Legenda Futian

Orang Bijak Harus Terus Berjuang



Orang Bijak Harus Terus Berjuang

0Raja Tiandao menghampiri pagoda tersebut. Kemudian auranya masuk ke dalamnya dan menyebabkan pagoda itu berputar. Cahaya berwarna emas menyinari pagoda itu seperti sambaran-sambaran petir.      1

Di luar pagoda, bayangan naga emas suci tampak mengitarinya dan perlahan-lahan berubah menjadi seperti seekor naga yang sesungguhnya.     

Semakin banyak bayangan pagoda terus-menerus dikerahkan menuju sosok raksasa milik Ye Futian.     

Semua orang yang berada di sana terdiam saat menyaksikan pemandangan yang terjadi di hadapan mereka.     

Ini adalah pertaruhan antara Kaisar Li dan Ye Futian, yang mungkin akan menentukan nasib dari Penasihat Kekaisaran.     

Penasihat Kekaisaran memandang sosok yang berada di hadapannya. Tubuh dari pemuda berwajah tampan itu kini menjadi sangat besar dan menjulang tinggi. Tampaknya dia berusaha melindungi lelaki tua tersebut.     

Sebuah badai menerjang ke arah mereka dan membuat rambutnya yang berwarna putih berkibar tertiup angin.     

Namun, dia belum menggunakan kekuatannya sedikit-pun. Kekuatannya telah dihancurkan secara permanen, jadi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan semuanya terjadi di depan matanya.     

Cahaya dari pagoda itu sangat menyilaukan di dalam area yang menyesakkan tersebut. Setelah waktu berlalu cukup lama, Raja Tiandao akhirnya mampu mengendalikan pagoda itu seutuhnya. Kemudian dia melangkah ke depan dengan ekspresi sedingin es di wajahnya dan dia menatap ke arah Ye Futian.     

Dia tahu mengapa Kaisar Li melakukan hal ini. Kekuatan pembunuh sejati dari pagoda ini tidak berada pada penampilan luarnya.     

Selama Ye Futian menyetujui tantangan ini, dia pasti akan tewas terbunuh.     

Bahkan jika dirinya adalah orang yang harus menahan tiga serangan yang akan dilancarkan ketika dia mengaktifkan pagoda tersebut, dia tetap akan berada dalam bahaya. Jadi, bahaya seperti apa yang menanti Ye Futian, dimana dia hanya seorang Saint tingkat True Self?     

Ketika Ye Futian tewas, maka orang-orang dari Dunia Naga Merah juga akan melarikan diri. Mereka tidak mengenal Penasihat Kekaisaran atau bahkan Kaisar Xia. Mereka bukanlah bawahan dari Kaisar Xia, jadi mereka tidak perlu mengorbankan nyawa mereka untuknya.     

Terlebih lagi, Kaisar Xia sendiri tidak akan berani mempertaruhkan nyawa semua pasukannya di sini untuk menyelamatkan Penasihat Kekaisaran.     

"Matilah!" ujar Raja Tiandao dengan suara pelan. Akhirnya dia melancarkan serangan. Kemudian terdengar suara yang keras saat sosok-sosok suci yang menyilaukan dikeluarkan dari pagoda tersebut.     

*Boom*     

Sebuah suara yang mengejutkan terdengar saat tubuh raksasa Ye Futian dihantam oleh pagoda raksasa yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Sambaran petir penghancur yang tak berbatas menyerang tubuhnya, dan dia sepertinya akan dihancurkan oleh sebuah tekanan yang mengerikan.     

Naga itu meraung saat Ye Futian mengangkat kepalanya. Sepertinya dia telah muncul di area tengah dari pagoda tersebut. Naga emas suci itu menerjang ke bawah sambil meraung dan langsung menerobos masuk ke dalam pikirannya, berusaha menyerang aura spiritualnya. Raungan dari naga suci itu berusaha mengguncang jiwanya.     

*Krak, Krak, Krak* Perlahan-lahan, banyak retakan bermunculan pada tubuh raksasa Ye Futian. Pikirannya berguncang, dan dia merasa sangat ketakutan saat tubuhnya nyaris dihancurkan.     

Terlalu kuat. Kekuatan ini tidak hanya akan menghancurkan tubuhnya; namun juga akan menghancurkan aura spiritualnya.     

Jadi ini adalah sebuah Senjata Pemusnah Massal.     

Tubuh raksasa Ye Futian bahkan tidak mampu menahan satu serangan-pun. Hati semua orang berdebar kencang saat mereka menyaksikan pemandangan tersebut.     

Tatapan mata Kaisar Xia tampak sedingin es saat dia menyaksikan penampilan Ye Futian. Seolah-olah dia siap untuk turun tangan kapan saja.     

Jika Ye Futian tidak mampu menahan kekuatan tersebut, maka dia akan turun tangan, bahkan jika tindakannya itu akan menyulut perang. Dia tidak bisa melihat Ye Futian mati begitu saja.     

Ye Futian telah membuat pertaruhan, tapi sang Kaisar tidak ingin dia mengorbankan hidupnya.     

"Lanjutkan," ujar Kaisar Li. Suaranya terdengar begitu tenang. Dia tidak menyuruh Raja Tiandao untuk berhenti.     

Jika dia ingin membunuhnya, dia harus terus membombardirnya dengan serangan dan tidak memberi Ye Futian kesempatan untuk beristirahat. Dia harus benar-benar menghancurkannya.     

Dia harus menghancurkan tubuhnya dan mengoyak jiwanya.     

Tidak peduli betapa berbakatnya Ye Futian, hari ini dia akan tewas terbunuh.     

"Baiklah," jawab Raja Tiandao. Kemudian dia kembali melancarkan serangan yang mampu membelah bumi dan menghancurkan langit. Cahaya suci dari Jalur Agung yang tak berbatas berkumpul di satu tempat dan menyinari pagoda tersebut.     

Pagoda itu tampaknya menjadi semakin tinggi dan berputar di atas kepala Ye Futian. Semua serangan itu dikerahkan pada Ye Futian. Setiap serangan sangatlah akurat, dan tidak ada sedikit-pun kekuatan yang terbuang sia-sia.     

Beberapa Saint tingkat Flawless Holiness di samping Kaisar Li sedang melindungi Penasihat Kekaisaran dengan aura mereka. Meskipun serangan itu sangat akurat dan tidak akan mengenainya secara kebetulan, namun kondisi Penasihat Kekaisaran saat ini sangat lemah sehingga dia tidak akan mampu menahan serangan selemah apa-pun.     

Sebelum Kaisar Li membuat keputusan, mereka tidak bisa membiarkannya mati di sini.     

Cahaya suci yang tak berbatas itu berubah menjadi pagoda lainnya yang mengelilingi Ye Futian. Pagoda-pagoda emas itu berputar dan meratakan segalanya, serta terus menerus menyerang Sosok Petarung Zhonglou miliknya.     

Badai penghancur yang mengerikan itu tampaknya berada di tingkat Nirvana dan kekuatannya terus meningkat.     

Sementara itu, Sosok Petarung Zhonglou milik Ye Futian tampaknya akan hancur, dan kedua kakinya seperti sudah tidak dapat menopang tubuhnya saat dia diserang oleh kekuatan yang mengerikan tersebut. Tampaknya sosok itu akan hancur.     

Lengan yang diselimuti oleh Kobaran Api Jalur Agung yang tak ada habisnya dikerahkan ke permukaan tanah untuk menopang tubuhnya, tetapi cahaya penghancur yang mengerikan itu menghancurkan lengan-lengan tersebut.     

*Boom*     

Ye Futian hanya bisa merasakan bahwa pagoda suci itu dikerahkan padanya. Aliran lava sepertinya telah terbentuk dari Kobaran Api Jalur Agung miliknya, lalu berubah menjadi benda padat yang tidak bisa dihancurkan. Tapi retakan masih bermunculan di dalamnya. Hal yang lebih buruk lagi adalah, tubuhnya relatif tidak terluka jika dibandingkan dengan apa yang dia alami dalam pikirannya.     

Sambil menyaksikan pagoda dan kobaran api menari-nari di depan matanya, jubah yang dikenakan oleh Penasihat Kekaisaran berkibar tertiup angin. Dia memandang ke arah Sosok Petarung yang sedang dihancurkan di hadapannya.     

Tiba-tiba, dia memikirkan pertempuran besar yang terjadi sebelumnya.     

Pada saat itu, dia sangat dikagumi oleh Kaisar Li. Jadi, ketika dia memasuki Dinasti Dali, dia dinobatkan sebagai Penasihat Kekaisaran. Dia telah mengabdi pada Dinasti Dali dan melatih banyak kultivator. Saat ini, banyak kultivator hebat dari Dinasti Dali pernah berada di bawah bimbingannya.     

Dia tidak ingin melihat masa depan Dinasti Dali mengalami kehancuran seperti yang pernah dia hadapi. Pada saat yang bersamaan, ketika reputasi Dinasti Dali semakin meningkat, dia telah merekrut beberapa murid dan menemukan tempat tinggal untuk Feixue. Dia mengira hidupnya akan selalu seperti itu. Jika dia mampu melindungi Dinasti Dali dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan Feixue, dia sudah cukup puas dengan hal tersebut.     

Karena Feixue menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, keduanya jarang menghabiskan banyak waktu bersama.     

Hari-hari telah berlalu seperti ini selama bertahun-tahun. Tetapi karena Feixue selalu berada dalam kondisi tertidur, dan masih terlihat sangat muda, dia harus berjuang seorang diri untuk melindungi Feixue.     

Namun, kemunculan Ye Futian telah mengubah segalanya.     

Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki takdir tersendiri. Pada akhirnya, mustahil segalanya akan berjalan sesuai keinginannya.     

Tetapi bagaimanapun juga, segala sesuatu yang terjadi sebelumnya telah ditakdirkan untuk terjadi, sehingga dia dapat menerimanya dengan lapang dada.     

Bahkan jika dia harus mati, dia tidak akan memiliki penyesalan.     

Tetapi murid yang telah belajar di bawah bimbingannya untuk beberapa saat itu tidak bersedia membiarkannya mati begitu saja.     

Badai penghancur itu mengoyak Sosok Petarung milik Ye Futian. Sepertinya dia akan terjatuh.     

Sebuah kekuatan yang lebih mengerikan dari sebelumnya sedang dibentuk dan bisa dikerahkan kapan saja.     

Aura milik Kaisar Xia menjadi semakin kuat. Sepertinya dia sedang bersiap-siap untuk melancarkan serangan.     

Namun pada saat itu, sebuah aura yang lebih kuat terpancar dari tubuh Kaisar Li. Dia tidak memandang ke arah Ye Futian, melainkan pada Kaisar Xia. "Kaisar Xia," ujarnya, "Pemenang dari pertempuran sebelumnya telah diputuskan. Bagaimana kalau kita bertarung sekali lagi?"     

Saat dia mengatakan hal ini, dia melangkah ke depan dan tiba-tiba muncul tepat di hadapan Kaisar Xia. Sudah jelas dia mampu menebak apa yang dipikirkan oleh Kaisar Xia. Dia tidak akan membiarkan Kaisar Xia mengganggu Raja Tiandao saat dia berusaha membunuh Ye Futian.     

Kaisar Li sangatlah bertekad begitu dia memutuskan untuk bertindak. Dalam sekejap, seluruh penjuru istana kekaisaran telah dipenuhi oleh kekuatannya. Kaisar Xia mengangkat tangannya untuk menyerang, berusaha menyingkirkan kekuatan milik lawannya secara paksa. Sementara itu, pasukan besar dari Dunia Kaisar Xia masih berada di belakangnya.     

Kemudian keduanya melesat ke atas awan. Tiba-tiba terdengar suara yang keras, dan cahaya penghancur meledak di udara. Jika mereka berdua tidak pergi ke atas langit, banyak orang akan tewas terbunuh oleh serangan mereka.     

Kaisar Li sedang mempertaruhkan nyawa semua orang yang berada di dalam istananya. Dia bertaruh bahwa Kaisar Xia tidak akan bertarung.     

Apalagi putri tercintanya, Xia Qingyuan, juga berada di sana.     

*Boom*     

Pada saat itu, Raja Tiandao melancarkan serangan ketiganya.     

Jantung semua orang berdegup kencang saat mereka menatap ke arah Ye Futian.     

Retakan pada Sosok Bertarungnya terus bermunculan saat sosok itu hancur secara perlahan-lahan. Tidak lama kemudian, seberkas sambaran petir melesat ke arahnya dan menembus tubuhnya.     

Tekanan itu menimpa tubuhnya dan dia mengalihkan pandangannya ke arah Penasihat Kekaisaran.     

"Mengapa kau melakukan hal ini?" Rambut panjang milik Penasihat Kekaisaran berkibar tertiup angin saat dia menatap Ye Futian.     

Ini bukanlah hasil akhir yang dia harapkan. Dia tidak ingin melihat Ye Futian mempertaruhkan nyawanya demi dirinya.     

Namun, dia melihat bahwa Ye Futian sedang tersenyum dan darah mengalir dari mulutnya.     

"Karena takdir begitu kejam, maka orang bijak harus terus berjuang."     

Kata-kata ini bergema di dalam benak Kaisar Li.     

Ini adalah kata-kata yang dia ucapkan pada Ye Futian. Sekarang, Ye Futian mengembalikan kata-kata itu padanya.     

Ketika mengkultivasi Jalur Agung, seorang pria harus terus mengembangkan diri. Lalu, kenapa dia ingin menemui ajalnya sendiri?     

Itu adalah Nirvana.     

Saat memandang sepasang mata yang tersenyum itu, Penasihat Kekaisaran juga ikut tersenyum. Tetapi bahkan ketika dia tersenyum, matanya menjadi berkaca-kaca.     

Perlahan-lahan dia berdiri dari tempatnya. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dia masih bisa berdiri tegak. Dia memiliki tulang punggung yang kuat.     

"Karena takdir begitu kejam, maka orang bijak harus terus berjuang." Penasihat Kekaisaran memandang ke arah langit. Sebuah badai yang dahsyat bergejolak di sekitarnya, dan seberkas cahaya yang menyilaukan bersinar. Tubuhnya masih sangat lemah, dan sepertinya hembusan angin saja bisa menjatuhkannya. Tetapi di dalam tubuh yang lemah itu terdapat hati yang teguh.     

*Boom, Boom, Boom* Rentetan serangan masih membombardir Sosok Petarung milik Ye Futian dan bahkan menghantam tubuhnya. Aura spiritualnya juga sedang diserang. Tetapi kedua matanya masih terlihat baik-baik saja.     

"Kau masih belum mati?" Ekspresi Raja Tiandao menjadi muram.     

"Kau telah menahan tiga serangan dari pagoda tersebut. Bebaskan Penasihat Kekaisaran," tiba-tiba terdengar sebuah suara dari atas langit. "Tapi, untuk pasukan yang dibawa oleh Ye Futian, hancurkan mereka."     

Kata-kata "hancurkan mereka" bergema dari atas langit seperti sambaran petir dan langsung menerobos masuk ke dalam pikiran semua orang.     

Tampaknya Kaisar Li masih belum menyerah.     

Dia hanya berjanji untuk membebaskan Penasihat Kekaisaran. Dia tidak berjanji bahwa setelah melancarkan tiga serangan, dia akan berhenti bertarung.     

Raja Tiandao dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Ye Futian, dan Ye Futian sendiri tidak punya kesempatan untuk melarikan diri.     

Selama dia menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Kaisar Li, dia pasti akan mati.     

"Baik, Yang Mulia," ujar Raja Tiandao dengan suara keras. Dia sangat ingin membunuh Ye Futian.     

Kekuatan para Saint tingkat Flawless Holiness kini telah menghilang dari tubuh Penasihat Kekaisaran, dan pada saat yang bersamaan, mereka mencoba untuk melepaskan belenggunya.     

"Tidak usah repot-repot," bisik Penasihat Kekaisaran. Saat dia mengatakan hal ini, kekuatan yang membelenggunya hancur berkeping-keping. Kemudian sebuah badai penghancur menerjang keluar dan menghempaskan para Saint tingkat Flawless Holiness itu ke udara.     

Cahaya yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya dan melesat ke atas langit. Pada saat Raja Tiandao kembali melancarkan serangannya, dia mengangkat kepalan tinjunya.     

*Brak*     

Disertai dengan suara keras, sebuah pagoda raksasa turun dari atas langit, tetapi pagoda itu terhalang oleh sebuah jejak telapak tangan raksasa yang menutupi langit. Ukuran dari jejak telapak tangan itu cukup besar untuk menutupi seluruh penjuru langit dalam satu arah.     

Sinar-sinar dari cahaya suci yang tak terhitung jumlahnya menyinari Penasihat Kekaisaran. Rambutnya yang berwarna putihnya perlahan-lahan menghilang, dan keriputnya memudar. Kedua matanya yang tampak muram kini kembali dipenuhi oleh energi.     

Suaranya yang begitu tenang bergema di seluruh penjuru istana kekaisaran. "Mulai sekarang, aku tidak akan lagi mematuhi perintah Kaisar Li dan aku bukan lagi Penasihat Kekaisaran dari Dinasti Dali!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.