Legenda Futian

Kalah dan Melarikan Diri



Kalah dan Melarikan Diri

3Cahaya yang menyilaukan itu perlahan-lahan menghilang, dan seseorang muncul di udara.      3

Sosok itu tidak lain adalah Pelayan Kesembilan.     

Salah satu lengannya terputus. Aura pedang itu telah menembus tubuhnya dan menodai pakaiannya dengan warna merah.     

Wajahnya tampak pucat, dan sepertinya ada darah di sudut mulutnya.     

Namun, kedua matanya masih tampak dalam dan mengerikan, sambil memancarkan hawa dingin yang mengerikan.     

'Jadi ini adalah hadiah yang disiapkan oleh Ye Futian untukku, huh?' pikirnya dalam hati.     

Sebilah pedang yang telah dipersiapkan dengan sempurna itu tidak hanya mengoyak lengan kanannya saat menghantam tubuhnya. Kekuatan Space-tearing yang terkandung di dalam pedang itu juga berusaha untuk mencabik-cabik sekujur tubuhnya. Ditambah lagi, aura pedang yang mengerikan itu memang berhasil melukainya; Namun, dia telah menekan daya serangnya secara paksa dengan menggunakan kekuatan dari Jalur Agung miliknya dan mencegah tubuhnya tercabik-cabik oleh serangan tersebut.     

Saat ini dia telah terluka parah.     

Dia menatap ke depan, dan seorang wanita berpakaian putih, yang tampak seperti remaja, berdiri di tempatnya dengan darah di sudut mulutnya. Sekujur tubuhnya diselimuti oleh aura pedang yang menakjubkan. Seolah-olah dia adalah sebuah perwujudan dari pedang itu sendiri.     

Dia tidak menyangka bahwa dia akan terluka parah. Lebih buruk lagi, dia mengalami luka parah seperti itu tidak lama setelah dia melangkahkan kaki ke Kota Qianye.     

Meskipun kematian Xing Kai sangat menyiksanya, namun tuan mudanya memang telah menjalani sebuah pertempuran yang sulit untuk diatasi.     

Pelayan Kesembilan telah melindungi Xing Kai selama bertahun-tahun. Bakat dan pola pikir Xing Kai sudah tidak perlu diragukan lagi, namun tetap saja dia tidak memiliki semangat juang yang tinggi. Itu karena Xing Kai tidak pernah mengalami keputusasaan yang sesungguhnya, dan dia tidak pernah berada di situasi antara hidup dan mati sebelumnya.     

Sementara Ye Futian tampaknya memiliki semangat juang yang tidak dimiliki oleh Xing Kai. Dia bersikap tegas setelah mengkonfirmasi status mereka sebagai musuh bebuyutan satu sama lain. Kemudian dia mengajukan tantangan untuk bertarung sampai mati pada Xing Kai, yang diadakan di Sungai Merah. Pada saat yang bersamaan, Ye Futian juga menyiapkan perangkap mematikan yang telah menunggu Pelayan Kesembilan di Kota Qianye.     

Dia tahu betul apa yang harus dia lakukan untuk melenyapkan ancaman di sekitarnya, dan dia berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan musuh-musuh yang mengancamnya. Jika dibandingkan dengan Ye Futian, Xing Kai memang lebih lemah dalam berbagai aspek, tidak hanya sekedar bakatnya.     

Ditambah lagi, selain para kultivator tingkat Nirvana dari Sembilan Suku yang dipaksa tunduk padanya, dia juga memiliki beberapa sosok seperti itu yang bersedia untuk melindungi dan bertarung untuknya.     

Itu juga merupakan sesuatu yang tidak dimiliki oleh Xing Kai. Contohnya adalah, wanita berpakaian serba putih yang berada tepat di hadapan Pelayan Kesembilan itu mengetahui betapa berbahayanya untuk bertarung melawan Pelayan Kesembilan.     

Namun, dia melancarkan serangannya tanpa ragu-ragu. Bahkan dia juga melancarkan serangan keduanya.     

Matriks pedang dari Jalur Agung mengitari tubuhnya, dimana dia—titik pusatnya—berdiri di bagian tengah. Kemudian dia melesat melintasi langit, dan matriks pedang yang berputar-putar itu diselimuti dengan kilatan pedang yang tak berbatas. Proses penyatuan itu terus berlanjut hingga akhirnya membentuk sebilah pedang, yang kemudian diayunkan ke arahnya.     

Tatapan mata wanita itu sedingin es dan dipenuhi oleh tekad. Tidak ada sedikit-pun keraguan di dalam matanya. Seolah-olah dia hanya memfokuskan diri pada targetnya, dan dia bertekad untuk membunuhnya.     

Serangan itu datang dengan sangat cepat saat melesat menembus ruang hampa. Hanya diperlukan satu perintah dari pikirannya untuk melancarkan serangan tersebut.     

Namun, Pelayan Kesembilan bereaksi dengan cepat. Dia menghindar sepersekian detik sebelum kilatan pedang itu tiba. Rentetan guncangan yang mengerikan muncul di sekelilingnya meskipun dia hanya mengambil satu langkah kaki. Gempa bumi yang mengerikan terjadi di sekitarnya seolah-olah mereka mampu menghentikan setiap kekuatan yang mendekatinya.     

Cahaya pedang yang diarahkan padanya itu langsung dihancurkan. Hanya pedang yang bersinar terang di bagian tengah yang terus bergerak di lintasannya.     

Pelayan Kesembilan mengangkat lengan kirinya dan sosoknya kini berubah menjadi sebuah bayangan. Pergerakannya menjadi sangat cepat, sehingga sulit untuk melacak posisinya dengan mata telanjang.     

*Klang*     

Pedang itu tiba, dan Pelayan Kesembilan mengulurkan tangannya lalu mengarahkan jarinya ke depan, yang mendarat tepat di ujung bilah pedang tersebut.     

Cahaya pedang yang menyilaukan itu kini berubah menjadi sebuah badai pedang yang mengerikan dan bergerak menuju targetnya. Matriks pedang itu bermaksud untuk menembus pertahanannya dan melukai tubuh Pelayan Kesembilan dari belakang, namun Yaya bisa merasakan bahwa Pelayan Kesembilan berdiri di tempatnya seolah-olah dia adalah sang penguasa dari area di sekitar mereka. Kekuatan dari satu jari itu mengandung kekuatan dari Jalur Agung di sekeliling mereka.     

*Boom, Boom, Boom* Matriks pedang itu hancur tak bersisa dan pedang milik Yaya juga hancur. Dia mengerang kesakitan. Sepertinya tubuhnya telah mengalami guncangan keras, dan dia terhempas ke belakang. Namun Yaya memanfaatkan kekuatan dari gelombang kejut yang dihasilkan untuk pergi meninggalkan medan pertempuran dalam sekejap dan terbang ke suatu tempat yang jauh.     

Dia memuntahkan darah saat tubuhnya goyah dan wajahnya tampak pucat.     

Dia tahu bahwa bahkan jika dia berada di puncak Plane-nya bertahun-tahun yang lalu, dia tetap tidak akan bisa menghadapi Pelayan Kesembilan.     

Bagaimanapun juga, Pelayan Kesembilan adalah sosok yang dikenal telah mendekati Renhuang Plane.     

Salah satu lengannya terputus, dan dia terluka parah, namun dia tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Dia justru melancarkan serangan balasan hanya dengan mengangkat lengan kirinya.     

Tapi kembali lagi, Yaya bukanlah satu-satunya kultivator yang bertarung dalam pertempuran tersebut.     

Pelayan Kesembilan bisa merasakan sebuah tekanan yang mengerikan datang dari atas langit begitu Yaya melarikan diri.     

Dia mendongak dan melihat Saint Star Plucking mengerahkan kepalan tinjunya dari atas langit. Sepertinya bintang-bintang sedang berjatuhan dan mengoyak langit di bawahnya. Pelayan Kesembilan sudah bisa merasakan kekuatan yang sangat tangguh dari satu serangan tersebut.     

Dia dan Saint Star Plucking pernah bertarung sebelumnya. Jika dia berada di kondisi terkuatnya, maka Saint Star Plucking tidak mungkin bisa melawannya. Lawannya itu pasti akan melarikan diri dengan panik.     

Meskipun demikian, Saint Star Plucking tetap saja sosok yang sangat tangguh, terutama dalam aspek kekuatan, dimana dia mampu menggabungkan kekuatan bintang pada setiap serangannya.     

Saat ini, Saint Star Plucking mengaktifkan Sosok Petarung Bintang miliknya. Sekujur tubuhnya tampak menyilaukan, dan kepalan-kepalan tinjunya terasa lebih mengerikan dari sebelumnya. Seolah-olah semua kepalan tinju itu hendak meruntuhkan langit.     

Pelayan Kesembilan melesat di udara, dan tubuhnya bergerak ke atas langit. Alih-alih menghindar, dia langsung menerjang ke dalam serangan-serangan yang dilancarkan oleh Saint Star Plucking.     

Dia mengulurkan lengan kirinya dan membuat gerakan mencengkeram di udara. Dalam sekejap, sebuah jejak telapak tangan raksasa muncul di atas langit dan menghantam bintang-bintang di sekitarnya, sehingga membuat langit berbintang itu berguncang.     

*Boom* Serangan-serangan dari Saint Star Plucking mengenai targetnya, namun pada saat itu juga, Pelayan Kesembilan mengayunkan lengannya. Seolah-olah bayangan telapak tangan yang tak terhitung jumlahnya dikerahkan gelombang demi gelombang, berusaha menangkis rentetan serangan yang diarahkan padanya.     

Namun, deretan gelombang telapak tangan itu terus-menerus dihancurkan. Sementara Saint Star Plucking terus bergerak ke bawah, dan sepertinya tidak lama lagi dia akan tiba di hadapan Pelayan Kesembilan.     

Kemudian Pelayan Kesembilan mengerahkan serangan telapak tangan pamungkasnya. Dalam sekejap, ribuan telapak tangan dari Jalur Agung bergabung menjadi satu kesatuan. Rentetan gelombang kekuatan dari Jalur Agung menghancurkan bintang-bintang di sekitar mereka, sehingga membuat bintang-bintang itu terus menerus meledak.     

Namun, pada saat yang bersamaan, kepalan tinju dari Saint Star Plucking tiba. Segala sesuatu yang terjebak dalam pertarungan antara kedua pria itu meledak tanpa henti. Pelayan Kesembilan terlempar ke bawah oleh kekuatan yang dihasilkan.     

Wu Yong dan tiga pemimpin suku lainnya dari Sembilan Suku, serta Shen Tianzhan, semuanya berada di tingkat Nirvana. Mereka sudah lama mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi, dan sudah jelas mereka tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Mereka tidak perlu berkomunikasi satu sama lain, karena mereka mampu bekerja sama dengan sangat baik.     

Pedang Suci Burung Vermilion tampak melesat menembus langit, dengan dipenuhi oleh kobaran api suci yang dahsyat dari Burung Vermilion.     

Wu Yong mengaktifkan Sosok Petarung Zhonglou dan mengerahkan rentetan serangan telapak tangan dari Jalur Agung ke bawah dan membakar langit di sekitar mereka.     

Sementara itu, para pemimpin suku, baik itu Suku Beili maupun Suku Nanli melancarkan serangan bersama dengan Shen Tianzhan. Dalam sekejap, Kobaran Api Jalur Agung yang mengerikan telah melahap langit di sekitar mereka. Mereka semua adalah kultivator-kultivator tingkat Nirvana yang tangguh dengan keistimewaan masing-masing, dan pada saat itu, mereka semua melancarkan serangan pada Pelayan Kesembilan.     

Orang-orang yang berada di kejauhan menyaksikan pertempuran tersebut. Hanya para Saint yang berani mengamati pertempuran semacam itu. Bahkan para Saint bisa merasakan jantung mereka berdegup kencang saat menyaksikan apa yang sedang terjadi di atas sana.     

Pertempuran tingkat tinggi semacam itu sangat jarang terjadi.     

Pelayan Kesembilan, Pemimpin Kota Kekaisaran Kuno, saat ini sedang dikeroyok oleh para kultivator tingkat Nirvana dari Kota Qianye, berusaha untuk memastikan bahwa sang Pemimpin Kota nomor satu di luar Kota Naga Merah tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari Kota Qianye.     

Serangan-serangan yang mengerikan menyelimuti langit di tempat Pelayan Kesembilan berada. Tidak lama kemudian, mereka hanya bisa mendengar suara erangan, dan sosok Pelayan Kesembilan tidak bisa ditemukan dimana-pun.     

Hati para penonton terus berdebar kencang. Mereka semua bertanya-tanya apakah Pelayan Kesembilan akan tewas terbunuh di Kota Qianye.     

Meskipun Ye Futian telah menyiapkan pertempuran itu dengan matang, namun apa yang telah terjadi saat ini juga diakibatkan oleh kepercayaan diri Pelayan Kesembilan yang terlalu berlebihan dan bagaimana dia meremehkan lawan-lawannya. Dia terlalu percaya diri pada kekuatannya. Tapi kembali lagi, dia memang sangat tangguh.     

Hanya saja dia tidak menyangka bahwa dia akan terluka parah akibat satu matriks pedang begitu dia muncul di Kota Qianye.     

 "Huh?"     

Saat ini para penonton bisa merasakan sebuah kekuatan yang tak berbentuk. Kekuatan itu membuat darah mereka mendidih, dan jantung mereka berdegup kencang.     

Mereka merasa ada bahaya mengerikan yang semakin mendekat. Seolah-olah area luas di sekitar mereka telah diselimuti oleh kekuatan tak berbentuk dari Jalur Agung.     

"Ini kekuatan dari Pelayan Kesembilan, menyingkir sekarang juga!" Mereka yang menyaksikan pertempuran dari kejauhan bergegas mundur dengan panik. Meskipun mereka sudah berada sangat jauh dari medan pertempuran tersebut, mereka memilih untuk terus menjauh.     

Kekuatan itu sangat dahsyat, sehingga jika mereka mendekat, maka mereka akan hancur lebur dalam sekejap.     

"Awas!" Saint Star Plucking berteriak. Setelah itu terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga. Semua serangan yang mengepung Pelayan Kesembilan kini telah hancur tak bersisa. Badai-badai yang mengerikan menyelimuti tempat tersebut, dan langit ikut berguncang. Deretan gelombang dari badai-badai yang mengerikan itu menyebar untuk menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka saat mereka menghantam para kultivator tingkat Nirvana dari Kota Qianye dengan keras.     

Mereka semua merasa seolah-olah jiwa mereka akan tercabik-cabik. Darah mereka bergejolak dan aura di dalam tubuh mereka bergetar hebat.     

Banyak suara erangan terdengar, dan mereka semua terhempas ke udara. Sementara orang-orang yang menyaksikan pertempuran dari kejauhan memuntahkan darah, karena mereka menerima dampak serangan yang mengerikan.     

Kemudian sosok Pelayan Kesembilan muncul kembali, dan tubuhnya seperti telah menyatu dengan langit. Badai-badai yang tak berbentuk menekan area di sekitar mereka dengan membawa kekuatan yang dahsyat di dalamnya.     

Namun, Saint Star Plucking kembali melancarkan serangan dari atas langit, langsung diarahkan menuju Pelayan Kesembilan. Sosok itu sudah terluka parah, namun dia masih bisa menggunakan kekuatan sebesar itu. Hal itu menunjukkan bahwa dia juga dalam kondisi yang buruk.     

Yan Yuan dan kultivator lainnya terus bergerak menuju target mereka, sambil melancarkan serangan dari jarak jauh.     

Namun, Pelayan Kesembilan terlihat menghentakkan kakinya dengan keras di udara dan kembali mengerahkan badai ke depan. Kemudian dia mengangkat lengan kirinya dan melancarkan serangan pada Saint Star Plucking, menghentikan pergerakannya secara paksa.     

*Boom* Pelayan Kesembilan kembali mengambil langkah di udara, dan hati banyak orang berdebar kencang. Mereka semua terhenti di tempat masing-masing. Dengan satu langkah itu, Pelayan Kesembilan melesat ke udara dan menerobos kepungan para kultivator, lalu pergi ke kejauhan.     

Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia tidak berniat untuk bertarung lebih lama lagi, dan berniat untuk pergi meninggalkan medan pertempuran. Meskipun dia mampu melukai para kultivator tingkat Nirvana itu, namun bukan berarti dia mampu membunuh mereka dengan mudah. Jika dia tetap melanjutkan pertarungan, maka konsekuensinya akan sulit untuk diprediksi.     

Mungkin saja dia akan mati di sana.     

Semua orang berbalik dan berniat untuk mengejarnya, tetapi pada saat itu mereka mendengar Saint Star Plucking berkata, "Biarkan dia pergi."     

Semua orang mengurungkan niat mereka setelah mendengarkan kata-katanya. Saint Star Plucking menyaksikan Pelayan Kesembilan pergi ke kejauhan. Akhirnya dia memuntahkan darah yang telah dia tahan untuk beberapa saat. Cairan berwarna merah itu jatuh ke permukaan tanah, namun dia terus bergerak ke depan, bayangannya perlahan-lahan berubah menjadi samar.     

Saint Star Plucking tahu bahwa Pelayan Kesembilan telah terluka parah. Jika tidak, dia tidak akan melarikan diri seperti itu.     

Meskipun Pelayan Kesembilan terluka parah, jika mereka mengejarnya dan bertekad untuk membunuh pria yang berada di puncak Nirvana Plane itu, setidaknya setengah dari mereka mungkin akan tewas terbunuh.     

Serangan terkuat yang bisa mereka keluarkan adalah satu bilah pedang tersebut. Tidak ada serangan lanjutan yang mampu membunuh Pelayan Kesembilan. Sangat sulit untuk membunuhnya setelah mereka melancarkan serangan terkuat tersebut.     

Itu sangat disayangkan.     

Tetapi kembali lagi, mereka memperoleh banyak keuntungan dari pertempuran tersebut. Pelayan Kesembilan kini terluka parah, dan dia akan membutuhkan waktu cukup lama untuk memulihkan diri. Ditambah lagi, Pelayan Kesembilan akan menyadari dari pertempuran itu bahwa Kota Qianye memang memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mengguncangnya, sehingga dia akan berpikir dua kali sebelum berencana melawan mereka lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.