Legenda Futian

Legenda



Legenda

3Kota Qingzhou berada di wilayah Laut Timur dari Negeri Nandou di Sembilan Negara, tepatnya di wilayah Hundred Lands.      2

Suasana di kota itu masih sepi seperti biasanya. Meskipun statusnya di dalam Negeri Nandou tidak lagi sama seperti sebelumnya, namun kota tersebut masih terkucilkan dari dunia luar, dimana jarang sekali terjadi keributan di sana.     

Di dalam kota yang begitu damai itu, Danau Qingzhou masih seindah biasanya. Kapal-kapal wisata terus menerus berlayar di permukaan danau, terutama saat malam akan tiba, sehingga membuat pemandangan menjadi semakin meriah. Banyak orang di Kota Qingzhou berkumpul di sini dan menikmati pemandangan yang indah.     

Sementara itu, dua sosok sedang bermain catur di depan sebuah rumah di tepi danau. Mereka duduk dengan nyaman dan ditemani oleh semilir angin. Orang-orang sesekali mencuri pandang pada mereka, tetapi mereka tidak terganggu oleh hal tersebut. Mereka sudah terbiasa dengan semua itu.     

"Ayah, kau telah salah mengambil langkah. Sepertinya kau tidak akan pernah bisa menjadi lawan yang sepadan bagi Paman Hua, bahkan dalam kurun waktu sepuluh tahun." Di samping mereka, terdapat seorang wanita cantik yang sepertinya berusia 30 tahun. Senyumannya tampak cerah dan sederhana, dan usianya seperti tidak berpengaruh pada penampilannya.     

"Haha, aku sudah tua, sehingga aku semakin mudah untuk bertindak ceroboh," ujar Qin Shuai.     

"Jadi, jika usiamu masih muda, maka kau akan mampu mengalahkanku?" ujar pria paruh baya di seberangnya sambil tersenyum. Pria itu adalah Hua Fengliu. Sosoknya tampak tua renta, tetapi orang-orang masih bisa melihat sosok pahlawan seperti apa dirinya ketika dia masih muda.     

"Kau benar-benar kejam," ujar Qin Shuai sambil tersenyum, sambil meletakkan sebuah pion catur saat dia berbicara. "Permainan masih belum berakhir."     

"Waktu telah berlalu bertahun-tahun lamanya, dan anda masih belum mahir bermain catur," tiba-tiba terdengar suara tawa. Qin Shuai menoleh dengan ekspresi bingung di wajahnya dan melihat sebuah kapal melintasi Danau Qingzhou. Seorang pria berjubah putih berada di kapal tersebut. Kemudian dia menepi dan berjalan ke arah mereka.     

Pria ini berpakaian serba putih, dan rambutnya seperti salju perak. Dia tampak menyatu dengan dunia di sekitarnya. Seolah tidak ada yang aneh dengan kemunculannya di sana. Dia tampak seperti bagian dari pemandangan tersebut.     

Qin Shuai berdiri dari tempatnya dan menatap pemuda yang baru saja muncul itu dengan terkejut. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia sudah menjadi sosok yang luar biasa sekarang, bahkan dia tampak seperti berasal dari dunia lain.     

Hua Fengliu juga menatap ke arah pria tersebut. Awalnya, dia tertegun, tapi kemudian dia tersenyum. Dia kembali mengalihkan pandangannya pada papan catur dan memindahkan pion catur lainnya. "Bukankah kau sedang berkultivasi di tempat yang jauh dari sini? Kenapa kau datang jauh-jauh kemari?" gumamnya.     

"Saya khawatir anda akan menjadi terlalu tua." Ye Futian berjalan menghampirinya dan berlutut di sampingnya. Dia memandang ke arah papan catur dan berkata, "Sudah sepuluh tahun berlalu. Apakah anda tidak ingin saya kembali kemari?"     

Perjalanannya telah berlangsung selama sepuluh tahun.     

"Ya," ujar Hua Fengliu.     

Ekspresi Ye Futian tampak kesal. Hua Fengliu sungguh tidak berperasaan!     

"Beberapa hari yang lalu, seseorang mengeluh tentang bagaimana si Futian baj*ngan itu pergi selama sepuluh tahun, dan betapa tidak berbaktinya bocah tersebut. Dia meminta saudaraku untuk pergi ke Wilayah Barren Timur dan mencari informasi. Lalu mengapa pemandangan ini terjadi hari ini?" Satu sosok berjalan mendekat sambil memegang cangkir di tangannya. Mantan wanita tercantik di Negeri Nandou kini mulai dipengaruhi oleh usia. Dia masih cantik, tetapi wajahnya mulai menunjukkan keriput.     

"Tuan Puteri." Ketika Ye Futian melihat sosoknya, dia merasa sedikit bersalah. Dia memang tidak berbakti pada gurunya.     

"Kapan hal itu terjadi? Mengapa aku tidak mengingatnya?" Hua Fengliu menyangkal kata-katanya.     

Nandou Wenyin menghampiri Ye Futian. Matanya tampak berkaca-kaca.     

Dia sudah menganggap menantunya, Ye Futian, sebagai putra kandungnya sendiri.     

"Mengapa anda menangis, Tuan Puteri? Bukankah ini adalah peristiwa yang menggembirakan?" ujar Ye Futian sambil mengambil cangkir dari tangan Nandou Wenyin. "Maaf saya baru menyempatkan diri untuk pulang."     

"Aku tidak menangis. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Kau telah membuatku merasa sangat bahagia." Nandou Wenyin mengulurkan tangannya dan dengan pelan menyentuh wajah dan rambut Ye Futian yang berwarna abu-abu.     

Pria ini sudah menjadi salah satu pemuda paling berbakat di Sembilan Negara, tetapi di matanya, dia masih seorang bocah.     

"Kau kalah," ujar Qin Shuai sambil tersenyum. Hua Fengliu menatap papan catur di hadapannya. Tampaknya langkah yang baru saja diambilnya adalah sebuah kesalahan yang fatal.     

"Sebaiknya kita akhiri saja permainan hari ini. Bocah ini telah merusak suasana hatiku, sehingga aku tidak bisa fokus bermain catur," ujar Hua Fengliu saat dia mengacak-acak pion-pion yang ada di atas papan catur.     

Nandou Wenyin tersenyum cerah. Pria ini mengatakan bahwa dia tidak ingin Ye Futian kembali, tetapi jika benar begitu, mengapa permainannya jadi begitu buruk?     

"Anda benar; ini semua salah saya," ujar Ye Futian sambil tersenyum. Kemudian Ye Futian memberikan cangkir itu pada Hua Fengliu dan berkata, "Silahkan minum teh terlebih dahulu, guru."     

Hua Fengliu mengambil gelas itu, dan Ye Futian memberikan cangkir lainnya untuk Qin Shuai.     

"Kau masih terlihat sangat muda dan cantik, Qin Yi," ujar Ye Futian pada Qin Yi.     

Qin Yi menatapnya, dan dia melihat bahwa Qin Yi juga tersenyum cerah. Matanya dibasahi oleh air mata.     

Ye Futian tidak pernah berubah. Selain fakta bahwa auranya lebih mengesankan dari sebelumnya, sepertinya dia sama sekali tidak berubah.     

*Tok* Hua Fengliu mengetukkan buku-buku jarinya di kepala Ye Futian dan berkata, "Kau bertingkah seperti ayah mertuamu tidak ada di sini."     

"Maaf," ujar Ye Futian sambil cemberut.     

Semua orang tertawa, termasuk Hua Fengliu.     

Waktu telah menyembuhkan luka yang mereka alami. Hua Fengliu telah mengalami perkembangan selama sepuluh tahun terakhir, dan sekarang Qin Yi sudah seperti putrinya sendiri. Dia sering menghabiskan waktu bersamanya dan Nandou Wenyin.     

"Ayo kita pergi ke tepi danau." Hu Fengliu berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju Danau Qingzhou. Ye Futian berjalan di sampingnya.     

Malam telah tiba, tetapi Danau Qingzhou justru menjadi semakin ramai. Semakin banyak kapal yang berlayar di atas permukaan danau, dan setiap kali ada orang yang melihat sosok Hua Fengliu atau Qin Shuai, tatapan mata mereka dipenuhi oleh rasa hormat. Tapi tidak ada seorang-pun yang mengganggu mereka.     

Beberapa orang mengamati sosok Ye Futian. Mereka jelas menyadari kehadirannya di sana. Dia tampak begitu mengesankan, sehingga meskipun seseorang hanya meliriknya, mereka tidak akan pernah bisa melupakan sosoknya.     

Namun, waktu sudah berlalu sepuluh tahun lamanya, dan orang-orang yang sedang berada di danau saat ini adalah para pemuda dan gadis dari Kota Qingzhou. Tidak ada satu-pun dari mereka yang mengetahui maksud dari kemunculan pemuda berambut abu-abu ini.     

Lagipula, sepuluh tahun adalah waktu yang lama bagi kota kecil seperti ini.     

"Dimana tempatmu berkultivasi saat ini?" ujar Hua Fengliu dengan suara pelan saat mereka tiba di Danau Qingzhou. Nandou Wenyin berdiri di sampingnya dengan tenang, dan Qin Shuai serta Qin Yi berdiri di sisi lainnya.     

"Dunia Naga Merah. Saya baru saja kembali ke Dunia Kaisar Xia untuk beberapa saat, jadi saya datang kemari untuk menengok anda dan Tuan Puteri," ujar Ye Futian.     

"Sebuah Dunia, huh?" gumam Hua Fengliu. "Lokasinya pasti jauh sekali."     

"Mm." Ye Futian mengangguk. "Sangat jauh."     

"Sampai mana tingkat kultivasimu sekarang?" tanya Hua Fengliu.     

"Saat ini saya sudah menjadi seorang Saint," jawab Ye Futian. Hua Fengliu mengangguk.     

Saint pernah menjadi tingkat Plane tertinggi yang dicapai oleh siapa-pun di Sembilan Negara. Dia memahami apa artinya bagi Ye Futian untuk mencapai tingkat tersebut.     

Tetapi ketika dia memikirkan tentang patung Kaisar Ye Qing, tingkat Saint pasti masih jauh dari tujuan akhirnya.     

"Kau pasti sudah melewati banyak hal selama sepuluh tahun terakhir, Futian. Kami ingin mendengar semua kisahmu," ujar Nandou Wenyin dengan lembut.     

"Baiklah, kalau begitu aku akan menceritakan semuanya pada kalian." Ye Futian mengangguk pelan. Jadi, sebelum dia pergi, dia memberitahu mereka semuanya.     

Dia menceritakan tentang Kaisar Xia dan Xia Qingyuan, serta Penasihat Kekaisaran dari Dinasti Dali dan Dunia Naga Merah.     

Angin sepoi-sepoi bertiup, dan kembang api menghiasi langit di atas Danau Qingzhou. Pemandangannya sangat indah.     

Saat Ye Futian berbicara, mereka semua sedang duduk di tepi danau. Hua Fengliu dan yang lainnya mendengarkan dengan tenang. Suara Ye Futian adalah satu-satunya suara yang terdengar di antara hembusan angin.     

Setiap kisah seperti telah terjadi sepanjang hidup mereka. Meskipun mereka tidak mengalaminya secara langsung, Hua Fengliu dan yang lainnya masih bisa merasakan sensasi dari semua kisah ini. Terkadang mereka mengkhawatirkan Ye Futian, dan ikut merasa bahagia untuknya di lain waktu.     

"Penasihat Kekaisaran adalah sosok yang layak untuk dihormati. Dia bahkan lebih pantas dipanggil sebagai 'guru' daripada diriku," ujar Hua Fengliu.     

"Semua guru yang saya temui di setiap fase kehidupan saya adalah sosok-sosok terbaik. Mereka semua layak untuk dihormati. Tetapi anda adalah guru pertama saya, dan anda adalah ayah mertua saya, jadi sudah jelas anda adalah yang terbaik di antara mereka semua," ujar Ye Futian.     

"Sepertinya kau belum kehilangan keahlianmu untuk merayu seseorang," ujar Hua Fengliu. Kemudian dia memikirkan sesuatu dan berkata, "Puteri Qingyuan ini tampaknya adalah sosok yang cukup mengesankan."     

Ye Futian menatapnya dengan terkejut, tetapi Hua Fengliu tersenyum dan berkata, "Kaisar Xia juga akan menjadi ayah mertua yang baik."     

Ye Futian melihat senyuman di wajah Hua Fengliu. Dia tahu bahwa gurunya berbicara dengan tulus. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak mengucapkan apa-pun. Dia ingin memberitahu gurunya mengenai berita bahwa Jieyu mungkin masih hidup, tetapi dia takut bahwa berita ini hanya akan menjadi sebuah harapan palsu, yang hanya akan menambah kesedihan gurunya.     

Jadi, pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-pun. Kemudian dia memandang ke arah Danau Qingzhou.     

Banyak kapal muncul di hadapannya. Sebuah kapal kecil datang ke arah mereka, dimana ada banyak orang di atasnya.     

Terdapat seorang gadis berusia 18 atau 19 tahun di atas kapal tersebut. Kecantikannya seperti sebuah patung batu giok, dan semua pemuda yang berada di sekitarnya memusatkan pandangan mereka padanya.     

Gadis ini adalah wanita tercantik di Kota Qingzhou—Mu Shiyu dari Klan Mu.     

Sepertinya dia melihat kelompok Ye Futian, dan kapal itu datang ke arah mereka. Saat kapal itu semakin mendekat, dia melihat sosok Ye Futian, dengan wajahnya yang tampan dan sempurna, sikapnya yang mengesankan, dan rambutnya yang berwarna abu-abu. Sudah jelas dia adalah sosok yang berwibawa, dan kedua matanya tampak begitu indah.     

Dia sudah sering menemui banyak lelaki dan telah melihat semua sosok pahlawan dari Kota Qingzhou. Tetapi hanya dengan satu lirikan mata pada pemuda di depannya itu, hatinya yang tenang kini mulai berdebar.     

Tapi dia tidak datang kemari untuk menemui Ye Futian. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Hua Fengliu dan membungkuk. "Salam hormat, tuan."     

"Nona Shiyu." Hua Fengliu mengangguk dengan sopan.     

"Saya telah meminta anda untuk menjadikan saya sebagai murid anda, bahkan jika anda hanya mengajari saya bermain catur atau musik. Tolong jadikan saya sebagai murid anda." Mu Shiyu kembali membungkuk untuk menunjukkan rasa hormatnya.     

Hua Fengliu adalah seorang legenda di Kota Qingzhou. Sembilan tahun yang lalu, dia tertarik pada seorang pemuda biasa, yang kemudian pergi meninggalkan Kota Qingzhou. Kemudian dia kembali satu tahun kemudian dan sudah menjadi seorang kultivator tingkat Noble.     

Pria istimewa seperti ini adalah sebuah harta karun. Namun, setelah kembali, tindakan pertama yang dia lakukan adalah pergi ke kediaman Hua Fengliu untuk memberikan penghormatan dan mengucapkan terima kasih.     

Orang-orang dari Kota Qingzhou ikut mendengarkan pembicaraan ini dan mereka mengangguk setuju.     

"Nona Shiyu, aku sudah memberitahumu bahwa aku tidak akan menjadikanmu sebagai muridku," jawab Hua Fengliu.     

"Lalu apakah saya bisa menjadi pelayan bagi anda?" Mu Shiyu masih bersikap sopan.     

Hua Fengliu menggelengkan kepalanya. "Sebaiknya anda kembali saja, Nona Shiyu."     

Mu Shiyu tampak kecewa. Pada saat itu, Ye Futian angkat bicara dan berkata, "Ayo kita kembali, guru."     

"Mm." Hua Fengliu mengangguk. Kemudian mereka semua pergi meninggalkan Danau Qingzhou.     

Mu Shiyu tertegun. Dia menatap ke arah Ye Futian, tetapi pemuda berambut abu-abu itu mengabaikannya. Tampaknya kecantikannya tidak begitu menarik baginya.     

Dia tampak sedikit kecewa. Hua Fengliu tidak akan menjadikan dirinya sebagai muridnya?     

Dan mengapa pemuda berambut abu-abu itu memanggilnya sebagai "guru"?     

Ye Futian dan yang lainnya kembali ke kediaman mereka. Kemudian Hua Fengliu berkata, "Baiklah, sudah saatnya kau untuk pergi."     

"Guru, anda tidak perlu terburu-buru untuk menyuruh saya pergi. Apakah anda benar-benar berhati dingin?" Ye Futian nyaris tidak bisa berkata-kata.     

"Aku sudah tua. Tuan Puteri dan aku suka akan suasana yang damai dan tenang. Kami tidak suka orang-orang menaruh perhatian mereka pada kami," ujar Hua Fengliu dengan suara pelan. Ye Futian telah menunjukkan wajahnya di depan umum, dan orang-orang di Kota Qingzhou tidak lama lagi akan berdatangan untuk menemuinya.     

Ye Futian menghela napas dalam-dalam. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Hua Fengliu dan Nandou Wenyin menatapnya.     

"Baiklah, kalau begitu saya pergi dulu. Guru, Tuan Puteri," ujar Ye Futian.     

Nandou Wenyin meneteskan air mata, namun dia tetap mengangguk.     

Ye Futian membungkuk hormat pada mereka, lalu dia melambaikan tangan pada Jenderal Qin dan Qin Yi. Kemudian dia berbalik, dan sosoknya melesat ke atas langit seperti sebuah bintang.     

Hua Fengliu menatapnya dan menyaksikan cahaya bintang yang meredup dengan cepat. Matanya juga sedikit berkaca-kaca.     

"Dia telah pergi." Tidak lama kemudian, cahaya yang samar itu menghilang seutuhnya. Nandou Wenyin meraih tangan Hua Fengliu dan menatap kedua matanya. "Kau bersikap begitu tegas dan keras kepala. Kenapa kau menangis?"     

"Ini karena hembusan angin, sehingga mataku jadi perih." Hua Fengliu mengajak Nandou Wenyin kembali ke kediaman mereka. Sementara Qin Shuai dan Qin Yi menyaksikan mereka berdua saat mereka berjalan pergi. Meskipun mereka tersenyum, mata mereka juga tampak berkaca-kaca. Kemudian mereka berbalik dan pergi.     

…     

Di Danau Qingzhou, Mu Shiyu sedang duduk di kapalnya dengan ekspresi tercengang di wajahnya. Seorang pria paruh baya sedang menunggu di sampingnya. Ketika dia melihat kekecewaan di matanya, dia berkata, "Apakah kau ditolak lagi?"     

"Sepertinya dia benar-benar tidak akan menjadikanku sebagai muridnya, ayah," bisik Mu Shiyu.     

"Putrinya juga pernah menjadi wanita tercantik di Kota Qingzhou. Jika kau terus berusaha, pada akhirnya dia akan menerimamu," ujar pria paruh baya itu sambil tersenyum.     

"Tapi sudah ada seorang pemuda di sampingnya yang memanggilnya sebagai 'guru'," ujar Mu Shiyu.     

"Seorang pemuda? Pemuda seperti apa dia?" Pria paruh baya itu mengerutkan keningnya.     

"Dia seorang pemuda dengan rambut berwarna abu-abu. Wajahnya sangat tampan dan dia memiliki sikap yang mengesankan. Aku belum pernah melihat pemuda yang begitu luar biasa. Dia sama sekali tidak terganggu saat dia melihatku. Bahkan dia tidak melirikku sedikit-pun. Dia berbeda dari lelaki lainnya." Pikirannya kini dipenuhi dengan sosok pemuda tersebut. Untuk seseorang seperti itu, bahkan hanya dengan satu pandangan mata, mustahil untuk melupakan wajahnya.     

"Rambut berwarna abu-abu, sikap yang mengesankan, dia memanggil Hua Fengliu sebagai 'guru'..." Pria paruh baya itu merinding. Lalu dia berbalik, dan dengan suara gemetar, dia berkata, "Cepat! Kembali ke tempat Guru Hua!"     

"Ada apa, ayah?" Ini adalah pertama kalinya Mu Shiyu melihat ayahnya bersikap seperti ini.     

Sekujur tubuhnya merinding. Kakinya sepertinya tidak mampu menopang tubuhnya.     

Pria paruh baya itu memandangnya dan memegang wajahnya dengan kedua tangannya. "Shiyu," ujarnya, "Pemuda berambut abu-abu yang kau lihat itu mungkin adalah sang sosok legendaris dari Sembilan Negara!"     

Ketika Mu Shiyu mendengar kata-kata ayahnya, sepertinya dia telah disambar petir. Tubuhnya juga mulai merinding. Kemudian dia berbalik dan memandang ke arah yang baru saja mereka datangi.     

Sosok legendaris yang selama ini namanya beredar di Kota Qingzhou tampak begitu jauh dari mereka, tetapi sekarang tampaknya dia sudah sangat dekat.     

Pemuda itu adalah sosok legendaris yang dimaksud!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.