hidup dari perkembangan yang dialami oleh Xing Kai. Meskipun dia adalah pelayan dan pelindung dari pemuda itu, tetap saja usianya lebih tua dari Xing Kai.     

Pemuda itu sangat ulet dan sombong. Darah dari Kaisar Zhan mengalir di dalam nadinya. Dia selalu bercita-cita untuk menjadi sosok terkuat, dan mungkin karena itulah, dia merasa frustrasi karena kalah dari Ye Futian di Perjamuan Persik.     

Dia tidak meninggalkan jejak aura lainnya di dalam tubuh Xing Kai untuk pertempuran kali ini. Setelah menggunakan Segel Dewa Perang di dalam tubuh Xing Kai pada pertempuran sebelumnya, sangat melelahkan baginya untuk meninggalkan jejak aura lainnya di tubuh Xing Kai. Efek sampingnya sangat besar sehingga dapat mempengaruhi dirinya. Kalau tidak, dia bisa saja menggunakan tubuh Xing Kai untuk bertarung.     

Ditambah lagi, pertempuran itu merupakan sebuah pertarungan sampai mati. Istana Regional berada di sana sebagai saksi, dan dia menganggap bahwa meninggalkan jejak aura pada Xing Kai akan sia-sia. Bagaimanapun juga, Ye Futian dapat menggunakan kekuatan eksternal untuk memperkuat kemampuan bertarungnya.     

Pelayan Kesembilan mengira bahwa Xing Kai akan mampu memenangkan pertarungan dengan menggunakan senjata rahasianya dalam pertempuran antara hidup dan mati itu.     

Namun, dengan melihat situasi saat ini, jika Pelayan Kesembilan memilih untuk meninggalkan jejak auranya, setidaknya dia bisa mengulur-ulur waktu untuk Xing Kai, sehingga membuat keinginan membunuh Ye Futian menjadi goyah.     

Jika hal itu benar-benar terjadi, Xing Kai tidak akan tewas terbunuh begitu saja.     

"Pelayan Kesembilan." Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah Istana Regional, bergema di area yang luas tersebut. Sebuah kekuatan yang tidak kalah mengerikan kini juga dapat dirasakan di udara.     

Pada saat itu, semua orang yang berada di tepi sungai bisa merasakan betapa kuatnya dua tekanan tersebut.     

Kini mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Istana Regional. Aura itu hanya bisa dipancarkan oleh satu orang.     

Ye Futian dianggap sangat brutal karena memilih Sungai Merah untuk mengadakan pertarungan tersebut, dan menjadikan Istana Regional sebagai saksi. Dia sama brutalnya pada dirinya sendiri, sama seperti yang dia lakukan terhadap Xing Kai.     

Pihak yang kalah akan tewas terbunuh.     

Ditambah lagi, tidak ada seorang-pun yang bisa ikut campur, termasuk Pelayan Kesembilan.     

Meskipun Xing Kai adalah sosok yang sangat penting bagi Pelayan Kesembilan, namun dia juga memiliki pertimbangan yang membuatnya mampu menahan diri. Tidak mungkin dia akan bertindak nekad dan menyerang Ye Futian saat itu juga.     

"Senior, Kota Kekaisaran Kuno menerima telah menerima tantangan tersebut dan Xing Kai setuju untuk bertarung. Maka dari itu, salah satu pihak pasti tewas terbunuh. Meskipun hal ini sangat disayangkan, namun ini adalah pilihan Xing Kai sendiri." Para penonton menyaksikan Chi Shang menatap ke arah Pelayan Kesembilan.     

Nada bicara Chi Shang sangat sopan. Meskipun dia adalah seorang pangeran, tetap saja Pelayan Kesembilan adalah sosok terkuat di bawah tingkat Renhuang. Dia juga dianggap sebagai seorang Tetua, jadi sang pangeran tetap harus menghormatinya.     

Pelayan Kesembilan memandang ke arah Chi Shang. Dia juga tahu bahwa dia tidak bisa membunuh Ye Futian saat ini juga.     

Xing Kai sudah mati, dan apa-pun tindakannya akan menjadi sia-sia.     

Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, bahkan dia tidak mengancam Ye Futian. Dia berbalik secara perlahan-lahan, lalu melesat di udara.     

"Ayo kita pergi." Tiba-tiba terdengar sebuah suara, kemudian orang-orang dari Kota Kekaisaran Kuno mengikutinya satu per satu dan pergi meninggalkan tempat tersebut.     

Sebelum Xing Kai tewas, Pelayan Kesembilan menahan pergerakan Ye Futian dan mengancamnya untuk melepaskan Xing Kai. Sekarang, karena Xing Kai sudah mati, maka bertindak seperti apa-pun tidak akan ada gunanya.     

Banyak orang menyaksikan Pelayan Kesembilan pergi dan berpikir, 'Sebenarnya apa yang hendak dilakukan oleh Pemimpin Kota Kekaisaran Kuno itu?'     

Dia tidak mungkin membiarkan kematian Xing Kai berlalu begitu saja.     

Ye Futian menyaksikan Pelayan Kesembilan pergi. Kemudian dia mengerutkan keningnya.     

Pelayan Kesembilan adalah sosok yang berada di puncak Plane di bawah Renhuang. Ye Futian bertanya-tanya seberapa mengerikan ancamannya.     

Meskipun dia mengetahui apa yang akan terjadi, namun tetap saja dia memilih untuk membunuh Xing Kai.     

Baik itu keinginan membunuh dari Xing Kai maupun Pelayan Kesembilan, semuanya menjadi tidak bisa dihindari lagi.     

Karena itulah, dia merasa perlu untuk mengatasi ancaman itu sesegera mungkin.     

Sekelompok orang naik ke udara setelah Pelayan Kesembilan pergi dan mengikutinya dari belakang. Mereka adalah orang-orang dari Kota Kekaisaran Kuno yang dibawa oleh Gai Huang bersamanya.     

Ekspresi Gai Huang juga terlihat muram. Dia menghampiri Pelayan Kesembilan dan tidak mengatakan sepatah kata-pun.     

Dia juga bertanggung jawab atas kematian Xing Kai.     

Ketika Xing Qiu berpartisipasi dalam Pertempuran di Kota Qianye, serta saat Xing Kai bertarung melawan Ye Futian, dia hadir di kedua kesempatan tersebut. Dapat dikatakan bahwa dia telah memberikan persetujuan atas semua tindakan tersebut.     

Karena itulah, dia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi.     

Xing Qiu juga terdiam. Dia tampak linglung.     

Kakaknya telah tewas terbunuh.     

"Gai Huang, bawalah Xing Qiu dan yang lainnya kembali ke Kota Kekaisaran Kuno," ujar Pelayan Kesembilan.     

Gai Huang tampak tercengang. Dia memandang ke arah Pelayan Kesembilan dan berkata dengan suara pelan, "Tuan."     

"Tolong jaga Xing Qiu baik-baik," ujar Pelayan Kesembilan sebelum dia pergi menuju ke tempat lain, menjauhkan dirinya dari Gai Huang.     

"Baik, tuan," jawab Gai Huang dengan suara pelan. Kemudian dia menatap sosok yang baru saja pergi. Gai Huang tentu saja mengetahui kemana dia pergi.     

Meskipun dia adalah sosok nomor satu di luar Kota Naga Merah, dia selalu menempatkan dirinya sebagai seorang pelayan di hadapan Xing Kai dan Xing Qiu, dimana dia menyapa mereka sebagai tuan mudanya.     

Jika seorang majikan dihina oleh seseorang, maka sang pelayan akan bersedia untuk mati. Melihat situasi saat ini, Pelayan Kesembilan akan melakukan hal yang sama karena tuan mudanya telah tewas terbunuh.     

Gai Huang sangat mengenal sosok dari Pelayan Kesembilan. Meskipun dia sangat terkenal di Dunia Naga Merah, dipuja oleh orang-orang, dan disebut sebagai Pemimpin Kota nomor satu, namun semua itu tidak penting bagi Pelayan Kesembilan. Dia juga tidak peduli tentang pendapat dunia terhadap dirinya.     

Harga diri tidak berarti apa-apa baginya.     

Hal yang dipedulikan oleh Pelayan Kesembilan hanyalah Xing bersaudara.     

Xing Kai, yang memiliki potensi terbaik di antara saudara-saudaranya, kini telah tewas terbunuh.     

Orang-orang bisa membayangkan seperti apa kemarahannya saat ini.     

Dia tidak peduli pendapat dunia tentangnya. Satu hal yang ingin dia lakukan saat ini adalah membalas dendam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.